https://jatim.times.co.id/
Berita

Usulan Gelar Pahlawan Nasional KH Hamil Dimyathi Masuk Babak Baru

Kamis, 22 Desember 2022 - 19:33
Babak Baru Pengusulan KH Hamid Dimyathi Pacitan Jadi Pahlawan Nasional  Penyerahan cendera mata oleh Ketua TP2G Pacitan, Sumorohadi kepada perwakilan TMP Jurug Surakarta sebagai tanda tahap satu pengusulan KH Hamid Dimyathi menjadi pahlawan nasional. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, PACITAN – Pengusulan KH Hamid Dimyathi, ulama dan pejuang asal Desa Tremas, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur menjadi pahlawan nasional kini memasuki babak baru. 

Angin segar akan gelar kepahlawanan tersebut rupanya akan segera terwujud. Pasalnya, segala unsur dan syarat sudah jauh-jauh hari dirumuskan oleh Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah Kabupaten Pacitan. Dalam hal ini digawangi oleh Dinas Sosial (Dinsos Pacitan). 

Meski baru langkah awal, seminar yang digelar di Aula Kampus STKIP PGRI Pacitan itu diklaim sebagai spirit finalisasi tingkat daerah sebelum KH Hamid Dimyathi menyandang gelar pahlawan nasional. 

KH-Hamid-Dimyathi.jpgHasil seminar usulan gelar pahlawan nasional KH Hamid Dimyathi akan diserahkan kepada Dinas Sosial Provinsi Jatim sebelum finalisasi tingkat pusat. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia) 

"Ini sedang proses, memang sudah menjadi salah satu tugas kami menangani gelar kepahlawanan, kami ingin ada tokoh dari Pacitan yang menjadi pahlawan nasional," kata Kepala Dinas Sosial Pacitan, Sumorohadi, Kamis (22/12/2022).

Alasan KH Hamid Dimyathi Layak Mendapat Gelar Pahlawan Nasional 

Sumoro menilai, KH Hamid Dimyathi sangat layak untuk dinobatkan menjadi pahlawan nasional lantaran kiprah dan perjuangannya dalam mempertahankan ideologi Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia hingga masa-masa meletusnya pemberontakan Affair Madiun tahun 1948 silam. 

"Kami melihat bahwa di Pacitan ada tokoh lokal yang sangat luar biasa kiprah dan perjuangannya hingga akhir hayat. KH Hamid dikenal sangat pro NKRI hingga akhir hayatnya," ungkapnya. 

Lebih lanjut, pihaknya sangat optimistis jika segala tahapan dan upaya pengusulan gelar pahlawan untuk ulama besar Pondok Tremas tersebut tidak sia-sia. Semua syarat sudah tercukupi. Sedangkan proses pendalamannya pun juga cukup lama melibatkan berbagai pihak yang berkompeten. Sehingga impian besar guna mendongkrak nama daerah bakal tercapai. 

"Saya lihat dari persyaratan sudah masuk, karena memang untuk diusulkan menjadi pahlawan nasional ada persyaratannya, salah satunya sudah diabadikan menjadi nama jalan, terus ada buku riwayatnya, juga peran media massa," terang Sumorohadi. 

Sementara itu, Sekretaris TP2GD Pacitan, Afid Burhanuddin mengatakan, sebagai langkah tindak lanjut, hasil seminar di tingkat kabupaten akan segera dikirim ke Dinas Sosial Provinsi Jatim untuk diseminarkan di sana sebelum finish di Kementerian Sosial RI. 

"Semua kami libatkan termasuk ahli waris, tokoh agama dan akademisi. Ibarat ijab kabul dalam pernikahan, hasil seminar kali ini akan segera kami ajukan ke Provinsi Jatim, setelah itu baru ke Pusat," ucapnya kepada TIMES Indonesia. 

Dalam kesempatan itu, turut hadir putri kandung KH Hamid Dimyathi, Hj Kun Aminah beserta para tokoh pemantik antara lain, Dr Fashihullisan, H Gandung Mudjono dan perwakilan TMP Jurug Surakarta. Tak lupa para Pimpinan Ponpes se Pacitan. 

Ketua STKIP PGRI Pacitan, Dr Mukodi menyatakan, ketokohan KH Hamid Dimyathi tidak perlu diragukan lagi. Namanya tertulis sebagai pejuang di jalan Allah SWT bahkan nyawanya dipertaruhkan demi menegakkan kedaulatan NKRI bangsa dan agama. Hal itu sangat perlu diketahui oleh khalayak. 

"Semoga Allah SWT memberikan kemudahan dan kelancaran upaya pengusulan gelar pahlawan nasional KH Hamid Dimyathi, tentunya akan menjadi keberkahan bagi kita semua," jelasnya. 

Kisah Singkat Perjuangan KH Hamid Dimyathi

KH Hamid Dimyathi bin KH Dimyathi bin Abdullah merupakan trah ke-4 dari pendiri Perguruan Islam Pondok Tremas, yakni KH Abdul Manan Dipomenggolo. 

Setelah cukup menimba ilmu dengan ayah, kakek, paman dan para kiai besar di Tanah Jawa, Hamid muda mengemban amanah estafet kepemimpinan Pondok Tremas sejak tahun 1934 silam hingga tahun 1948.

Selama 14 tahun, Hamid dikenal banyak merombak kurikulum pesantren tradisional dengan sistem yang maju, penataan kembali kelembagaan dan membangun jaringan sampai mancanegara. Saat itu, tercatat 2000 an santri bermukim di pondok berasal dari dalam hingga luar negeri. 

KH Hamid harus menghadapi ujian berat, sebagai seorang pimpinan pesantren, ia harus menghadapi penjajahan Jepang tahun 1943 dan disusul peristiwa Affair Madiun, yakni pemberontakan PKI Muso 1948.

KH Hamid Dimyathi pernah menjabat sebagai Ketua Penghulu Agama Islam Kabupaten Pacitan saat itu. Ia juga aktif menjadi Ketua Cabang Masyumi Pacitan. Demi menunjukkan rasa cinta terhadap tanah air, Hamid muda bergabung dengan Laskar Hizbullah bersama adiknya, yakni KH Habib Dimyathi. Tak hanya itu, ia pun menjadi anggota KNIP di bawah komando Bung Tomo di Surabaya. 

Diketahui, saat itu pemerintah pusat Indonesia masih bertransisi di Keraton Yogyakarta Hadiningrat. Sebagai pejabat, ulama sekaligus politisi, KH Hamid rutin melaporkan situasi dan kondisi Pacitan saat itu kepada sang Sultan. Termasuk perihal keganasan PKI yang mengancam keselamatan warga pesantren. 

Namun, di tengah perjalanan menuju Yogyakarta, KH Hamid bersama 14 santri pengawal, tepatnya di daerah Baturetno-Pracimantoro dihadang oleh PKI yang rupanya sudah mengendus rombongan tersebut. 

Rombongan KH Hamid digiring ke tempat tawanan di Kecamatan Baturetno, kemudian setelah beberapa hari mereka dibawa ke kawasan hutan di Desa Hargorejo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri. 

KH Hamid dan pengawalnya disekap oleh PKI di sebuah rumah tawanan di Balai Desa Hargorejo selama beberapa hari bersama puluhan pejabat pemerintahan kala itu, seperti Bupati Sukoharjo, Kepala Polisi Wonogiri, Kepala Jawatan Pos beserta tokoh setempat. Diperkirakan jumlah total mencapai 56 orang. 

Saat-saat itulah mereka disiksa dengan keji oleh PKI hingga menemui ajalnya, termasuk KH Hamid Dimyathi, ulama Pacitan yang kini diusulkan menjadi pahlawan nasional. (*)

Pewarta : Yusuf Arifai
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.