https://jatim.times.co.id/
Berita

Rektor Unisma: Nilai Hari Santri Sejalan dengan Trilogi Kampus

Selasa, 22 Oktober 2024 - 15:17
Rektor Unisma: Nilai Hari Santri Sejalan dengan Trilogi Kampus Apel peringatan hari santri sekaligus launching Dies natalis ke 44 Unisma, Selasa (22/10/2024). (Foto: Achmad Fikyansyah/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, MALANG – Universitas Islam Malang (Unisma) menyelenggarakan apel peringatan Hari Santri Nasional 2024, di lapangan depan kampus pada Selasa (22/10/2024).

Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh civitas akademika Unisma mulai dari dosen hingga mahasiswa.

Dalam momen khidmat tersebut, Rektor Unisma, Prof. Drs Junaidi MPd PhD memberikan pidato yang penuh makna mengenai pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam peringatan Hari Santri, yang tahun ini mengusung tema “Menyambung Juang, Merengkuh Masa Depan.”

Dalam pidatonya, Prof. Junaidi mengulas tentang sejarah lahirnya Hari Santri yang berasal dari Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy'ari pada tahun 1945.

“Hari Santri bukan sekadar peringatan biasa, tetapi pengingat akan perjuangan para santri dan ulama yang berperan penting dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia," ucapnya.

Dia menyebut, ada beberapa nilai yang terkandung dalam resolusi jihad tersebut. Yakni nilai patriotisme, keikhlasan, persatuan, dan kerukunan.

Rektor menegaskan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Resolusi Jihad harus tetap menjadi pedoman hidup, tidak hanya bagi santri, tetapi juga bagi generasi muda saat ini, termasuk seluruh civitas akademika Unisma.

Menurutnya, nilai-nilai tersebut selaras dengan trilogi kampus yang dipegang oleh Unisma, yaitu keikhlasan, kerukunan, dan kejujuran.

Prof Junaidi menekankan bahwa trilogi Unisma; keikhlasan, kerukunan, dan kejujuran – memiliki makna yang mendalam dan sangat relevan dengan semangat Hari Santri.

Keikhlasan dalam berjuang tanpa pamrih adalah nilai utama yang terkandung dalam Resolusi Jihad. Nilai ini mengajarkan kepada para seluruh warga Unisma untuk selalu berbuat dengan tulus demi kemajuan bersama.

Selain itu, kerukunan juga menjadi pilar penting dalam menjaga persatuan bangsa, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para pejuang kemerdekaan.

Rektor berharap nilai kerukunan ini dapat tercermin dalam kehidupan kampus, di mana perbedaan suku, agama, dan budaya justru menjadi kekuatan dalam membangun keharmonisan.

Yang terakhir, kejujuran sebagai nilai trilogi kampus Unisma, menurut Prof Junaidi adalah fondasi dari segala bentuk perjuangan.

“Kejujuran adalah bagian dari integritas diri, baik dalam belajar, bekerja, maupun berjuang. Hanya dengan kejujuran, kita bisa membangun bangsa yang bermartabat,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Prof Junaidi juga mengulas sejarah lahirnya Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945, yang kemudian menjadi dasar peringatan Hari Santri Nasional.

Ia menceritakan bahwa setelah bom atom dijatuhkan oleh Amerika Serikat di Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945, Jepang menyerah kepada Sekutu, termasuk menarik pasukannya dari Indonesia.

Namun, ancaman baru muncul ketika pasukan Sekutu yang diwakili oleh Belanda berusaha kembali menguasai Indonesia.

Dalam situasi tersebut, bangsa Indonesia yang baru saja memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, tidak tinggal diam. Perlawanan rakyat Indonesia pun berkobar di berbagai daerah, terutama di Surabaya.

Melihat situasi yang genting ini, KH Hasyim Asy'ari menerbitkan fatwa jihad pada 17 September 1945.

Fatwa ini menetapkan bahwa mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah kewajiban fardu ‘ain bagi warga yang berada dalam radius 94 kilometer dari titik kedatangan penjajah, dan fardu kifayah bagi mereka yang berada di luar radius tersebut.

Fatwa tersebut disambut oleh rakyat dengan semangat yang berkobar, dan puncaknya terjadi pada 22 Oktober 1945 ketika KH Hasyim Asy'ari mengeluarkan Resolusi Jihad.

Resolusi ini memiliki dua poin penting: pertama, menyerukan agar pemerintah Indonesia mengambil tindakan tegas untuk menghadapi penjajah, dan kedua, mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk berjuang fisabilillah demi mempertahankan kemerdekaan.

Resolusi Jihad ini kemudian menjadi inspirasi bagi rakyat Surabaya yang pada 10 November 1945, bertempur habis-habisan melawan pasukan Sekutu dalam peristiwa yang dikenal sebagai Pertempuran Surabaya, di mana ribuan pejuang Indonesia gugur.

Peristiwa ini menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Rektor Unisma berharap, dengan mengenang sejarah perjuangan para santri dan ulama, seluruh civitas akademika Unisma dapat terus meneladani nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks akademik maupun sosial.

“Kita tidak hanya memperingati sejarah, tetapi juga mengambil pelajaran dari semangat perjuangan itu. Keikhlasan, kerukunan, dan kejujuran harus menjadi landasan bagi kita semua dalam melaksanakan tri darma perguruan tinggi,” pesan Rektor Unisma, Prof. Junaidi. (*)

Pewarta : Achmad Fikyansyah
Editor : Yatimul Ainun
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.