TIMES JATIM, MALANG – Kabar duka datang dari Kota Malang. Wongso Suseno, legenda tinju Indonesia yang akrab disapa "Super Quick", telah berpulang pada Senin (17/11/2025) dalam usia 80 tahun. Namun, bagi Ir. R. Agoes Soerjanto, sahabat dekatnya, sang juara meninggalkan lebih dari sekadar gelar—ia mewariskan semangat pantang menyerah yang abadi.
“Menjadi petinju pada masa itu tidak mudah. Sarana sangat minim,” kenang Agoes, Wakil Ketua Umum GM FKPPI yang telah mengenal Wongso sejak remaja, Kamis (20/11/2025) saat di rumah persemayaman Panca Budhi, Kota Batu, tempat jenazah Wongso disemayamkan.
Sahabat dan keluarga Wongso Suseno memberikan penghormatan terakhir di rumah persemayaman Panca Budhi, Kota Batu.
“Tapi Wongso justru membuktikan bahwa ia bisa. Perjalanannya panjang, penuh keteguhan, dan itu yang membentuknya menjadi sang juara,” imbuhnya.
Dari Keterbatasan Menuju Puncak Kejayaan
Keteguhan hati itu membawa Wongso pada momen bersejarah pada 28 Juli 1975. Di hadapan lebih dari 10.000 penonton yang memadati Istora Senayan, ia merebut sabuk OPBF kelas Welter Ringan setelah mengalahkan juara bertahan Lee Chang-kill.
Prestasi itu menjadikannya petinju Indonesia pertama yang meraih gelar internasional—sebuah pencapaian yang mengukuhkan namanya dalam sejarah olahraga nasional.
Wongso Suseno (Malang, 17 November 1945 - 17 November 2025)
Namun, warisan sesungguhnya dari "Super Quick" tidak hanya tergantung di pinggangnya. Agoes menekankan bahwa di luar ring, Wongso adalah seorang guru dan pembina yang tulus.
“Wongso bukan hanya petinju hebat, tapi juga pembina yang luar biasa,” tutur Agoes. “Monod dan Nurhuda adalah buktinya. Berkat bimbingannya, mereka tumbuh menjadi petinju moncer di zamannya.”
Prinsip Hidup yang Kukuh: Kehormatan di Atas Segalanya
Lebih dari sekadar prestasi, Agoes mengagumi integritas sang sahabat. Bagi Wongso, naik ring adalah soal kehormatan dan dedikasi, bukan sekadar transaksi.
“Dia tidak pernah memikirkan berapa bayaran yang diterima,” jelas Agoes. “Yang penting adalah tampil maksimal. Itu prinsipnya yang tak tergoyahkan.”
Wongso Suseno telah pergi, disemayamkan di Rumah Duka Panca Budhi, Kota Batu, sebelum dikremasikan. Namun, bagi mereka yang mengenalnya, semangatnya tetap hidup.
“Apa yang ia tunjukkan—kerja keras, disiplin, dan keberanian menghadapi keterbatasan—itulah warisan terbesarnya,” pungkas Agoes. “Semangat itu jangan sampai hilang; itulah pelajaran berharga bagi generasi muda.”
Sang "Super Quick" mungkin telah mengakhiri pertarungan terakhirnya, tetapi semangatnya terus bergema—menginspirasi setiap petarung baru yang lahir dari cerita perjuangannya. Selamat jalan, Sang Legendaris. Jejakmu tetap abadi. (*)
| Pewarta | : Wahyu Nurdiyanto |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |