TIMES JATIM, BANYUWANGI – Semangat melestarikan tradisi lokal kembali digelorakan warga Penataban, Kecamatan Giri, Banyuwangi lewat lomba unik mengikat kangkung atau unting-unting yang digelar meriah di Lapangan Penataban.
Dikenal sebagai sentra penghasil kangkung, warga dari berbagai usia dari anak muda hingga lansia turun langsung menunjukkan keterampilan mengikat sayuran hijau itu dengan cepat dan rapi pada Rabu siang, (19/11/2025).
Lomba unting-unting ini diselenggarakan oleh Asosiasi Lurah Indonesia (Asli) Banyuwangi sebagai bagian dari upaya mendorong kelurahan-kelurahan menggali dan menampilkan potensi khas daerah masing-masing.
Habibah (33), salah satu peserta, mengaku baru pertama kali mengikuti lomba tersebut. Meski sempat gugup, ia merasa bangga bisa ikut melestarikan tradisi lokal Penataban. “Menyenangkan. Bukan hanya lomba, tapi cara mengenalkan budaya unting-unting ke masyarakat luar,” katanya, Kamis (20/11/2025).
Peserta lainnya, Mbah Zaenab (71), gerakannya terlihat sangat cekatan. Maklum saja, dia telah bekerja sebagai buruh unting-unting sejak puluhan tahun lalu.
“Saya sudah mengikat kangkung sejak muda, mungkin lebih dari tiga puluh tahun. Senang masih ada yang menghargai pekerjaan ini,” ungkapnya.
Lurah Penataban, Komariah menyampaikan, lomba tersebut merupakan bagian dalam mempromosikan identitas Penataban. Dikatakannya, Penataban selama ini dikenal sebagai sentra kangkung dan tradisi unting-unting adalah bagian dari kehidupan masyarakat.
“Kami ingin menunjukkan bahwa Penataban punya ikon yang tidak kalah menarik dengan daerah lain. Ini bentuk mengangkat kearifan lokal,” jelasnya.
“Kami juga ingin agar anak-anak muda belajar. Agar keterampilan ini tetap hidup dan menjadi kebanggaan bersama,” sambung Komariah.
Ketua Asli Banyuwangi, Yuda Teguh Siswanto menjelaskan, kegiatan unting-unting kangkung sengaja dipilih karena menyimpan nilai budaya dan edukasi.
“Kita sering hanya tahu beli kangkung seharga dua ribu rupiah. Padahal ada proses panjang, ada ketekunan yang harus dihargai,” ujarnya. (*)
| Pewarta | : Syamsul Arifin |
| Editor | : Imadudin Muhammad |