TIMES JATIM, PROBOLINGGO – Rangkaian Seven Lakes Festival 2025 kembali mencuri perhatian. Setelah mengeksplorasi pesona danau, gelaran kali ini menghadirkan tradisi khas Krucil. Festival Sunggi Susu. Acara yang berlangsung di Bremi Eco Park, Sabtu (15/11/2025), bukan sekadar parade, tetapi perayaan budaya, tradisi sekaligus potensi ekonomi warga.
Sebanyak 132 peserta, seluruhnya peternak sapi perah dari Kecamatan Krucil turut ambil bagian. Mayoritas perempuan berjalan mantap sambil menyunggi kaleng tradisional berisi susu segar, menampilkan rutinitas harian yang telah menjadi identitas mereka.
Bupati Probolinggo dr Muhammad Haris (Gus Haris) menyebut Krucil sebagai tempat paling tepat untuk festival ini.
“Data kami menunjukkan, Kecamatan Krucil adalah salah satu penghasil susu terbesar di Jawa Timur. Karena itu, penyelenggaraan Sunggi Susu di sini punya makna tersendiri,” ujarnya.
Sunggi Susu memang lahir dari keseharian warga. Setiap hari para peternak menyunggi kaleng susu perahan menuju KUD setempat. Tradisi ini kemudian dikemas menjadi festival yang tak hanya menjaga kearifan lokal, tetapi juga menggerakkan pariwisata dan ekonomi kreatif.
Para peserta Sunggi Susu berparade mengelilingi Bremi Eco Park, Krucil. (Foto: Sri Hartini/TIMES Indonesia)
Rangkaian acara dimulai dengan parade menyunggi susu mengelilingi kawasan Bremi Eco Park. Para peserta memperlihatkan ketangkasan menjaga keseimbangan. Puncaknya adalah Lomba Fashion Sunggi Susu, dengan penilaian mencakup kemahiran menyunggi hingga estetika busana tradisional.
Salah satu peserta, Misraji, mengaku bangga bisa tampil. “Ini cara kami merayakan pekerjaan kami sendiri. Semoga festival seperti ini terus berlanjut dan makin meriah,” katanya.
Tak berhenti di parade dan lomba, Pemkab Probolinggo juga mencanangkan gerakan minum susu bersama sebagai upaya meningkatkan kesadaran gizi sekaligus mendorong konsumsi produk lokal.
Festival Sunggi Susu tahun ini menegaskan perannya sebagai jembatan pelestarian tradisi, penguatan ekonomi kerakyatan, dan promosi kesehatan. Sebuah potensi budaya yang sederhana, namun kaya makna dan layak terus menjadi ikon Krucil. (*)
| Pewarta | : Sri Hartini |
| Editor | : Faizal R Arief |