https://jatim.times.co.id/
Berita

Mantan Bos Pertamina Sebut Tanjakan Ijen Banyuwangi dalam Mainsepeda Thrilogy

Sabtu, 27 September 2025 - 18:20
Mantan Bos Pertamina Sebut Tanjakan Ijen Banyuwangi dalam Mainsepeda Thrilogy Tengah, mantan Bos Pertamina Dwi Soetjipto, sukses taklukkan tanjakan neraka Banyuwangi Blue Fire Ijen KOM 2025. (Foto: Fazar Dimas/TIMES Indonesia).

TIMES JATIM, BANYUWANGI – Mantan Bos Pertamina, Dwi Soetjipto menyebut rute tanjakan Banyuwangi Blue Fire Ijen KOM 2025, merupakan yang tersadis dalam Mainsepeda Thrilogy

Mantan Direktur Utama Pertamina dan Kepala SKK Migas ini baru saja menuntaskan etape terakhir. Di usia 69 Tahun, dia turun di kategori Man Age 60+ dengan nomor 919, telah sukses menyelesaikan dua seri sebelumnya, Bromo KOM dan Kediri Dholo KOM. Namun, tantangan terbesarnya ada di Banyuwangi.

Rute sejauh 86,9 kilometer ini didominasi tanjakan super ekstrem kategori Hors Categorie (HC), dengan total elevasi mencapai 1.708 meter. Puncaknya, dia harus menghadapi gradien tanjakan yang mencengangkan, mencapai 34 persen.

"Ini jalur terberat dari trilogi Mainsepeda," ujar Dwi, Sabtu, (27/9/2025).

Menurutnya, jalur Geopark Ijen dengan gradien 34 persen ini menguji tidak hanya kekuatan fisik, tapi juga mental. Ini juga menjadi pengalaman pertamanya menjajal trek Ijen.

Menyadari beratnya seri terakhir ini, pria kelahiran 1956 ini melakukan persiapan serius. Ia berlatih di Bogor selama sebulan penuh, menjajal rute menanjak seperti Kebo, Cipanas, hingga Puncak. Bahkan, sesampainya di Banyuwangi, ia bersama enam rekannya sempat melakukan pemanasan di jalur menuju Djawatan.

Dwi Soetjipto memang tidak menargetkan podium. Baginya, garis finish hanyalah simbol. Yang utama adalah menjaga konsistensi, menaklukkan diri sendiri, dan membagikan semangat bersepeda kepada orang lain.

"Usia memang handicap (hambatan), tapi kalau keinginan sudah kuat, saya yakin bisa. Karena pada akhirnya, hidup ini bukan soal menang atau kalah, melainkan bagaimana kita tetap bergerak maju," tegasnya.

Hebatnya, upaya Dwi tanpa target ini justru berakhir manis. Dia berhasil menembus garis finish sekitar pukul 13.00 WIB, hanya setengah jam sebelum batas waktu (cut off time). Sebuah prestasi membanggakan mengingat usianya yang tak lagi muda.

Dengan hasil ini, Dwi berhak atas medali Banyuwangi Blue Fire Ijen KOM, melengkapi dua medali dari seri sebelumnya. Ketiganya dapat dirangkai menjadi piramida bergengsi, sebagai bukti keberhasilannya menuntaskan Mainsepeda Thrilogy.

Bagi Dwi, bersepeda bukan sekadar hobi, melainkan babak baru untuk menulis ulang kisah hidupnya. Melalui pedal, ia seolah kembali menemukan semangat muda.

Kecintaan Dwi pada sepeda berawal sekitar tahun 2005 dengan bersepeda gunung di medan ekstrem Bukit Kapur Gresik. Aktivitas itu lama kelamaan menjadi rutinitas serius untuk menjaga kesehatan, membangun disiplin, dan mendekatkan diri dengan orang terdekat.

Sejak 2020, dia beralih ke roadbike dan intensitas latihannya makin teratur, tiga kali seminggu dengan jarak rata-rata 60 kilometer.

Baginya, tantangan sesungguhnya bukan melawan tanjakan, melainkan melawan diri sendiri. "Yang terberat itu bukan melawan usia, tapi membiasakan diri bangun pagi," ungkapnya.

Filosofi bahwa kekuatan pikiran menggerakkan tubuh ini ia wujudkan dalam komunitas yang ia dirikan, MOBCC – Mind Over Body Cycling Club. Keseriusannya bersepeda bahkan telah mencatatkan namanya di berbagai ajang internasional, termasuk Gran Fondo New York (GFNY) Bali dan masuk jajaran 110 pesepeda tercepat dunia di event bergengsi. (*)

Pewarta : Fazar Dimas Priyatna
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.