TIMES JATIM, PACITAN – Menghadapi musim hujan, Dinas Kesehatan Pacitan mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai sejumlah penyakit, yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD), leptospirosis, dan diare.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Pacitan, drg Nur Farida, menekankan pentingnya kesadaran masyarakat akan ancaman penyakit tersebut.
“Kami minta masyarakat lebih waspada terkait jenis penyakit tersebut,” ujar drg Nur Farida, Kamis (7/11/2024).
Menurutnya, ketiga penyakit ini sering kali terjadi saat memasuki musim hujan. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan dapat menjaga lingkungan agar tetap bersih dan terhindar dari hewan pembawa penyakit.
"Seperti nyamuk Aedes aegypti penyebab DBD dan tikus yang menjadi perantara leptospirosis," terangnya.
Sebagai upaya pencegahan, Farida menjelaskan bahwa kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sangat penting dilakukan.
“PSN adalah kegiatan utama untuk pemberantasan sarang nyamuk dan pencegahan demam berdarah,” tambahnya.
Lebih lanjut, Farida mengimbau masyarakat agar secara aktif melakukan PSN secara berkala di lingkungan tempat tinggal masing-masing.
Tidak hanya itu, sebagai upaya pencegahan leptospirosis, Farida juga mengingatkan pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi masyarakat yang berpotensi terpapar.
“Untuk leptospirosis mohon untuk optimalkan APD dalam mencegah kasus leptospirosis,” imbaunya.
Sementara itu, penggunaan APD, seperti sepatu atau sarung tangan, sangat dianjurkan khususnya bagi masyarakat yang sering berkegiatan di area berair atau berlumpur, di mana bakteri Leptospira dari urin tikus bisa tersebar.
Informasi Penyakit di Pacitan
Sebagai informasi, penyakit leptospirosis dan DBD pernah menjadi wabah di Pacitan. Leptospirosis, yang disebabkan oleh bakteri Leptospira, adalah penyakit zoonosis yang dapat menular melalui luka lecet, mata, hidung, atau mulut, terutama melalui air yang terkontaminasi urin tikus saat banjir.
Gejala umum leptospirosis meliputi demam, nyeri kepala, nyeri otot, hingga risiko gagal ginjal.
Sementara itu, DBD yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti juga dapat memicu berbagai gangguan pencernaan. “Gejala DBD antara lain demam tinggi mendadak, nyeri di ulu hati, mual, muntah, nyeri perut, dan diare,” jelas Farida.
Penyakit ini tidak hanya menimbulkan ketidaknyamanan, tetapi juga dapat membahayakan nyawa jika tidak segera ditangani.
Sebagaimana pemberitaan di TIMES Indonesia sebelumnya, kasus leptospirosis di Pacitan pernah mencapai titik kritis pada tahun 2022, dengan lebih dari 200 orang terinfeksi dan enam orang meninggal dunia.
Sementara, pada tahun 2023, wabah tersebut kembali terjadi dengan 99 warga yang positif terinfeksi dan tiga di antaranya meninggal dunia. Pemerintah Provinsi Jawa Timur bahkan ikut terlibat dalam penanganan kasus ini untuk mengurangi dampak penularan.
Oleh sebab itu, masyarakat diharapkan tidak lengah dalam menjaga kesehatan serta kebersihan lingkungan. Upaya PSN serta penggunaan APD menjadi langkah penting dalam mengurangi risiko penularan penyakit yang meningkat pada musim hujan.
“Pencegahan adalah langkah terbaik yang bisa dilakukan. Dengan menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, kita bisa terhindar dari penyakit berbahaya ini," pungkas drg Nur Farida terkait pencegahan DBD, Leptospirosis dan Diare di Pacitan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Musim Hujan Tiba, Masyarakat Pacitan Diminta Waspada DBD, Leptospirosis, dan Diare
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Deasy Mayasari |