TIMES JATIM, BANYUWANGI – Masyarakat Bumi Blambangan harus lebih waspada. Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat) Banyuwangi mencatat bahwa pemicu sebagian besar kasus kebakaran, terutama pada bangunan, adalah hubungan arus pendek atau korsleting listrik.
Kasus kebakaran bangunan yang dipicu oleh korsleting listrik ini menuntut perhatian serius. Masalah ini tidak hanya menimbulkan kerugian material, tetapi juga memiliki potensi besar untuk menimbulkan korban jiwa, terutama jika terjadi saat masyarakat sedang berada di dalam rumah atau tertidur lelap.
Kepala Dinas Damkarmat Banyuwangi, Yoppy Bayu Irawan melalui Humas, Muammar Kadhafi mengungkap, hingga Oktober 2025 Damkarmat Banyuwangi telah menangani sebanyak 121 kasus kebakaran mulai dari bangunan hingga lahan.
Dalam rinciannya, bahwa total ada 70 kasus kebakaran yang melibatkan bangunan. Data menunjukkan, insiden tersebut terdiri dari 29 kebakaran rumah, 39 kebakaran tempat usaha atau pabrik, dan 2 kebakaran kantor. Dari keseluruhan kasus kebakaran bangunan tersebut, penyebab dominan adalah korsleting listrik, yang tercatat memicu 52 peristiwa.
“Masyarakat diimbau agar selalu waspada, dan memperhatikan yang berhubungan dengan kelistrikan, jangan sampai menghanguskan tempat tinggal,” kata Kadhafi, Sabtu (8/11/2025).
Salah satu insiden kebakaran terdekat dan terbesar yang dipicu korsleting listrik terjadi di PT Margo Joyo Plywood, pabrik triplek yang berlokasi di Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore pada, Senin (27/10/2025).
Kebakaran bermula dari arus pendek listrik yang menyebabkan percikan api pada dinamo pompa tandon oli boiler. Akibat kejadian tersebut, pihak perusahaan ditaksir menelan kerugian material hingga mencapai Rp300 juta.
“Masih banyak lagi pabrik atau tempat usaha yang menelan banyak kerugian karena kebakaran korsleting listrik, Tidak sedikit juga yang menghanguskan rumah warga,” tutur Kadhafi.
“Sebaiknya masyarakat lebih hati-hati dan memperhatikan betul soal kelistrikan. Belajar dari kasus kebakaran yang terjadi,” imbuhnya.
Selain korsleting listrik yang mendominasi, penyebab kedua terbanyak kasus kebakaran adalah pembakaran sampah yang tercatat dalam 24 kejadian.
Sementara itu, insiden yang dipicu oleh regulator atau selang kompor menduduki peringkat ketiga dengan total 23 kasus. Sisanya merupakan faktor kelalaian lain yang lebih minor, seperti membuang puntung rokok sembarangan, termasuk beberapa kasus yang disebabkan oleh sambaran petir.
“Tahun 2024 kejadian kebakaran tercatat 186 kasus, dan tetap paling mendominasi karena korsleting listrik,” jelas kadhafi. (*)
| Pewarta | : Syamsul Arifin |
| Editor | : Imadudin Muhammad |