TIMES JATIM, KEDIRI – Desa Sukoharjo, Kabupaten Kediri, memiliki tradisi unik yang selalu dinantikan saat Idul Fitri. Tradisi ini yaitu lomba takbir keliling yang digelar secara meriah, Minggu (30/03/2025) malam.
Lomba takbir keliling menjadi daya tarik utama dalam perayaan Idul Fitri di Sukoharjo. Sebanyak 13 musala berpartisipasi dalam ajang ini, masing-masing mengirimkan satu mobil yang dihias dengan nuansa Ramadan oleh remaja masjid. Mobil-mobil ini dihiasi dengan berbagai miniatur masjid yang indah, lampu warna-warni, dan ornamen khas Ramadan yang memancarkan keindahan tersendiri.
Takbir yang dikumandangkan juga menjadi salah satu aspek penilaian utama dalam lomba ini. Suara takbir yang menggema di sepanjang jalan menambah kekhidmatan suasana, menciptakan perpaduan antara spiritualitas dan kemeriahan dalam menyambut hari kemenangan.
Tak hanya lomba takbir keliling, anak-anak juga turut serta dalam memeriahkan malam takbiran dengan membawa lampion dan obor. Cahaya yang mereka bawa menciptakan pemandangan yang indah, menerangi jalan-jalan desa dengan nuansa khas Idul Fitri. Anak-anak berlarian dengan wajah ceria, menambah keceriaan dan kehangatan malam penuh berkah ini.
Salah satu keunikan yang paling ditunggu dalam tradisi ini adalah penyalaan ratusan petasan racikan warga. Petasan ini hanya dinyalakan dengan pengawasan ketat. Pada momen tertentu, seluruh petasan dinyalakan secara bersamaan, menciptakan ledakan yang menggelegar dan membahana di seluruh desa, menjadi simbol perayaan kemenangan setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa.
Para anak membawa obor sebagai tanda hangatnya menyambut hari kemenangan. (Foto: Arli Ochaputri Hartono/TIMES Indonesia)
Menghadapi kemeriahan yang begitu besar, panitia yang berjumlah 13 orang bertanggung jawab untuk memastikan kelancaran acara. Mereka mengatur lalu lintas, mengarahkan peserta, dan memastikan keamanan warga yang turut menyaksikan perayaan ini. Salah satu tantangan utama adalah asap tebal yang dihasilkan dari ledakan petasan. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, panitia menggunakan senter sebagai penanda dan kode peringatan agar masyarakat tetap berhati-hati saat berada di sekitar lokasi perayaan.
Tradisi ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Idul Fitri di Sukoharjo. Masyarakat selalu menyambutnya dengan antusias, menunggu momen di mana takbir berkumandang, lampion menerangi malam, dan petasan meledak meramaikan langit desa. Kemeriahan ini tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga menjadi ajang mempererat tali silaturahmi antarwarga.
Keunikan lain dari tradisi ini adalah durasi penyalaan petasan yang berlangsung dari pukul 8 malam hingga pagi hari. Selama berjam-jam, suara petasan terus menggema di seluruh penjuru desa, memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi siapa pun yang menyaksikannya.
Dengan kombinasi antara budaya, kekompakan warga, dan semangat kebersamaan, perayaan Idul Fitri di Sukoharjo, Kediri, selalu menjadi momen yang dinanti-nantikan oleh masyarakat setempat setiap tahunnya. Tradisi ini tidak hanya menjadi kebanggaan lokal, tetapi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi siapa saja yang ingin merasakan atmosfer Idul Fitri yang berbeda dan penuh keceriaan. (*)
Pewarta: Arli Ochaputri Hartono
Pewarta | : TIMES Magang 2025 |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |