https://jatim.times.co.id/
Opini

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H

Selasa, 01 April 2025 - 12:24
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H Dr. Apriyan D Rakhmat, M.Env, Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Islam Riau Pekanbaru

TIMES JATIM, RIAU – Bulan Ramadan 1446 H telah pergi meninggalkan kita, dan berganti dengan 1 Syawal 1446 pasca diumumkan oleh Menteri Agama Republik Indonesia pada ba’da Maghrib, hari Sabtu, 29 Maret 2025 Masehi, bahwa hasil sidang isbat menetapkan bahwa 1 Syawal 1446 H jatuh pada hari Senin, 31 Maret 2025 yang bermakna umat  Islam di Indonesia secara resmi akan merayakan Hari Raya Idul Fitri 1446 H pada hari tersebut. 

Suatu hari yang telah ditunggu-tunggu kehadirannya dalam rangka merayakan kegembiraan dan sukacita setelah sebulan penuh berpuasa di bulan suci Ramadan. Bersukacita dengan harapan Allah telah mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu. 

Bergembira karena akan menyantap berbagai menu hidangan dan aneka kue lebaran bersama keluarga tercinta, kerabat, tetangga, handai tolan, teman, dan kolega. Bergembira dengan pakaian yang serba baru, serta asesoris baru lainnya yang telah mentradisi di Tanah Air. 

Dalam konteks Indonesia, peringatan Hari Raya Idul Fitri terasa lebih meriah berbanding Hari Raya Idul Adha, karena adanya tradisi balek kampong atau mudik lebaran yang telah berlaku semenjak dari dulu. 

Selain itu juga karena adanya cuti yang lebih lama yang diterapkan oleh pemerintah, untuk memberikan kesempatan yang lebih leluasa kepada umat Islam untuk merayakan hari raya, baik di tempat bermukim ataupun pulang ke kampung halaman merayakan Hari Raya bersama keluarga dan kerabat serta teman-teman.

Biasanya juga menjelang Hari Raya Idul Fitri, umat Islam di Tanah Air juga sudah mempersiapkan hidangan seperti lontong dengan ciri khas ketupatnya untuk disantap sepulang melaksanakan sholat Idul Fitri. 

Begitu juga tradisi untuk menghadirkan berbagai macam aneka kue dan makanan yang disediakan untuk disantap selama perayaan Hari Raya Idul Fitri, baik kue-kue tradisional maupun kue modern dengan minumannya sesuai dengan perkembangan zaman dan cita rasa di era global masa kini.

Memang secara fitrahnya, Hari Raya  adalah kemeriahan yang dicirikan dengan aneka ragam makanan dan minuman, pakaian yang serba baru, rumah dengan dandanan baru, saling kunjung-mengunjungi dan bermaaf-maafan satu dengan yang lainnya. 

Oleh karena itu, pada Hari Raya tidak dibolehkan berpuasa. Dan memang secara bahasa, arti fitri adalah makan atau berbuka, sehingga pengertian yang benar dari Idul Fitri adalah kembali makan dan minum, bukan kembali ke Fitrah (kesucian) seperti yang banyak dipergunakan selama ini.

Kaum muslimin juga biasanya mengenakan pakaian dan asesori yang serba baru dalam rangka merayakan Hari Raya Idul Fitri, mulai dari anak-anak, remaja hingga lansia. Termasuk juga mendandani rumah agar terlihat baru dengan melakukan cat baru, menukar wallpaper untuk ruangan, dan membeli perabot rumah tangga yang baru seperti kursi dan meja bagi yang ada kemampuan finansial. Segelintir lagi bahkan ada yang membeli kenderaan baru dalam rangka memeriahkan Hari Raya bersama keluarga tercinta. 

Pusat-pusat perbelanjaan dan pasar untuk perlengkapan Hari Raya Idul Fitri juga kecipratan rezeki dengan meningkatnya kaum Muslimin yang berbelanja untuk merayakan Hari Raya. Mayoritas adalah untuk membeli baju, celana, mukena, jilbab, sendal, sepatu, sarung, aneka kue dan minuman untuk memeriahkan Hari Raya. Toko-toko bangunan juga kecipratan rezeki dengan meningkatnya kaum muslimin membeli keperluan untuk mempercantik tampilan rumah.

Tempat hiburan dan rekreasi biasanya juga ramai dikunjungi masyarakat selama Hari Raya Idul Fitri, khususnya bagai warga kota yang tidak balek kampong atau mungkin sudah tidak memiliki keluarga dan kerabat di kampung halaman.

Usaha bisnis perjalanan, baik udara, laut, sungai maupun darat juga mengalami peningkatan omzet bersempena Hari Raya Idul Fitri. Keadaaan ini dipicu dengan adanya tradisi balek kampong dan mudik lebaran yang telah berlaku sejak berjaman di Tanah Air. 

Rasanya ada sesuatu yang hilang dan kurang afdol jika tidak balek kampong untuk merayakan Hari Raya, khususnya bagi yang masih memiliki orang tua dan karib kerabat di kampung halaman.

Walaupun masih ada segelintir yang dengan terpaksa tidak bisa balek kampong karena urusan pekerjaan, kehabisan tiket, sakit ataupun karena kurangnya bekal untuk dibawa pulang.

Sehubungan fenomena mudik lebaran atau balek kampong di Tanah Melayu, menjadikan kota kesepian dan lengang. Jalanan yang biasanya macet mendadak menjadi sepi. Penghuni kota berduyun-duyun pulang ke kampung halaman masing-masing. Desa mendadak menjadi ramai dan membludak dengan kedatangan para tamu yang datang dari berbagai penjuru kota di Tanah Air.

Di tengah kelesuan ekonomi, efisiensi anggaran dari pemerintah pusat, isu tunda bayar di pemerintahan dan meningkatnya harga dan kebutuhan pokok lainnya, kehadiran Hari Raya Idul Fitri dapat untuk memberikan berkah bagi peningkatan daya beli masyarakat, khususnya untuk keperluan Hari Raya. 

Terjadinya peningkatan roda perekonomian bersempena Hari Raya Idul Fitri, baik usaha mikro, kecil dan menengah  (UMKM) maupun usaha menengah ke atas. Ekonomi sedikit terdongkrak dengan terjadinya peningkatan konsumsi dan daya beli masyarakat.

Kehadiran para pemudik ke kampung halaman juga akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi wilayah dan pedesaan. Biasanya para pemudik  akan membawa hasil dan rezeki yang didapatkan selama bekerja di rantau dan perkotaan, yang sebagiannya tentu akan dibelanjakan dan diberikan kepada keluarga, dan kerabat di kampung halaman. 

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H. Taqabbalallahu minna wa min kum. Minal aidhin wal faidzin. Mohon maaf lahir dan batin.

***

*) Oleh : Dr. Apriyan D Rakhmat, M.Env, Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Islam Riau Pekanbaru.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.