https://jatim.times.co.id/
Berita

In Memoriam KH Chalid Mawardi: Heroisme Pembelaan Ansor-Banser di Sidang Kabinet 1964

Jumat, 26 Juli 2024 - 20:22
In Memoriam KH Chalid Mawardi: Heroisme Pembelaan Ansor-Banser di Sidang Kabinet 1964 Imron Rosyadi Hamid, Mantan Sekretaris PW GP Ansor Jawa Timur, Kini Wasekjen PBNU.

TIMES JATIM, JAKARTA – Saya terakhir bertemu Pak Chalid Mawardi pada tahun 2013 di sebuah acara GP Ansor di Jakarta. Perjalanan sejarah Pak Chalid Mawardi dalam pergerakan kepemudaan bukanlah singkat. Beliau memulai karirnya di Gerakan Pemuda Ansor pada era Bung Karno hingga mencapai puncak perkhidmatannya sebagai Ketua Umum GP Ansor pada era Pak Harto.

Nama Pak Chalid Mawardi tercatat sebagai saksi hidup ketika GP Ansor menghadapi masa-masa sulit melawan PKI. Wafatnya Pak Chalid Mawardi hari ini mengingatkan kita pada peristiwa 60 tahun silam ketika Ansor dan Banser mendapatkan perlakuan tidak adil akibat tindakan yang mereka lakukan. 

Berikut adalah hasil wawancara penulis dengan Sejarawan NU dan Ansor yang juga pernah menjadi wartawan Majalah TEMPO, Choirul Anam, yang saya rekam pada tanggal 9 Februari 2018.

Pada Sidang Kabinet Maret 1964, Ketua CC PKI yang juga Wakil Ketua MPRS, DN Aidit, meminta kepada Bung Karno agar Ansor dibubarkan karena dianggap melakukan tindakan kekerasan terhadap rakyat. Permintaan Aidit ini didasari oleh peristiwa bentrokan yang melibatkan Banser akibat aksi sepihak PKI di Kediri beberapa hari sebelumnya. 

Dalam Sidang Kabinet tersebut, KH Idham Chalid (Ketua Partai NU, Wakil Ketua MPRS) menolak permintaan Aidit dan mengatakan di depan Bung Karno, “Tidak bisa, saya tidak pernah mengajarkan Ansor kekerasan, yang dilakukan Ansor itu membela rakyat dan peristiwa Kediri itu akibat BTI (Barisan Tani Indonesia, salah satu elemen PKI) yang melakukan aksi sepihak.” 

Cerita ini disampaikan oleh KH Idham Chalid kepada publik dalam Apel Besar Nahdlatul Ulama yang dilaksanakan di Blitar pada April 1964, di hadapan kader-kader Ansor dan Banser Blitar yang dipimpin oleh Muhammad Zainuddin Kayubi, yang dianggap terlibat dalam Insiden Kediri.

Dalam pidatonya, KH Idham Chalid melanjutkan, “Dalam waktu dekat Saudara-saudara akan dipanggil Badan Pusat Intelijen (BPI) ke Jakarta. Tapi tidak apa-apa, kamu harus datang.” 

Beberapa hari kemudian pada April 1964, Ketua Ansor dan Banser Blitar, Kayubi, menemui Ketua Lembaga Telik Sandi yang sangat powerful dan ditakuti waktu itu, DR Soebandrio, yang didampingi sekretaris BPI, Mayjen Soetarto. Kayubi didampingi oleh Pengurus Wilayah Ansor Jawa Timur, Kun Solehudin dan Hizbullah Huda, serta diantar oleh Pimpinan Pusat Ansor Yahya Ubaid (Ketua), Chalid Mawardi (Sekjend Ansor) dan KH Yusuf Hasyim (PBNU).

Dalam pertemuan tersebut, Soebandrio mengatakan kepada rombongan Ansor dan Banser, “Anda tahu, anda ini kalah dalam urusan intelijen dengan PKI. PKI tahu posisi anda di sini, posisi Pak Idham di mana, tapi anda tidak tahu posisi Aidit di mana. Kamu tidak benar melakukan ini (bentrokan di Kediri).” 

Pernyataan Soebandrio ini langsung dibantah oleh Kun Solehudin dan Hizbullah Huda sambil memberikan “Buku Putih” yang sudah disiapkan oleh Kayubi, berisi penjelasan kronologi peristiwa Kediri.

Sejarah kemudian membuktikan bahwa Ansor dan Banser tetap tegak berdiri mengawal NKRI hingga kini. Bravo Ansor – Banser!

Kullu man 'alaiha faan. Untuk Almarhum Pak Chalid Mawardi yang hari ini berpulang, lahu Alfatihah. (*)

 

*) Oleh: Imron Rosyadi Hamid, Mantan Sekretaris PW GP Ansor Jawa Timur, Kini Wasekjen PBNU

Pewarta :
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.