TIMES JATIM, PACITAN – Hari Minggu di Telaga Biru, Dusun Klepu Krajan, Desa Klepu, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan tampak berbeda dari biasanya.
Cuaca cerah dan udara sejuk kawasan perbukitan disambut dengan tawa riang anak-anak yang memenuhi tepian telaga. Mereka berkumpul menyaksikan keseruan lomba rakit sederhana yang digelar warga setempat.
Wahana air yang biasanya hanya menjadi tempat warga mencari air bersih, kini disulap menjadi arena permainan edukatif.
Warna hijau lumut pada permukaan telaga menjadi latar yang unik bagi perahu rakit yang melaju perlahan menuju garis finish.
Rakit-rakit tersebut dibuat secara mandiri menggunakan galon bekas sebagai pelampung, dan dirakit dengan bahan seadanya. Meski sederhana, namun justru itulah yang menambah daya tarik kegiatan ini.
Satu perahu biasanya ditumpangi oleh empat hingga lima remaja. Mereka mengenakan pelampung berwarna marun sebagai pengaman selama mengarungi telaga.
Suasana ramai terdengar ketika suara sorak-sorai dan teriakan semangat terdengar dari pinggir telaga hingga ke tengah perairan.
Menurut salah satu warga penggagas kegiatan ini, Suratman, lomba rakit ini merupakan bentuk pemanfaatan potensi air telaga yang sebelumnya hanya digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.
"Selama ini telaga hanya untuk kebutuhan sehari-hari. Padahal bisa dikembangkan untuk kegiatan positif anak-anak. Jadi, kami coba buat kegiatan rakitan ini," jelas Suratman kepada TIMES Indonesia, Minggu (25/5/2025).
Ia menambahkan, peserta kegiatan berasal dari kalangan pelajar, mulai dari siswa SD hingga remaja yang tergabung dalam Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ).
Menurutnya, ini juga sekaligus menjadi sarana mempererat hubungan sosial di antara warga dan anak-anak sekitar.
"Pesertanya anak-anak sekolah dan TPQ. Harapannya, ke depan bisa jadi agenda rutin dua minggu sekali," tambahnya.
Selain menghibur, kegiatan ini juga diharapkan dapat melatih kekompakan, kreativitas, dan keberanian para peserta dalam menghadapi tantangan. Tidak hanya itu, kegiatan ini dinilai positif oleh orang tua yang turut menyaksikan dari pinggir telaga.
Namun, warga juga menyadari bahwa keberlangsungan kegiatan ini bergantung pada ketersediaan air telaga.
Sementara itu, menurut warga lainnya, Mahmud, telaga tersebut mengandalkan air hujan kiriman dari langit.
"Kalau musim kemarau, air telaga biasanya menyusut. Jadi kegiatan seperti ini hanya bisa dilakukan saat musim hujan atau saat debit air cukup," ujarnya.
Meski demikian, semangat warga untuk mengembangkan potensi Telaga Biru tetap tinggi.
Mereka berharap ke depan telaga ini bisa dikembangkan lebih jauh sebagai destinasi wisata edukatif bagi anak-anak dan keluarga.
Meski fasilitas masih terbatas, warga berencana untuk mengembangkan Telaga Biru sebagai salah satu destinasi wisata alternatif berbasis partisipasi masyarakat.
Selain itu, kegiatan swadaya masyarakat lokal di Telaga Biru Klepu berpotensi menjadi alternatif wisata keluarga Pacitan yang murah meriah namun sarat makna edukatif.
Setidaknya, setiap dua pekan sekali, telaga ini akan kembali ramai oleh suara tawa anak-anak dan dentuman air rakit yang melaju pelan, menyambut cerianya akhir pekan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Adu Rakit dan Canda Anak-anak Warnai Minggu Ceria di Telaga Biru Klepu Pacitan
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Deasy Mayasari |