TIMES JATIM, PROBOLINGGO – Gunung Argopuro,, Jatim, merupakan jalur pendakian terpanjang di Pulau Jawa, dan sangat melelahkan bagi siapa saja yang mendaki Argopuro. Tapi di tengah lelah itu, para pendaki seakan menemukan surga tersembunyi. Surga itu adalah Danau Taman Hidup yang memiliki air jernih, dan tempat para pendaki melepas lelah.
Ya, danau Taman Hidup merupakan satu-satunya danau yang ada di jalur pendakian Gunung Argopuro. Lokasinya masuk wilayah Kabupaten Probolinggo. Sementara secara keseluruhan luas wilayah, pegunungan Argopuro terbagi di empat kabupaten. Yakni Kabupaten Probolinggo, Situbondo, Bondowoso dan Jember.
Untuk bisa mencapai danau di ketinggian 1.980 meter di atas permukaan air laut (mdpl) para pendaki bisa melalui dua jalur utama. Bisa melalui pintu masuk Desa Bermi, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo. Atau, melalui Desa Baderan, Kecamatan Bantengan, Kabupaten Situbondo.
Tapi umumnya, jika pendaki hanya ingin menuju danau Taman Hidup, maka jalur yang tepat yakni melalui Desa Bermi, Kabupaten Probolinggo. Sebab jika melalui Desa Baderan, Situbondo jalurnya jauh lebih panjang. TIMES Indonesia akan membagikan cerita pengalaman saat mendaki danau Taman Hidup.
Kembali ke jalur menuju danau Taman Hidup. Dari Desa Bermi, pendaki harus mempersiapkan banyak hal. Mulai dari logistik, hingga kebugaran fisik. Patut diketahui, menuju danau Taman Hidup melalui Bermi akan melewati track menanjak. Beberapa spot terbilang ekstrem, dan jalurnya seperti menaiki anak tangga. So, sudah pasti melelahkan dan memaksa otot kaki mengencang kuat.
Meski jalurnya ekstrem, namun pendaki akan melewati banyak vegetasi tumbuhan. Jika dirunut dari jalur bawah, yang pertama akan dijumpai oleh pendaki adalah tanaman perkebunan rakyat. Seperti kopi, kubis, dan tanaman sayuran lainnya. Suhu udara di jalur tersebut masih tergolong hangat.
Setelah melewati perkebunan rakyat dan keringat kecil mulai membahasahi tubuh, pendaki akan masuk ke kawasan yang super rindang dan sejuk. Tubuh pendaki yang semula hangat, bisa mendadak dingin. Jika badan tidak bugar, bukan tidak mungkin pendaki akan merasakan panas dingin. Kawasan itu adalah hutan damar.
Di sekitaran danau Taman Hidup terdapat tanah lapang yang bisa ditempati pendaki untuk mendirikan tenda. (FOTO: Pos Pendakian Bermi for TIMES Indonesia)
Pepohonan damar menjulang dan tumbuh rapat. Hal itulah yang membuat area hutan damar super sejuk dan kurang sinar matahari. Tapi, jalur di hutan damar tergolong landai. Bagi pendaki, jalur hutan damar menjadi "bonus" pendakian.
"Jalurnya datar, landai. Lumayan untuk mengendorkan otot kaki, setelah sebelumnya jalurnya naik terus," kata Kustimansyah, seorang pendaki yang menemani TIMES Indonesia.
Setelah melewati hutan damar, setiap pendaki akan melewati hutan luas dengan aneka ragam tumbuhan. Bahkan pohon berusia ratusan tahun, dengan diameter sekitar 2 meter dapat dijumpai. Jangan dibayangkan akan banyak tumbuhan buah di dalam hutan tersebut. Tidak ada sama sekali. Tapi bagi pendaki yang ingin memperdalam materi survival, tumbuhan yang ada sudah cukup untuk bertahan hidup seadanya.
Setelah melewati jalur panjang, pendaki akan tiba di tanah lapang yang tak begitu luas. Di salah satu pohon di lahan lapang tersebut terdapat plang yang dipasang oleh Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam atau BBKSDA Jawa Timur. Plang itu bertuliskan "Kawasan Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang".
Nah, jika telah sampai dan melihat plang tersebut, itu artinya pendaki sudah berjarak sekitar 300 meter ke arah timur menuju danau Taman Hidup.
Untuk sampai di danau Taman Hidup, pendaki tidak lagi melewati track nanjak. Jalurnya sudah datar, dan dengan mudah membuka "pintu" Taman Hidup.
Yap, tibalah kita di danau yang dikenal mistis tersebut. Tapi tenang saja. Asal kita tidak berbuat yang negatif, maka kejadian mistis itu tidak akan kita alami.
Plang tersebut menandakan bahwa danau Taman Hidup masuk dalam Kawasan Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang. (FOTO: Pos Pendakian Bermi for TIMES Indonesia)
"Senang rasanya ketika sudah melihat hamparan luas Taman Hidup. Lelah terbayarkan," ujar Kustimansyah.
Perlu diketahui, debit air danau Taman Hidup cukup besar. Di sekelilingnya tumbuh tanaman rumput rawa. Jadi untuk bisa mencapai air jernih Taman Hidup, pendaki bisa melewati jembatan yang menyerupai anjungan.
Di ujung anjungan terpasang atap sederhana, sehingga siapa saja bisa berteduh di bawahnya. Biasanya, di bawah atap tersebut pendaki memanfaatkannya untuk menikmati eksotiknya Taman Hidup, dengan latar perbukitan. Ada pula pendaki yang mancing, untuk mendapatkan ikan segar dari dalam air danau tersebut.
"Betah rasanya berlama-lama di Taman Hidup. Udaranya sejuk. Mata memandang daun hijau di sekiling danau rasanya tidak bosan," kata pendaki asal Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo ini.
Sementara, petugas Pos Pendakian Argopuro Desa Bermi, Kecamatan Krucil, Syamsul Arifin mengatakan, setiap pendaki tidak akan bosan untuk tracking ke Argopuro. "Meski jalurnya menanjak, tapi saya yakin mengasyikkan," katanya.
Pria yang karib disapa Cak Ripen ini mengingatkan kepada setiap pendaki, untuk tetap menjaga etika dan prosedur pendakian. Seperti, melapor ke pos pendakian untuk dilakukan pendataan, tidak membuang sampah selama pendakian. "Juga, jaga etika pendakian," ujarnya.
Jadi, jika anda berniat melakukan pendakian ke Danau Taman Hidup di Gunung Argopuro, maka persiapkanlah fisik dan mental anda. Tetaplah ikuti prosedur pendakian yang benar, dengan tetap menjaga etika pendakian. (*)
Pewarta | : Rhomadona (MG-410) |
Editor | : Deasy Mayasari |