TIMES JATIM, PONOROGO – Tren running di beberapa daerah di Indonesia terus meroket, bergerak melampaui sekadar olahraga menjadi fenomena sosial dan budaya.
Di balik gegap gempita ratusan fun run dan marathon yang membanjiri kalender event di beberapa daerah, ada satu nama yang selalu hadir menjadi energi positif, Yoshi Prabowo asal Ponorogo.
Bagi banyak komunitas lari, ungkapan "Di mana ada lari, di situ ada Yoshi" bukanlah sekadar gimmick, melainkan sebuah pengakuan atas perannya sebagai sosok yang konsisten, inspiratif, dan selalu membumi.
Yoshi Prabowo, yang kini dikenal sebagai salah satu pioneer dan influencer paling berpengaruh dalam kancah running Ponorogo, telah membuktikan bahwa lari bukan hanya tentang kecepatan atau jarak, melainkan sebuah gaya hidup yang membangun.

Kehadirannya hampir di setiap acara lari, menjadikannya wajah yang akrab sekaligus penyemangat bagi ribuan pelari, baik pemula maupun veteran.
Ia dikenal karena pendekatannya yang otentik.
Yoshi tidak hanya membagikan capaian pribadinya, tetapi lebih sering menyoroti cerita para pelari lain, edukasi mengenai teknik yang benar, pentingnya pemulihan, dan yang terpenting, nilai-nilai komunitas.
“Lari itu jujur. Ia mengajarkan kita disiplin, kesabaran, dan yang paling keren, kita bisa melihat bagaimana satu komunitas itu saling mendukung,” ujar Yoshi Prabowo kepada TIMES Indonesia, Minggu (7/12/2025).
Saat ditanya mengenai motivasinya yang tak pernah padam untuk selalu hadir di setiap start line dan finish line, Yoshi menjawab bahwa ia menemukan makna sejati dalam interaksi dengan para pelari.

“Banyak orang mulai lari karena ingin sehat, ingin kurus, atau ingin ikut tren. Tapi yang membuat mereka bertahan lama adalah komunitas. Mereka menemukan teman baru, sistem dukungan, bahkan keluarga kedua,” jelas Yoshi dengan senyum khasnya.
Yoshi menambahkan bahwa ia secara pribadi telah menyaksikan bagaimana lari bertransformasi menjadi sarana terapi mental bagi banyak orang.
“Lari adalah tempat untuk membersihkan kepala. Ketika kita lari, kita fokus pada napas dan langkah, dan itu adalah momen meditasi terbaik. Ini bukan hanya tentang fisik; lari itu tentang ketahanan mental, tentang melihat diri kita bisa melangkah lebih jauh dari yang kita kira,” imbuhnya.
Ia berharap tren running lifestyle ini tidak hanya menjadi hype sesaat, melainkan fondasi bagi budaya hidup aktif jangka panjang di Indonesia.
“Harapan saya sederhana, semoga setiap pelari menemukan tujuan mereka. Dan sebagai komunitas, kita harus terus menjadi jaring pengaman, memastikan setiap orang, tidak peduli seberapa lambat atau cepat, merasa diterima. Intinya, di setiap langkah, ada cerita dan dukungan yang harus kita jaga," ucapnya. (*)
| Pewarta | : M. Marhaban |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |