TIMES JATIM, MALANG – Perjalanan hidup Prof. Dr. Hj. Ilfi Nur Diana, M.Si., CAHRM., CRMP adalah kisah tentang kegigihan dan ketelatenan. Dari seorang santri yang aktif menulis di mading pesantren, ia tumbuh menjadi akademisi, penggerak organisasi perempuan NU, hingga akhirnya dipercaya menakhodai UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang 

Prof Ilfi resmi menjabat sebagai Rektor UIN Maliki Malang periode 2025–2029, setelah dilantik langsung oleh Menteri Agama, pada 31 Juli 2025. Penetapan dirinya sebagai rektor tidak hanya mencatat sejarah sebagai rektor perempuan pertama di kampus tersebut, tetapi juga menegaskan kiprah panjang seorang perempuan pesantren yang berhasil menembus posisi strategis dalam dunia akademik nasional.

Sosok Bu Nyai di pesantren Al-Yasini Pasuruan itu, sekaligus memiliki rekam jejak kepemimpinan yang mumpuni di perguruan tinggi. Lahir dan besar dalam kultur pesantren, Prof. Ilfi menghabiskan masa remajanya sebagai santri aktif di lingkungan Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.

Semasa MA, ia sudah menunjukkan bakat kepemimpinan sebagai anggota OSIS sekaligus jurnalis siswa di Madrasah Aliyah Bahrul Ulum. Tradisi itu berlanjut ketika menempuh pendidikan tinggi di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Di kampus, ia terlibat dalam berbagai organisasi intra dan ekstra mahasiswa, termasuk PMII, serta aktif sebagai jurnalis mahasiswa Fakultas Syariah.

Jejak kepesantrenan yang kuat ini mengantarkannya menjadi salah satu pengasuh dan kini Ketua Umum Yayasan Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini Pasuruan, sebuah lembaga besar yang menaungi pendidikan dari dasar hingga perguruan tinggi.

Karir akademiknya dibangun dengan fondasi ilmiah yang solid. Ia menyelesaikan sarjana Ekonomi Syariah di IAIN Sunan Ampel (1996), kemudian meraih Magister Sains bidang Ilmu Ekonomi dan Manajemen dari Universitas Padjadjaran (2002). Gelar doktor bidang Manajemen diperolehnya dari Universitas Airlangga pada 2011 melalui disertasi tentang kepemimpinan Islami dan kinerja sumber daya manusia di UIN Malang.

Wanita yang akrab disapa Bunda Rektor itu kemudian dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Manajemen SDM. Kompetensinya juga diperkuat oleh berbagai sertifikasi internasional seperti CAHRM (Certified Advanced Human Resource Management), CRMP (Certified Risk Management Professional), hingga Fellow of the American Academy of Project Management.

Sebelum menjadi rektor, Prof. Ilfi memiliki rekam jejak panjang sebagai pengelola kampus. Ia pernah menjabat sebagai Wakil Dekan Fakultas Ekonomi, dan dua kali dipercaya sebagai Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan. Pada posisi tersebut, ia menjadi salah satu motor penguatan tata kelola kampus, mulai dari penerapan remunerasi berbasis kinerja, peningkatan budaya riset, hingga percepatan pembangunan Kampus III Ar-Rahim UIN Malang di Kota Batu.

Kepemimpinan Prof. Ilfi dikenal humanis namun tegas, berintegritas, serta berorientasi pada perubahan. Dalam berbagai kesempatan, ia menegaskan bahwa UIN Malang perlu memperkuat internasionalisasi, digitalisasi tata kelola, dan pengembangan budaya akademik yang berkarakter Islami.

Visi tersebut sejalan dengan rekam jejaknya yang banyak terlibat dalam penguatan ekosistem pesantren dan kampus, terbukti melalui karya-karya ilmiahnya seperti Merawat Tradisi Pesantren di Perguruan Tinggi, Eco-Pesantren, hingga Manajemen Kinerja Islami.

Di luar kampus, Prof. Ilfi merupakan figur penting di lingkungan Nahdlatul Ulama. Ia aktif di Fatayat dan Muslimat NU Pasuruan, Wakil Bendahara ISNU Jawa Timur, serta menjadi penggerak koperasi dan lembaga keuangan syariah pesantren. Ia juga dikenal sebagai pembina Himpunan Pengusaha Santri Indonesia serta tokoh yang menguatkan jejaring alumni pesantren di berbagai daerah.

Kiprahnya turut diakui melalui berbagai penghargaan, termasuk Woman of the Year Jawa Timur 2024, Top Achievement Award 2025, dan Lencana Hakaryo Guno Mamayu Bawono Emas dari Pemerintah Kota Batu.

Kini memimpin UIN Malang, Prof. Ilfi membawa napas pesantren dalam visi global kampus. Dengan pengalaman tatakelola, rekam jejak intelektual, dan kedekatannya dengan dunia pesantren, kehadirannya sebagai rektor mencerminkan sinergi antara tradisi keilmuan klasik dan tuntutan perguruan tinggi modern.

Dari seorang Bu Nyai pesantren Al-Yasini, ia kini berdiri sebagai pemimpin kampus Islam negeri terkemuka di Indonesia, menjadi inspirasi bagi santri dan perempuan pesantren di seluruh negeri. (*)