TIMES JATIM, MALANG – Di balik tren meningkatnya konsumsi kopi di Indonesia, ada cerita kecil dari sebuah UMKM di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Kopi Warining Dampit, yang memproduksi kopi susu siap minum, harus menghadapi kerugian setiap bulan.
Bukan karena kurang pembeli, melainkan karena produk mereka hanya bertahan dua hari sebelum berubah rasa akibat mikroba pembusuk seperti pseudomonas sp. Tak jarang, 36 persen produk rusak sebelum sampai ke tangan konsumen. Kerugian yang ditanggung pun tidak kecil, mencapai Rp4,7 juta per bulan.
Masalah itu kemudian mengetuk kepedulian lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB). Lewat Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penerapan Iptek (PKM-PI) 2025, mereka menawarkan solusi berbasis teknologi.
Tim ini beranggotakan Emmanuel Raphael Lesmana (Bioteknologi), Phelia Angelina (Ilmu dan Teknologi Pangan), Dastino Putra Rendylovind (Teknik Bioproses), Jevon Imantaka Soekardjo (Bioteknologi), dan Anggun Istianaya Nasuwa (Teknologi Industri Pertanian), dengan dosen pembimbing Joko Prasetyo.
Mereka menghadirkan inovasi berupa Pulsed Electric Field (PEF) dan Automatic Dispensing. Teknologi ini dirancang untuk memperpanjang umur simpan sekaligus menjaga kualitas kopi susu siap minum.
Emmanuel, ketua tim, menegaskan keunggulan teknologi tersebut. “Dengan PEF, kopi susu siap minum dapat bertahan hingga 14 hari, jauh lebih lama dibandingkan sebelumnya yang hanya dua hari. Ditambah dengan sistem Automatic Dispensing, proses pengemasan lebih steril dan efisien,” katanya.
Rancangannya terdiri dari tabung PEF berbahan stainless steel yang menyalurkan pulsa listrik bertegangan tinggi guna membunuh mikroba. Sementara Automatic Dispenser berbasis Arduino mengatur volume cairan agar keluar sesuai takaran, sekaligus menjaga kebersihan saat pengemasan.
Menariknya, teknologi ini juga mengurangi jumlah tenaga kerja dari enam orang menjadi dua orang dalam proses produksi. Efisiensi sekaligus efektivitas.
Bagi Denny Christian, pemilik Kopi Warining Dampit, inovasi ini menjadi angin segar. “Kami sangat terbantu dengan adanya inovasi ini. Harapannya, produk kami bisa lebih bersaing, tidak hanya di Malang, tetapi juga di pasar luar Malang,” ucapnya.
Bagi mahasiswa UB, program ini bukan sekadar proyek, melainkan kontribusi nyata bagi UMKM. Selain memperpanjang masa simpan produk, inovasi ini juga mendukung pemerataan ekonomi dan selaras dengan semangat pembangunan berkelanjutan.
Tim berencana menyempurnakan rancangan alat serta memperluas kerja sama dengan UMKM lain. Harapannya, teknologi PEF dan Automatic Dispensing dapat membantu lebih banyak pelaku usaha kopi susu siap minum menghadapi persoalan yang sama. (*)
Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |