TIMES JATIM, SURABAYA – Ratusan mahasiswa teknik sipil dari berbagai daerah di Indonesia beradu keterampilan dan kemahiran membuat prototipe mechanically stabilized earth (MSE) wall atau dinding penahan tanah yang diperkuat dengan geosintetik.
MSE wall ini dapat dimanfaatkan sebagai metode pencegahan tanah longsor di daerah lereng yang dianggap rawan.
Kompetisi berlabel Geotechnical Engineering Competition GEC 2024 atau kompetisi geoteknik 2024 tersebut digelar Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya sejak Sabtu (16/11/2024).
Kompetisi Geotechnical Engineering Competition (GEC) 2024 yang sudah 10 kali digelar sejak tahun 2014 ini kembali digelar di ITS Surabaya.
Kompetisi GEC didukung oleh Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia (HATTI) dan disponsori PT Teknindo Geosistem Unggul itu diikuti oleh lebih dari seratus peserta yang terbagi ke dalam 44 tim mahasiswa teknik sipil dari 21 perguruan tinggi.
Ketua Dewan Juri GEC ITS 2024, Wahyu P Kuswanda menjelaskan, dalam lomba tahunan tersebut, setiap tim beradu taktik dan kemampuan merancang bangun dinding penahan tanah tipe mechanically stabilized earth mse wall atau dinding penahan tanah yang distabilkan secara mekanis dengan bahan-bahan sintetik.
“Jadi emosible itu sangat bisa untuk membuat dinding sederhana untuk solusi lereng-lereng yang mudah longsor. Jadi kita bisa membuat lereng tegak. Dengan begitu maka kita bisa memanfaatkan lahan secara optimal , karena kalau lahannya lereng landai itu banyak lahan yang dipakai untuk lereng, sehingga penggunaan lahan kurang optimal,” papar Wahyu P. Kuswanda, Minggu (17/11/2024).
Dengan MSE wall tersebut, kata Wahyu, bisa membuat lereng tegak sehingga lahan yang dihasilkan lebih optimal, lebih luas dari geosintesis.
”Ada dua macam bisa dari bahan geogrid maupun geostrap,” imbuhya.
“Kompetisi ini bertujuan untuk melatih kecermatan menghitung,dan menganalisis jenis masa tanah hingga struktur tanah, yang nantinya dapat diimplementasikan di dataran tinggi atau daerah rawan longsor, terang CEO PT. Teknindo Geosistem Unggul ini.
Ketua Panitia GEC 2024, Hana Nadifa menyebutkan, para peserta diberi tantangan untuk membangun dinding penahan tanah dengan potongan kertas karton atau puzzle, yang diharuskan dapat menahan berat atau masa dari tanah yang ditampung lebih dari 50 kilogram.
Sedangkan penilaiannya adalah berdasarkan jumlah material bahan yang digunakan seminimalis mungkin m dengan hasil kekuatan struktur sekuat mungkin.
“Untuk penilaian kompetisi ini ada dua macam, pertama adalah mereka membuat desain dinding pendataan yang masih baru. Kemudian mempresentasikan di depan dewan juri. Setelah itu membuat bahan uji dan diuji . Hasil pengujian ini ada yang sampai mampu menahan beban 75 kg dengan kemiringan tingkat tegak dan dengan dinding vertical,” jelas Hana.
Sementara itu, Muhammad Ihsan Ekatama salah satu peserta dari Universitas Brawijaya Malang menjelaskan, untuk persiapan Kompetisi GEC 2024 ini, timnya telah melakukan sejumlah percobaan, dengan segala spesifikasi dan metode yang berbeda.
“Agar kami siap mengikuti kompetisi ini kami telah melakukan 18 kali percobaan. Apa pun yang terjadi disini kami sudah siap menunjukkan yang terbaik, “ ujarnya.
“Untuk tantangan saya ialah spesifikasi yang sangat berbeda dari perkiraan kami dari tahun lalu, juga sangatlah di luar nalar. Jadi itulah, menurut saya yang utama untuk membuat sendiri tadi mencapai 90 kg, tapi tidak bisa dilanjutkan lagi karena menurut juri tidak beruntung. Kalau misalnya saya yakin selama pengalaman saya itu hingga 150 kgi masih bisa kuat (menahan beban) dindingnya,” paparnya.(*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Mahasiswa Teknik Sipil Adu Inovasi Dinding Penahan Tanah Longsor
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |