TIMES JATIM, MALANG – Di tengah krisis pendidikan dan guru pengajar di daerah plosok di Indonesia, Senyum Anak Nusantara, disingkat SAN, hadir sebagai salah satu problem solver.
Dipelopori oleh seorang mahasiswa di Kediri, Ali Nastain, pada tanggal 5 Mei 2019 lalu. Ia bersama rekan-rekannya mulai merintis sebuah komunitas relawan pendidikan khusus untuk anak-anak di pelosok daerah yang masish minim perhatian.
Tika Oktavia, ketua umum Senyum Anak Nusantara menceritakan pengalamannya di salah satu program kerja SAN yaitu Ekspedisi Jelajah Anak Negeri (EJAN) di Lombok pada 2 Juli 2022 kemarin.
Pembukaan Taman Baca dan Sekolah Anak Nusantara SAN Chapter Sukabumi 2021 (FOTO: @san.sukabumi.2020)
"Lombok itu kemarin pada 2019 ada gempa besar, dan gempa besar itu mengakibatkan anak-anak itu trauma. Mereka banyak kehilangan tempat untuk mereka belajar. Mayoritas dari mereka itu terdampak dan dari dampak tersebut membuat mereka itu tidak bisa sekolah," katanya Selasa (16/08/2022) lalu.
Menurutnya, masalah ini adalah salah satu alasan mengapa komunitas SAN harus hadir.
"Masih banyak anak-anak yang masih belum bisa bersekolah layaknya anak-anak pada umumnya. Mereka masih belum memiliki tempat belajar yang memadai dan tenaga pengajar yang masih kurang mumpuni," tuturnya.
Tika menjelaskan alasan SAN fokus pada sosial dan pendidikan anak di pelosok. Dia mengungkap bahwa bidang itu yang paling mudah untuk diikuti pelajar atau mahasiswa yang ingin bermanfaat bagi orang lain di masa mudanya. Oleh karena itu, kualifikasi anggota Senyum Anak Nusantara (SAN), salah satunya, harus berumur 17-27 tahun.
Kemeriahan Sekolah Anak Nusantara SAN Chapter Sukabumi 2021 (FOTO: @san.sukabumi.2020)
Senyum Anak Nusantara berkembang pesat dari tahun ke tahun. Pada usianya yang masih 3 tahun ini, SAN sudah memiliki 76 chapter yang tersebar di seluruh daerah Indonesia seperti chapter Bandung, Jepara, Semarang, Bangkalan, Malang, dan lainnya.
Dengan menjunjung visi misi "Memotivasi, Mengedukasi, dan Menginspirasi", SAN punya beberapa program kerja unggulan baik berskala nasional maupun per chapter. Seperti Seribu Senyum Nusantara, Ekspedisi Merah Putih, Sekolah Nusantara, Ekspedisi Jelajah Anak Negeri, Volunteer for Orphanage dan beberapa agenda lainnya.
Tika Oktavia berharap apa yang dilakukan Senyum Anak Nusantara bisa bermanfaat untuk banyak orang. Baik para volunteer ataupun masyarakat ke depannya dan masyarakat luas dapat mengenal komunitas Senyum Anak Nusantara. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Mengenal Senyum Anak Nusantara, Komunitas Relawan Muda untuk Anak Indonesia
Pewarta | : TIMES Magang 2024 |
Editor | : Faizal R Arief |