TIMES JATIM, MALANG – Kemampuan public speaking merupakan salah satu kunci penting dalam komunikasi.
Hal itu yang ditekankan dr. Gamal Albinsaid, M.Biomed dalam acara “Recensio: Bicara itu ada seninya” yang diselenggarakan BEM Fisip UB di gedung C FISIP UB, Rabu (10/05/2023).
Ikut hadir dalam acara tersebut Wakil Dekan 3 Fisip UB Dr. Bambang Dwi Prasetyo, S.Sos., M.Si.
Tidak hanya berprofesi sebagai dokter, Gamal juga merupakan inovator kesehatan, wirausahawan sosial, serta inspirator kebanggaan Indonesia. Pria kelahiran Malang tersebut telah banyak mengukir prestasi, baik di kancah nasional maupun internasional.
Kemampuannya dalam dunia public speaking mampu mengantarkannya pada kesuksesan di berbagai ajang dunia. Gaya serta pemilihan kata yang digunakannya, sanggup memukau setiap orang yang mendengarnya.
“Saya bisa keliling ke berbagai negara pun karena kemampuan speech yang saya miliki ya,” ucap dr. Gamal.
Tips public speaking yang dibagikan dr. Gamal yang pertama yakni memiliki mentor yang dapat mengajarkan tentang public speaking yang baik.
“Ketika kita ingin menggeluti satu bidang, maka kita perlu belajar kepada orang yang telah lebih berpengalaman tentang hal tersebut. Dari belajar dengan orang yang memiliki kemampuan pada bidang tersebut, kita akan lebih menghemat waktu dan tau apa yang perlu dipersiapkan,” ucapnya.
Memiliki seorang mentor tentu akan membuat proses yang dijalani dalam mempelajari bidang yang sedang digeluti lebih terarah. Kehadiran orang yang lebih paham mengenai bidang tersebut, juga dapat berbagi pengetahuan, pengalaman, serta literasi yang penting untuk dipelajari.
Tips yang kedua yaitu bergabung dengan komunitas yang dapat mendukung public speaking.
“Kita dapat bergabung dalam komunitas-komunitas yang telah ada di Malang. Tapi yang menjadi kunci penting adalah penyelarasan public speaking dengan kebutuhan yang teman-teman butuhkan,” terangnya.
Memahami tentang apa yang dibutuhkan diri sendiri tentu akan membuat anda dapat menentukan hal-hal yang perlu untuk lebih diprioritaskan terlebih dahulu. Menyelaraskan cara berbicara dengan tempat dimana seorang pembicara berbicara juga menjadi satu hal yang perlu diperhatikan agar pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan baik.
Ketiga yakni sering melakukan praktik agar semakin terlatih.
“Dari semua teori, tentu tetap kunci pentingnya adalah praktik. Hal itu akan membuat lebih kuat dalam public speaking ke depannya. Menyediakan ruang-ruang publik untuk dapat mencoba melatih public speaking juga menjadi hal penting,” tuturnya.
Ruang dalam public speaking tidak terbatas hanya pada konteks berbicara dengan bertatap muka secara langsung. Melihat perkembangan saat ini, mengoptimalkan sosial media menjadi tempat mengeksplor audiens dari konten-konten yang diproduksi di sosial media juga perlu dipertimbangkan.
Oleh sebab itu, manajemen sosial media untuk dapat digunakan secara optimal dalam mengembangkan public speaking juga menjadi hal yang perlu diperhatikan.
Ika Rizki Yustisia, S.I.Kom., M.A Dosen Fisip UB yang juga pembicara dalam acara tersebut turut berbagi pengalaman mengenai public speaking.
“Saya dulu seorang yang sangat pemalu dan bingung dalam berkomunikasi, sampai orang tua saya gemes dan akhirnya mendorong saya untuk kuliah jurusan Ilmu Komunikasi,” ucapnya
“Dari hal itu saya mulai terus terbiasa berkomunikasi dan public speaking, yang pasti untuk bisa public speaking harus berani mencoba berkomunikasi dengan orang lain dan berani mengeksplorasi kekurangan dan hal-hal baru yang belum pernah dicoba,” imbuhnya. (*)
Pewarta | : Nurul Saadah (MBKM) |
Editor | : Faizal R Arief |