TIMES JATIM, PROBOLINGGO – Siapa yang tidak mengenal sosok Presiden Republik Indonesia ke-4? Ia adalah KH. Abdurrahman Wahid, yang akrab kita sapa dengan nama Gus Dur. Gus Dur bukan hanya sekadar tokoh Nahdlatul Ulama atau mantan presiden, namun ia dianggap sebagai guru bangsa bagi seluruh masyarakat Indonesia. Bahkan, orang-orang non-muslim pun begitu terpukau oleh kepribadian beliau.
Mengapa umat non-muslim di Indonesia begitu terbuka terhadap umat Islam? Saya berpendapat bahwa salah satu faktornya adalah peran dari Gus Dur. Sebagai seorang pemimpin pluralis, Gus Dur menjalin hubungan yang luas dengan tokoh-tokoh lintas agama, budaya, aktivis, etnis, dan golongan.
Gus Dur memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan berbagai macam pihak, dari yang paling kiri hingga paling kanan di ranah politik.
Tentu saja, sikap toleransi Gus Dur kadang membuat tindakannya disalahartikan oleh sebagian orang, terutama terkait dengan isu pluralisme. Namun, menurut Prof. Mahfud MD, beliau seperti tinggal di rumah besar yang memiliki banyak kamar. Setiap kamar diisi oleh pemeluk agama dan kepercayaan yang berbeda, namun ketika berkumpul di ruang keluarga, semua harus patuh pada kesepakatan bersama.
Di NU, Gus Dur menjadi sosok yang disegani dengan kepemimpinan transformatif, kharismatik, dan demokratis. Pendidikan tradisional pesantrenlah yang membentuk intelektualitasnya. Ia memiliki pemahaman yang mendalam terhadap berbagai ilmu keislaman tradisional, serta mampu mengkombinasikannya dengan nilai-nilai lokal Indonesia.
Gus Dur meninggalkan warisan yang sangat berharga, yaitu nilai-nilai pemikiran moderat yang sesuai dengan nilai kemanusiaan dan keindonesiaan. Beliau memperjuangkan pribumisasi Islam, yakni Islam yang dihayati dalam konteks budaya lokal Indonesia.
Gus Dur menolak formalisme syariat yang kaku, namun tetap memberikan pentingnya pada simbol-simbol keislaman.
Dalam kancah internasional, Gus Dur berhasil membangun hubungan diplomatik yang kuat dengan negara-negara Asia, terutama Tiongkok.
Gus Dur memperkenalkan kebijakan menuju ke Asia sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan pada Barat dan memperkuat kerjasama dengan negara-negara Asia Pasifik.
Gagasan ini memang terinspirasi dari prinsip politik luar negeri bebas-aktif yang pernah dipegang oleh Indonesia, namun dibawa ke tingkat yang lebih tinggi oleh Gus Dur. Ia berhasil menciptakan keseimbangan antara Barat dan Timur, menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam geopolitik regional.
Kiprah Gus Dur di mata internasional memang patut diacungi jempol. Beliau adalah sosok pemimpin yang visioner dan berani mengambil langkah-langkah yang tidak biasa. Kehadirannya memberikan warna baru bagi diplomasi Indonesia dan memperkuat posisi negara ini di dunia internasional.
Saatnya Gus Dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional
Gus Dur adalah seorang tokoh yang patut dianggap sebagai pahlawan nasional. Sebagai seorang guru bangsa, beliau telah berjuang tanpa lelah untuk membela hak-hak kelompok minoritas.
Gus Dur mampu menyatukan berbagai elemen masyarakat yang berbeda dan menjadi penengah saat terjadi konflik sosial. Tidak mengherankan jika Pemerintah Indonesia akhirnya memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada beliau.
Pemberian gelar pahlawan nasional kepada Gus Dur merupakan hal yang sangat penting bagi kepentingan bangsa dan negara Republik Indonesia. Negara kita membutuhkan simbol seorang tokoh yang mewakili ideologi negara dan menjunjung tinggi nilai kebhinnekaan.
Gus Dur telah memberikan jasa-jasa besar bagi Bangsa Indonesia dan di mata dunia, oleh karena itu, sudah sepantasnya beliau dihormati dengan gelar Pahlawan Nasional.
Upaya untuk mendorong Gus Dur mendapatkan penghargaan ini bukanlah hal baru, bahkan sudah dimulai sejak tahun 2013. Meskipun mengalami penundaan, dicabutnya Tap MPR Nomor II Tahun 2001 tentang pertanggung jawaban Presiden KH Abdurrahman Wahid memudahkan langkah Pemerintah dalam memberikan gelar tersebut. Bahkan, dorongan dari MPR juga turut mendorong agar Gus Dur dianggap sebagai pahlawan nasional.
Tentu saja, dukungan dari masyarakat, pengagum, dan pecinta Gus Dur juga sangat penting dalam proses ini. Sudah saatnya Gus Dur diberikan penghargaan tertinggi atas dedikasinya dalam merawat keberagaman dan kebhinekaan di Indonesia. Gus Dur layak mendapatkan gelar Pahlawan Nasional sebagai bentuk apresiasi atas segala jasanya selama ini.
Dengan mengangkat Gus Dur sebagai pahlawan nasional, kita tidak hanya menghormati beliau secara pribadi, tetapi juga mengakui pentingnya nilai-nilai yang beliau perjuangkan. Gus Dur adalah contoh nyata bahwa keberagaman dapat menjadi kekuatan bagi sebuah bangsa.
Semoga dengan harapan penghargaan ini, semangat Gus Dur dalam memperjuangkan persatuan dan keadilan tetap terus hidup dan menginspirasi generasi-generasi mendatang.
***
*) Oleh : Rahmad Soleh, Wakil Ketua Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN NU) PCNU Kota Probolinggo.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |