https://jatim.times.co.id/
Resensi

Menyelami Falsafatunā di Bulan Ramadan

Jumat, 14 April 2023 - 20:08
Menyelami Falsafatunā di Bulan Ramadan Abdur Rohman, Santri Ponpes Luhur Baitul Hikmah sekaligus mahasiswa STF Al-Farabi Kepanjen Malang.

TIMES JATIM, MALANG – Ramadan kali ini begitu spesial bagi penulis. Bukan karena takjil yang setiap hari terhidang di meja makan, atau makanan kesukaan yang siap untuk dikonsumsi. Namun, karena kurang lebih dua puluh hari di tempat kami belajar yakni, Pondok Pesantren Luhur Baitul Hikmah, mengkaji buku Falsafatunā karya Muḥammad Bāqir Ṣadr.

Tidak hanya satu buku, kami mengkaji 4 buku; yakni terdiri dari 3 terjemahan dan kitab asli dengan berbahasa Arab.

Kami memulai kajian, efektif setelah solat subuh sekitar pukul 05.00 pagi, hingga kajian disudahi kira – kira pukul 09.30 WIB.

Tujuh orang termasuk penulis dan satu orang guru yang memandu kami untuk menyelam, mengeksplor dan mencari makna dari buku ini. Tak jarang, rasa kantuk dan sesekali terjaga meramaikan forum kajian. Namun terlepas dari itu semua, kami merasa senang karena mengadakan acara penutupan bincang-bincang terkait kajian ini.

Falsafatunā adalah salah satu karya Muḥammad Bāqir Ṣadr, beliau adalah ulama Irak yang berteologi Syiah. Buku ini diterbitkan pada tahun 1959. Ulasan dalam buku adalah kritik terhadap filsafat terutama pada episentrum epistimologi Eropa, yakni kapitalisme dan sosialisme, dari sudut pandang Islam. 

Terlepas dari unsur politis yang gamblang terpampang di cover aslinya, isi dari buku ini sangat sarat akan pemikiran filosofis. Bahkan, dalam mukadimah sang penulis mengatakan bahwa “buku ini bukanlah sebuah karya sastra, novel ataupun sebatas kesenangan intelektual belaka, melainkan membahas tentang problematika pemikiran manusia.”

Tak jarang, karena jenis buku ini mengulas berbagai pemikiran dan kritik kepada teori serta doktrin dari pemikiran sebelumnya maka bagi siapapun yang mengkaji buku ini, agaknya tidak mudah (untuk tidak mengatakan sulit) dalam mencerna dan memahaminya. 

Dalam sisi praktis tatkala membaca dan menelaah buku ini, sekurang kurangnya hemat saya, kita akan mendapatkan ibrah untuk bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

1. Tutorial Berfikir Benar. Tidak sedikit dari kita jatuh ke jurang miskonsepsi tentang satu dua hal. Banyak buku yang mengulas tentang kesalahan berfikir (fallacy), khususnya dalam buku-buku logika. Menilai tentang dua tiga hal, tanpa lebih dahulu mencari konsepnya secara utuh. Terburu-buru dalam menyimpulkan tanpa membacanya secara lengkap. Semuanya adalah karena jamak diantara kita grasa-grusu dalam mengambil tindakan, banyak orang yang bertindak tanpa berpikir (dengan benar) dan tidak sedikit pula gandrung dalam pemikiran, namun tiada dalam tindakan.

2. Berdebat. Poin ini, mungkin akan lebih disukai bagi para mahasiswa, terutama untuk mahasiswa organisatoris yang menyukai forum diskusi. Di dalam buku ini pada bab Konsepsi dan Sumber Utamanya, salah satu teori yang masyhur yakni Teori Ingatan Platonik atau “Plato” diruntuhkan dengan mengkritisi inti teori, yakni pada  (1) keazalian jiwa dan (2) arketipe (dunia idea) ala Plato. Begitu pula dengan berdebat, ketika lawan debat menyampaikan argumentasinya, yang perlu dilakukan adalah mengkritisi inti dari argumen yang disampaikan, dengan mencari celah kelemahan yang diucapkan.

3. Critical Thinking (Berpikir Kritis). Poin ini, sudah sangat jarang dimiliki oleh setiap orang, bahkan berpikir secara radikal hingga ke akar-akar menjadi sangat langka bagi masyarakat kita. Disinformasi berita, membagikan berita palsu, menebar hoaks, hingga berkonsekuensi pada fanatisme. Hal demikian, amat sering terjadi di gang-gang nusantara. Lumrah bagi para pembaca buku-buku filsafat untuk kritis dalam membaca buku, lebih-lebih membaca dan menafsirkan kehidupan.

4. Visionery Thinking (Berpikir Visioner). Terdapat salah satu buku yang membahas tentang “Briliant Thinker” atau Pemikir Briliant, salah satu dari sekian indikator seseorang mempunyai pemikiran yang brillian adalah membaca setiap probabilitas (kemungkinan) yang akan terjadi. Sebelum kita mengambil suatu keputusan yang amat berat, misalnya, kita sudah memprediksi kemungkinan yang terjadi tatkala kita mengambil opsi tersebut. Sehingga kita tidak perlu terlalu kecewa dan kian bersedih atas konsekuensi yang telah dipilih itu.

Empat sisi praktis di atas mungkin terkesan subjektif, namun pembaca bisa membuktikannya sendiri dengan membaca tentunya.

Tak kalah penting, di dalam buku Falsafatunā juga menginformasikan kepada setiap pembaca bahwa epistimologi dari pemikir atau filosof muslim juga tak kalah brilian, dibandingkan pemikir-pemikir eropa lainnya seperti; Rene Descartes, David Hume, John Locke dan lain-lain. Demikian, selamat ber-Lebaran.

***

*) Oleh: Abdur Rohman, Santri Ponpes Luhur Baitul Hikmah sekaligus mahasiswa STF Al-Farabi Kepanjen Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.