https://jatim.times.co.id/
Opini

Ancaman Tersembunyi AI terhadap Daya Kritis Mahasiswa

Senin, 16 Juni 2025 - 10:21
Ancaman Tersembunyi AI terhadap Daya Kritis Mahasiswa M. Al Qautsar Pratama, M. Hum., Dosen Program Studi Sejarah Peradaban Islam UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

TIMES JATIM, JEMBER – Pesatnya perkembangan teknologi, terutama fenomena Artificial Intelligence (AI) belakangan ini, menuntut adanya peningkatan kualitas berpikir manusia. Kita perlu memberikan perhatian serius terhadap hal ini agar kemajuan teknologi tidak didominasi dampak negatifnya, terutama bagi generasi muda penerus bangsa. 

Di tengah fenomena AI ini, kita tidak boleh mengabaikan potensi dampak positif dan negatif yang menyertainya. Penggunaan AI di Indonesia menunjukkan tren peningkatan yang signifikan, baik dalam skala individu maupun bisnis. 

Menurut laporan Datareportal 2023, Indonesia memiliki 212 juta pengguna internet dengan tingkat penetrasi mencapai 77%, 167 juta pengguna media sosial, dan 353 juta sambungan seluler aktif. 

Data ini menunjukkan adanya potensi signifikan untuk adopsi teknologi baru, termasuk AI. Dari segi ekonomi, penggunaan AI di Indonesia diperkirakan akan memberikan kontribusi sekitar 12 persen terhadap pertumbuhan PDB nasional, yang setara dengan $366 miliar pada tahun 2030. 

Berdasarkan survei terbaru dari Statista Consumer Insights, Indonesia menduduki peringkat keempat sebagai negara dengan tingkat antusiasme tertinggi terhadap penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam kehidupan sehari-hari. 

Survei tersebut mengungkapkan bahwa 41 persen responden di Indonesia menunjukkan minat yang besar terhadap pemanfaatan teknologi AI, termasuk platform seperti ChatGPT, untuk berbagai keperluan. 

Dalam hal antusiasme terhadap AI, Indonesia berada di bawah Nigeria 47%, Vietnam 45%, dan Uni Emirat Arab (UEA) 45%. Angka-angka tersebut sebenarnya harus kita tanggapi positif tetapi juga tetap waspada.

AI tidak hanya menyasar pada sektor bisnis dan industri tetapi juga dalam bidang pendidikan, Potensi yang dibawakan oleh teknologi ini kepada dunia pendidikan, khususnya di Indonesia, sangatlah besar. 

Mayoritas pelajar atau mahasiswa menganggap AI sebagai dewa penolong untuk Untuk mengatasi kesulitan dalam tugas sekolah atau kuliah, wajar jika sebagian besar pelajar atau mahasiswa beranggapan bahwa AI dapat membantu. 

Kenyataannya, AI memang mampu menyelesaikan banyak tugas tersebut. Tanpa disadari, dewa penolong terkadang dapat bertransformasi menjadi iblis yang menjerumuskan ke dalam neraka. 

Ketergantungan pada AI kini memicu kemalasan belajar mahasiswa. Mereka enggan membaca literatur atau berdiskusi karena mengandalkan solusi instan dari AI. 

Pola pikir yang tumpul akibatnya akan menurunkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis secara drastis. Ini adalah bom waktu yang mengancam kualitas generasi muda di masa depan.

Penelitian Prof. Syamsul Sodiq, Guru Besar Pembelajaran Universitas Negeri Surabaya, mengkaji penggunaan AI dalam penulisan esai/artikel ilmiah. Melibatkan 330 mahasiswa Unesa semester 2, studi ini mengungkap bahwa popularitas AI didorong manfaatnya. 

Hasilnya, mahasiswa merasa lebih percaya diri menggunakan AI dan mendapat umpan balik berharga untuk meningkatkan keterampilan menulis artikel/esai bahasa Indonesia. Temuan ini menunjukkan kepercayaan diri mahasiswa terhadap AI melebihi keyakinan pada kemampuan mandiri mereka.  

Studi Jihan Alifa Firdaus (2025) yang mengkaji kaitan ketergantungan AI dalam tugas akademik dengan kemampuan berpikir kritis dan kreatif mahasiswa mengungkap suatu paradoks. 

Di satu sisi, AI memberikan efisiensi dan kemudahan. Di sisi lain, penggunaan yang berlebihan berpotensi melemahkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. 

Penelitian ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara pemanfaatan teknologi dan pengembangan keterampilan intelektual mandiri untuk mempertahankan kompetensi esensial mahasiswa.

Pengalaman saya mengajar di perguruan tinggi menunjukkan fenomena ketergantungan AI yang meluas, mencakup mahasiswa dan dosen. Meski saya pun menggunakan AI, saya sengaja membangun 'tembok' pembatas agar penggunaannya tetap terkendali. Keyakinan saya teguh bahwa AI bagaimanapun canggihnya, tidak akan sanggup menyaingi kompleksitas nalar manusia. 

Sayangnya, mahasiswa saat ini terlihat sangat terlena. Mungkin ini terkesan subjektif, mahasiswa sering meremehkan sumber belajar fundamental (buku, jurnal ilmiah dan dosen) dan menjadikan AI sebagai solusi pertama untuk segala persoalan mengalahkan buku, terlebih jurnal.

Ironisnya, dalam beberapa kasus yang saya temui, tugas berbasis AI justru tidak terstruktur dan lebih mirip bentuk pembodohan diri di ranah akademis. 

Generasi muda yang kurang kreatif dan kritis akan menjerumuskan SDM Indonesia ke ketertinggalan global. Padahal, "Indonesia Emas 2045" bergantung pada generasi produktif kelompok mayoritas di tahun tersebut sebagai motor penggerak. Tanpa peningkatan dua kemampuan esensial ini, target itu sulit terwujud.

Pada dasarnya, kecerdasan buatan AI seharusnya tidak menjadi sumber ketakutan atau sesuatu yang perlu dihindari, terutama dalam konteks dunia pendidikan yang terus berkembang. Memang tidak dapat disangkal bahwa kehadiran AI telah membawa banyak kemudahan dalam penyelesaian berbagai tugas akademik mahasiswa. 

Akan tetapi, penting untuk selalu diingat agar mahasiswa tidak terlena dan bergantung sepenuhnya pada AI, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kemampuan berpikir kritis dan analitis mereka tergerus dan tergantikan oleh sistem berpikir autopilot.

Oleh karena itu, pemanfaatan AI dalam pendidikan perlu diimbangi dengan upaya untuk terus mengasah kemampuan kognitif esensial agar mahasiswa dapat berkembang menjadi individu yang kompeten dan berdaya saing di era digital ini. 

Integrasi yang seimbang antara penggunaan AI dan praktik pembelajaran tradisional merupakan suatu keharusan. AI dapat dimanfaatkan mahasiswa sebagai instrumen bantu untuk optimalisasi pembelajaran, tanpa mengesampingkan peran krusial interaksi akademik dengan dosen. 

Dorongan untuk memelihara kemampuan berpikir kritis, inovasi kreatif, serta kemandirian intelektual tetaplah penting dalam konteks pemanfaatan teknologi AI.

***

*) Oleh : M. Al Qautsar Pratama, M. Hum., Dosen Program Studi Sejarah Peradaban Islam UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.