TIMES JATIM, MALANG – Sabar itu adalah kata yang mudah diucapkan, akan tetapi sebetulnya sulit dilakukan. Apalagi jika itu diperuntukkan bagi diri sendiri. Karena beratnya menjadi sabar, dalam Al Quran dijelaskan bahwa Allah swt akan bersama sama dengan orang yang sabar (innalloha maassobirin).
Dalam bahasa yang sangat sederhana, artinya orang yang mau menerima dengan tetap tulus atas kehendak dan keputusan Allah swt, meskipun tidak sesuai dengan ekspektasi (angan angan atau keinginan) pribadi.
Atau dalam bahasa lain, tetap menerima dengan baik hal apapun yang terjadi meski tidak sesuai dengan apa yang direncanakan, dibarengi dengan kepercayaan yang tinggi bahwa keputusan Allah swt adalah ketentuan yang terbaik, dimana ada rahasia indah dibalik takdir yang terjadi.
Saat kita studi dimana hasilnya tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, saat kita berusaha tidak berhasil sebagaimana yang kita rencanakan, saat kehidupan tidak sebagaimana yang kita bayangkan, maka disitulah letak kunci kesabaran.
Menerima segala sesuatunya, tetap dengan keihlasan hati tanpa catatan apapun. Tetapi terus berusaha untuk mencapainya dengan cara-cara yang baik dan benar.
Kenapa demikian? Allah swt sudah menegaskan, bahwa kewajiban ummat manusia itu melakukan dengan sungguh segala daya upaya yang optimal, akan tetapi keputusannya tetap pada Tuhan yang maha kuasa (al insanu bittahyir, wallhu bittaqdir).
Inilah yang disebut tawakkal dalam kesabaran itu. Jika ini yang terjadi, janji Allah swt: barang siapa yang bertawaqqal kepada Allah swt, maka Allah swt juga berjanji akan mencukupi segala kebutuhannya.
Begitu juga saat berpuasa, ummat manusia dituntut untuk menjalankan kewajiban tidak makan dan minum mulai dari terbit fajar sampai dengan terbenamnya matahari disertai upaya untuk menjauhi segala maksiat yang mungkin terjadi serta segala penyakit hati, seperti iri, dengki, hasud, dan sejenisnya.
Ini bisa terjadi, jika ummat manusia menjalankan dengan penuh keimanan dan keihlasan, serta kesabaran hati. Berat memang, tapi itulah yang harus dilakukan agar memperoleh katagori kesempurnaan dalam berpuasa.
Allah swt berjanji kepada ummat manusia yang bisa menjalani hal tersebut dengan baik, untuk diampuni segala dosanya yang telah lalu (al hadits). Dengan demikian saat berpuasa, tidak hanya mendapatkan haus dan dahaga, tetapi juga mendapatkan pahala yang berlipat lipat.
Apalagi di bulan ramadan yang mulia ini, manusia juga dijanjikan banyaknya rahmad, ampunan dan pembebasan dari panas dan ganasnya api neraka.
Dengan bersabar atas takdir, insyaallah hati ummat manusia akan terasa lebih tenang dan tenteram. Dengan bersabar pula, hati akan menjadi lebih lega. Tidak ada yang terbaik, kecuali ketetapan Allah swt atas diri kita semua. Bagaimana dengan Anda?
***
*) Oleh : Noor Shodiq Askandar, Wakil Ketua PWNU Jatim dan Dosen Unisma Malang.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
Pewarta | : Hainor Rahman |
Editor | : Hainorrahman |