TIMES JATIM, BONDOWOSO – Salah satu sisi lapangan Alun-alun Kabupaten Bondowoso tidak lagi kelihatan rumputnya usai hujan deras. Hal ini lantaran terjadi genangan air yang cukup dalam. 

Genangan tersebut terjadi di pojok bagian tenggara lapangan Alun-alun Bondowoso. Tepatnya di belakang lokasi lapak PKL (pedagang kaki lima). 

Pantauan di lokasi usai hujan deras Selasa 18 Maret 2025 sore kemarin, tampak genangan air itu bak sungai. Bahkan ketinggian air hingga mencapai trotoar sebelah timur. 

Genangan air juga terjadi di hutan kota yang berlokasi sebelah barat Alun-alun RBA Ki Ronggo Bondowoso. 

Salah seorang pengunjung Bazar Ramadan Alun-alun Bondowoso, Ilzam Kholil mengaku genangan air tersebut mengganggu pemandangan. 

“Apalagi airnya kecoklatan, dan terdengar suara kodok, seperti bukan alun-alun kalau dari sisi yang ini,” kata dia. 

Kondisi tersebut bukan hanya saja tak elok dipandang. Tetapi juga bisa membuat pengunjung bazar jijik karena airnya sangat kotor. 

“Apalagi di sini banyak yang menjual makanan. Khawatir orang jijik,” kata warga Pujer tersebut. 

Salah seorang pengunjung lainnya, Firman menyebutkan, seharusnya ada resapan air yang baik sehingga tidak terjadi genangan. 

“Alun-alun merupakan wajah kota. Sehingga harus terlihat indah dan terawat dengan baik,” harap dia. 

Dirinya mengaku sempat berbincang dengan salah seorang pedagang di Bazar Ramadan, bahwa genangan itu terjadi setiap terjadi hujan deras. 

“Nah ini masalahnya apa. Harus dicari solusi terbaik, agar wajah kota ini terlihat indah,” harap dia. 

Menurutnya, orang luar daerah yang ke Bondowoso harus terkesan saat melihat wajah kota. “Saat mereka terkesan, maka persepsi mereka tentang Bondowoso juga akan positif,” ucap dia. 

Kabid Lingkungan Hidup dan Keanekaragaman Hayati Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bondowoso, Syahrial Fari menjelaskan, Alun-alun RBA Ki Ronggo memang butuh revitalisasi total.

“Drainase dan lapangan rumputnya juga sudah waktunya diganti,” kata dia, Rabu (19/3/2025). 

Sementara untuk revitalisasi total kata dia, dibutuhkan anggaran sekitar Rp 10 miliar. “Kalau hanya tambal sulam hanya mengatasi untuk jangka pendek atau sesaat saja,” ucap Syahrial.(*)