TIMES JATIM, SURABAYA – NAMANYA Ibu Nenti. Seorang ibu sederhana dari Banjar, Jawa Barat, yang menempuh perjalanan jauh ke Surabaya demi satu hal yang tak bisa ditawar oleh cinta: Menyelamatkan anaknya, Prayoga.

Prayoga adalah penyandang disabilitas intelektual, lulusan SLB di Banjar. Ia bekerja di sebuah tempat pembuatan cilok di Surabaya, ia berusaha mandiri, meringankan beban keluarga, dan tetap tegar dalam segala keterbatasan. 

Namun, takdir menempuh jalannya sendiri. Ia tersangkut masalah hukum karena diduga mengambil ponsel milik rekan kerja.

Belakangan diketahui, tindakan itu bukan karena niat memiliki, melainkan luapan impulsif yang erat kaitannya dengan kondisi psikologisnya.

Kasus ini dilaporkan ke Polsek Bubutan. Prayoga ditahan. Kabar itu menghantam hati Ibu Nenti. Dengan segala keterbatasan, ia berangkat ke Surabaya sendirian. Tak ada sanak saudara. Tak cukup uang untuk makan, apalagi tempat tinggal.

Saat harapan hampir habis, Ibu Nenti datang ke LBH Ansor Jawa Timur. Di sanalah setitik cahaya mulai menerangi kisah ini. Dengan pendampingan langsung dari Ketua LBH Ansor Jatim, Muhammad Syahid, dan timnya di LBH Ansor Jawa Timur, proses mediasi dilakukan dengan sabar, telaten, dan penuh empati.

Ada getir yang menyesak di balik perjuangan ini. Di hari-hari awal di Surabaya, Ibu Nenti harus tidur di Polsek Bubutan. Pernah juga menumpang di tempat kerja anaknya. Hingga akhirnya, ia ditampung di rumah Ketua LBH Ansor Jatim. 

Enam hari lalu, ia datang kembali ke Surabaya, kali ini bersama putrinya yang baru berusia 11 tahun. Mereka tinggal di ruang khusus yang disiapkan oleh tim LBH Ansor di kantor PW Ansor Jatim.

Dan akhirnya, pada Rabu, 25 Juni 2025, setelah proses panjang yang penuh empati dan pendekatan kemanusiaan, kasus Prayoga diselesaikan melalui Restorative Justice di Mapolsek Bubutan.

Ibu Nenti akhirnya bisa menghela napas lega. Anaknya dibebaskan. Mereka bisa berkumpul kembali sebagai keluarga.

Namun perjuangan belum usai. Ibu Nenti tak punya uang sepeser pun untuk pulang ke Banjar. Tak ada bekal perjalanan. Setelah menerima laporan dari tim LBH, saya yang saat itu berada di luar kota langsung meminta sahabat Kaji Rijal Mumazziq, Ketua Bidang Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat PW Ansor Jatim untuk segera membantu dan mengurus semua keperluan mereka: tiket kepulangan, konsumsi, uang saku, hingga memastikan mereka benar-benar naik bus dan tiba dengan selamat.

Hari ini, Ibu Nenti pulang ke Jawa Barat. Bersama dua anaknya: Prayoga dan adiknya yang masih kecil. Ia pulang membawa kelegaan, doa syukur, dan air mata haru.

Kami menyampaikan terima kasih yang tulus kepada jajaran Polsek Bubutan dan Polrestabes Surabaya. Proses hukum ini dijalankan dengan hati nurani. Keadilan tak lagi hanya tajam ke bawah, tapi juga hadir sebagai pelindung bagi mereka yang lemah.

Kisah ini menjadi kado indah menjelang Hari Bhayangkara ke-79. Sebuah bukti bahwa Polri sedang menapaki jalan baru: lebih humanis, lebih empatik, dan lebih dekat dengan nurani rakyatnya.

Semoga semangat ini terus tumbuh. Semoga Polri semakin kuat dalam menegakkan hukum yang bermartabat dan dicintai oleh rakyatnya. (*)

*) Penulis, Musaffa Safril, Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

____________
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.