https://jatim.times.co.id/
Forum Mahasiswa

Ketika Semangat Pahlawan Diuji di Zaman Rebahan

Selasa, 04 November 2025 - 15:37
Ketika Semangat Pahlawan Diuji di Zaman Rebahan Ayu Imro’atul Hasanah, Mahasiswi Universitas KH. Mukhtar Syafa’at (UIMSYA) Prodi Tadris Bahasa Indonesia.

TIMES JATIM, BANYUWANGI – Di era globalisasi yang penuh tantangan, peran pahlawan Indonesia seperti Soekarno, R.A. Kartini, dan Bung Tomo bukan sekadar kenangan masa lalu, melainkan fondasi inspirasi untuk menghadapi isu-isu kontemporer. Mereka mewakili nilai-nilai nasionalisme, keberanian, dan solidaritas yang masih relevan di tengah perubahan iklim, ketimpangan sosial, dan ancaman digital. 

Tanpa menghargai peran ini, bangsa Indonesia berisiko kehilangan identitas dan motivasi untuk kemajuan. Pahlawan masa kini, seperti aktivis lingkungan atau inovator teknologi, melanjutkan legacy mereka, menunjukkan bahwa perjuangan tidak pernah berhenti. 

Dalam konteks "zaman rebahan" di mana generasi muda sering kali lebih memilih kenyamanan virtual daripada aksi nyata semangat pahlawan ini diuji untuk tetap hidup dan menginspirasi. Kita perlu bertanya: Apakah kita masih memiliki api perjuangan seperti mereka, atau sudah terjebak dalam rutinitas pasif?

Secara historis, pahlawan Indonesia telah membentuk bangsa melalui perjuangan kemerdekaan dan pembangunan. Soekarno, dengan proklamasi 1945 dan Pancasila, memimpin Indonesia keluar dari penjajahan Belanda, menggabungkan ideologi nasionalis dengan semangat anti-kolonial. 

Kartini, melalui surat-suratnya yang penuh visi, memperjuangkan emansipasi perempuan lewat pendidikan, menantang norma patriarki pada zamannya. Bung Tomo menginspirasi perlawanan fisik di Surabaya, membuktikan bahwa satu suara bisa memicu gerakan massa. 

Data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan 80% siswa mengenal mereka, namun hanya 40% memahami kontribusi mendalam, seperti bagaimana Pancasila menjadi dasar negara yang inklusif. 

Di zaman modern, pahlawan seperti Nadiem Makarim (pendiri Gojek) atau Anis Hidayah (pejuang anti-korupsi) menunjukkan evolusi peran dari militer-politik ke sosial-ekonomi, di mana inovasi digital menjadi senjata baru melawan ketidakadilan. 

Fakta ini akurat berdasarkan sumber resmi seperti buku sejarah dan laporan UNESCO, yang menekankan pentingnya pendidikan kewarganegaraan untuk mencegah distorsi sejarah.

Kedalaman analisis menunjukkan bahwa pahlawan berfungsi sebagai role model psikologis. Teori social learning dari Albert Bandura menjelaskan bagaimana mereka membangun resiliensi masyarakat, di mana generasi muda belajar dari contoh keberanian mereka untuk menghadapi kegagalan. 

Di era digital, tantangan seperti polarisasi media sosial di mana hoaks dan echo chambers memecah belah dan krisis ekonomi akibat pandemi memerlukan inspirasi baru. Survei Pew Research Center menunjukkan 65% pemuda global merasa kurang terinspirasi oleh figur sejarah, yang bisa diperbaiki dengan pendekatan modern seperti konten edukasi interaktif. Menghargai pahlawan bukan ritual kosong, melainkan investasi untuk masa depan, mencegah alienasi generasi muda yang terjebak dalam "zaman rebahan". 

Misalnya, tanpa inspirasi dari Kartini, bagaimana kita bisa mendorong lebih banyak perempuan untuk terlibat dalam STEM atau politik? Ini adalah panggilan untuk refleksi mendalam tentang bagaimana nilai-nilai mereka bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Opini ini menarik karena menggabungkan nostalgia dengan urgensi. Bayangkan Kartini, yang menulis untuk pendidikan perempuan, kini dihargai melalui aplikasi edukasi atau meme di TikTok yang viral dan mendidik. 

Ini bukan cerita kuno, melainkan panggilan aksi jadilah "pahlawan kecil" dengan mendukung kampanye sosial, seperti donasi untuk korban bencana atau advokasi hak pekerja. Bahasa sederhana dan contoh nyata membuatnya relatable bagi milenial dan Gen Z, yang sering kali skeptis terhadap sejarah formal. 

Opini ini mendorong renungan: Apakah kita siap melanjutkan legacy di tengah pandemi dan perubahan iklim, atau malah tenggelam dalam rutinitas scrolling tanpa tujuan? Dengan daya tarik ini, pembaca diundang untuk berpikir kritis dan terinspirasi, bukan hanya membaca.

Untuk respons konkret, kita perlu langkah praktis yang sesuai dengan zaman modern. Pertama, integrasikan pendidikan sejarah ke kurikulum digital dengan konten interaktif seperti VR tentang perjuangan kemerdekaan, yang bisa membuat pelajaran lebih menarik daripada hafalan nama-nama. 

Kedua, galang kampanye media sosial untuk menghormati pahlawan baru, seperti penghargaan tahunan bagi inovator muda yang berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan. 

Ketiga, dukung kebijakan pemerintah untuk melestarikan situs bersejarah seperti Monas atau rumah Kartini sambil mendorong partisipasi dalam upacara nasional yang lebih inklusif, termasuk acara virtual untuk mereka yang tidak bisa hadir. 

Mari jadikan Hari Pahlawan momentum aksi, bukan sekadar libur; misalnya, dengan gerakan "Pahlawan Harian" di mana orang berbagi cerita inspirasi di platform seperti Instagram. 

Apa langkah Anda hari ini? Berbagi opini ini bisa menjadi awal perubahan, mendorong diskusi yang lebih luas tentang bagaimana kita bisa menghidupkan semangat pahlawan di tengah godaan "rebahan".

Peran pahlawan Indonesia abadi dan adaptif. Mereka mengajarkan bahwa perjuangan adalah proses berkelanjutan, bukan akhir cerita. Di zaman modern, menghargai mereka berarti menginspirasi generasi baru untuk berinovasi dan bersolidaritas, melawan tren pasif dengan aksi proaktif. 

Dengan aksi kolektif, kita bisa menjaga api semangat mereka hidup, memastikan Indonesia tetap kuat dan bermartabat. Mari kita buktikan bahwa di era rebahan ini, semangat pahlawan masih bisa bangkit dan mengubah dunia.

***

*) Oleh : Ayu Imro’atul Hasanah, Mahasiswi Universitas KH. Mukhtar Syafa’at (UIMSYA) Prodi Tadris Bahasa Indonesia.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia  untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.