TIMES JATIM, MANDAILING NATAL – Kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial terhadap alat komunikasi yang kita sebut “gadget” semakin tidak dapat dipisahkan dari rutinitas kehidupan manusia seiring dengan perkembangan zaman. Benda persegi panjang tersebut yang dulunya dikategorikan sebagai kebutuhan sekunder atau bahkan tersier namun sudah berubah wujud menjadi kebutuhan primer yang tidak terelakkan. Saat ini, bisa dikatakan gadget bukan lagi barang mewah yang hanya bisa dinikmati oleh kaum menengah ke atas tapi telah menyentuh semua golongan.
Kehadiran alat pintar tersebut tentunya membawa dampak positif yang sangat besar terhadap kehidupan manusia. Seperti halnya diungkapkan oleh Sanjaya dan Wibowo bahwa gadget merupakan sebuah inovasi dan teknologi terbaru yang memiliki kemampuan lebih baik dengan fitur terbaru yang lebih praktis dan berguna. Selaras dengan itu, tentunya kita sepakat bahwa gadget memberikan fungsi dan manfaat yang besar dalam mempermudah aktivitas kehidupan manusia. Misalkan, zaman dulu kita harus antre di bank ketika ingin melakukan transaksi seperti transfer uang namun seiring dengan perkembangan zaman kita bisa melakukannya kapan pun dan di mana pun kita berada hanya dengan menggunakan alat genggam yang dinamakan “gadget.”
Namun tak dapat dipungkiri, layaknya seperti koin yang memiliki dua sisi. Di balik sisi positif yang kita peroleh dari pemanfaatan perkakas tersebut, penggunaan gadget pun bisa memberikan dampak negatif ketika tidak digunakan dengan bijaksana terlebih dengan konten-konten negatif yang menyebar kian tak terbendung.
Hadirnya konten-konten negatif sudah seharusnya membuat kita (kaum dewasa) lebih bijak dalam memanfaatkan perkakas ini dan tentunya lebih was-was dan berjaga-jaga karena sekarang ini pengguna gadget telah mengalami pergeseran yang bukan hanya digunakan oleh kalangan dewasa namun kalangan remaja bahkan anak-anak. Apa jadinya ketika remaja atau anak-anak di bawah umur sudah disuguhkan hal-hal yang berbaur negatif yang terdapat pada smartphone/gadget yang digunakan?
Pengenalan gadget pada anak usia tertentu bukanlah hal yang menyimpang apabila dengan pengawasan orang dewasa. Yang disayangkan adalah tidak adanya pengawasan orangtua/orang dewasa yang mengakibatkan anak tidak ada pengontrol (controller) sehingga dia melakukan apa yang dia inginkan bahkan melampaui batas wajar untuk kalangan anak seperti melihat konten berbaur negatif bahkan kecanduan game online.
Sebuah temuan penelitian yang dilakukan oleh Kaiser Family Foundation melaporkan bahwa rata-rata seorang anak mampu menghabiskan waktu sampai 7 setengah jam dalam menatap layar gadget. Hal tersebut menandakan bahwa anak-anak zaman sekarang sudah terkontaminasi alat elektronik ini. Kecanduan bermain game pada anak terus mengalami peningkatan meskipun belum ditemukan data spesifik tentang persentasenya namun seperti yang diungkapkan Prof. Kalamullah Ramli bahwa penggunaan gadget/smartphone semakin meningkat pada tahun 2022.
Kecanduan gadget dan game online memberikan dampak buruk bagi perkembangan afektif, kognitif dan psikomotorik anak diantaranya: mengganggu kesehatan mental, terpapar radiasi, menyebabkan malas belajar, mengurangi interaksi sosial, cenderung lebih agresif, obesitas, dan mengakibatkan penglihatan rusak.
Anak indonesia saat ini adalah generasi emas bangsa yang akan memimpin di masa mendatang, kelak di tangan mereka lah nasib bangsa ini dipertaruhkan. Indonesia emas yang dicanangkan akan terealisasi pada tahun 2045 nampaknya akan sulit tercapai jika tidak dipersiapkan sedini mungkin dimulai dari mendidik generasinya. Generasi pemalas akan membawa dampak buruk bagi negara masa mendatang. Anak-anak dengan kecanduan gadget, kecanduan game online, merupakan masalah serius yang harus segera ditangani dengan sinergitas antara orang tua/orang dewasa dan pemerintah agar terciptanya generasi emas di era mendatang.
Mengutip sebuah ungkapan “masa depan tergantung pada apa yang dilakukan saat ini” ketika gadget pada anak dibiarkan terus menerus tanpa pengawasan dan bimbingan sehingga mengakibatkan kecanduan tentunya berdampak kepada masa depan anak dan masa depan bangsa ini. Namun satu sisi “masa depan adalah misteri” yang hanya Tuhan yang mengetahui namun manusia bisa memperbaiki.
***
*) Oleh: Karnada Nasution, Mahasiswa Magister PAI UIN Syahada Padangsidimpuan/Guru MTs Negeri 4 Mandailing Natal.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Pewarta | : |
Editor | : Faizal R Arief |