TIMES JATIM, JOMBANG – Bangsa Arab merupakan bangsa yang sudah maju saat Rasulullah SAW belum lahir. Bisa dilihat bagaimana mereka memahami teknik perdagangan, membuat lirik sya'ir yang indah. Namun mereka jahil dalam sistem kemasyarakatan, suka minum-minuman keras, berjudi, mengubur hidup-hidup bayi perempuan, serta menyembah berhala.
Rasulullah bersabda "sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak". Beliau tidak diutus untuk menyempurnakan ilmu pengetahuan ataupun hal yang berbau duniawi, karena memang masyarakat arab sudah mahir akan segalanya.
Akhlak Rasulullah adalah akhlak qurani, sebagaimana yang diceritakan oleh Sa'id bin Hisyam ketika ia menemui Aisyah ra. Istri nabi dan bertanya kepadanya mengenai akhlak Rasulullah. Aisyah pun menjawab "Tidakkah engkau membaca Al-qur'an? Akhlak Rasulullah SAW. adalah Al-Qur'an.
Didalam Al-Qur'an pun sudah dijelaskan dalam Surat Al-Qalam ayat 68:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya: "Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas akhlak yang agung".
Selain mempertegas akhlak Rasulullah, Gusti Allah juga mendidik nabi dengan Al-qur'an seperti yang ada dalam QS. Al-A'raf ayat 199
خُذِ ٱلْعَفْوَ وَأْمُرْ بِٱلْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْجَٰهِلِينَ
Artinya: "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh."
Masih banyak lagi ayat yang mengajarkan akhlak kepada Rasulullah SAW. karena memang beliau sebagai uswatun hasanah maka sudah selayaknya menjadi sasaran pendidikan akhlak yang pertama. Mengingat beliau yang akan mengajarkan akhlak kepada seluruh umat
Rasulullah merupakan orang yang dermawan, paling lembut hatinya, paling adil dan sangat menjaga kesuciannya. Beliau tidak pernah mencaci kepada sesamanya ketika dalam sebuah peperangan sahabat berucap kepada Rasulullah " Andai saja engkau sudi melaknat kepada mereka wahai Rasul?". Namun nabi menjawab, "Aku (Rasulullah) diutus sebagai pembawa rahmat, bukan diutus sebagai pelaknat".
Dari uraian beberapa akhlak Rasulullah sangatlah wajib diteladani oleh para kader PMII. Sebagai organisasi ekstra kemahasiswaan yang menaungi pemuda harapan bangsa harus mencontoh apa yang sudah diteladankan oleh Rasulullah. Mengingat sebagai warga pergerakan yang berhaluan Aswaja sangat wajib mengamalkan apa yang sudah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Bagaimana tidak, kita hari ini dihadapkan pada era Negara Indonesia mendapatkan bonus demografi. Jika bonus demografi ini tidak dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin sepuluh atau dua puluh tahun kedepan negara kita akan goyah.
Degradasi moral atau kemerosotan akhlak hari ini sudah kita rasakan, seiring dengan kemajuan teknologi yang sudah sangat cepat sekali. Media sosial yang sangat bebas bisa berdampak pada kualitas akhlak pemuda jika tanpa diberikan filter yang memadai.
PMII sejatinya bisa menjadi wadah dan inisiator dalam meneladani akhlaq Rasulullah SAW. Dengan landasan Aswaja kedepannya PMII diharapkan mampu menjadi taeladan bagi organisasi kemahasiswaan yang lain dalam membendung ujaran-ujaran kebencian yang saat ini marak menimpa warga masyarakat kita. Dengan meneladani akhlak Rasulullah SAW. untuk menjadi pemaaf, menjalakan amar ma'ruf nahi munkar, serta tidak menjadilkan sebuah perbedaan menjadi benih caci maki terhadap sesama bangsa Indonesia.
Dengan semangat kemerdekaan ini sangatlah relevan meneladani akhlak rasulullah untuk untuk berperan dalam memajukan negri. Menjaga persatuan dan kesatuan untuk Indonesia yang lebih gemilang. Salam Pergerakan, merdekaaa!!!
***
*) Oleh: Muhammad Najihul Huda, Dosen Universitas Darul 'Ulum Jombang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Pewarta | : |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |