https://jatim.times.co.id/
Gaya Hidup

Dunia Kritis, 39,9 Juta Orang Hidup dengan HIV

Selasa, 23 Juli 2024 - 16:00
Dunia Kritis, 39,9 Juta Orang Hidup dengan HIV Dalam gambar, seorang staf medis membuat desain rangoli di pusat terapi antiretroviral yang menyediakan perawatan dan dukungan bagi penderita HIV/AIDS di Rumah Sakit Gandhi yang dikelola pemerintah di Hyderabad. (FOTO: Arab News/AFP)

TIMES JATIM, JAKARTA – Dunia menghadapi momen kritis, karena secara global, dari 39,9 juta orang yang hidup dengan HIV, 9,3 juta, atau hampir seperempatnya, tidak menerima perawatan yang bisa menyelamatkan nyawa, akibatnya, setiap satu menit satu orang meninggal karena penyebab terkait AIDS.

Laporan baru yang dirilis hari ini oleh UNAIDS menunjukkan, keadaan itu akan menentukan apakah para pemimpin dunia tetap memenuhi komitmen mereka untuk mengakhiri AIDS sebagai ancaman kesehatan masyarakat pada tahun 2030 nanti.

Laporan UNAIDS yang berjudul "Urgensi Saat Ini: AIDS di Persimpangan Jalan" menyatukan data dan studi kasus baru.

Laporan itu menunjukkan bahwa keputusan dan pilihan kebijakan yang diambil oleh para pemimpin dunia tahun ini akan menentukan nasib jutaan nyawa dan apakah pandemi paling mematikan di dunia ini bisa diatasi.

Laporan terbaru UNAIDS menunjukkan pandemi AIDS bisa diakhiri pada tahun 2030 jika para pemimpin dunia meningkatkan sumber daya dan melindungi hak asasi manusia sekarang.

Meskipun AIDS sudah di depan mata, dekade ini, dunia masih belum sepenuhnya pulih. 

Karena secara global, dari 39,9 juta orang yang hidup dengan HIV itu,  9,3 juta diantaranya atau hampir seperempatnya, tidak menerima perawatan yang bisa menyelamatkan nyawa mereka. Akibatnya, setiap satu menit satu orang meninggal karena penyebab terkait AIDS.

Para pemimpin berjanji untuk mengurangi jumlah infeksi baru tahunan menjadi di bawah 370.000 pada tahun 2025.

Tetapi jumlah infeksi HIV baru, masih tiga kali lebih tinggi dari itu, yaitu 1,3 juta pada tahun 2023.

Kini, pemotongan sumber daya dan meningkatnya gerakan anti-hak asasi manusia membahayakan kemajuan yang telah dicapai.

"Para pemimpin dunia berjanji untuk mengakhiri pandemi AIDS sebagai ancaman kesehatan masyarakat pada tahun 2030, dan mereka akan bisa menepati janji tersebut jika mereka memastikan bahwa respons HIV memiliki sumber daya yang dibutuhkan dan bahwa hak asasi manusia setiap orang dilindungi," kata Direktur Eksekutif UNAIDS, Winnie Byanyima.

"Para pemimpin bisa menyelamatkan jutaan nyawa, mencegah jutaan infeksi HIV baru, dan memastikan bahwa setiap orang yang hidup dengan HIV bisa hidup sehat dan penuh," tambahnya.

Laporan tersebut menemukan, bahwa jika para pemimpin mengambil tindakan berani yang dibutuhkan sekarang untuk memastikan sumber daya yang cukup dan berkelanjutan serta melindungi hak asasi manusia setiap orang, jumlah orang yang hidup dengan HIV, yang memerlukan perawatan seumur hidup, akan stabil di sekitar 29 juta pada tahun 2050.

Tetapi jika mereka mengambil jalan yang salah, jumlah orang yang akan membutuhkan dukungan seumur hidup akan meningkat menjadi 46 juta (bandingkan dengan 39,9 juta di tahun 2023). 

Laporan tersebut menunjukkan kemajuan yang berkelanjutan (meskipun lebih lambat) dalam penyaluran obat-obatan kepada orang yang hidup dengan HIV.

Sebanyak 30,7 juta orang kini menjalani pengobatan, lebih dari 3 dari 4 orang yang hidup dengan HIV. 

Hingga tahun 2010, cakupan pengobatan hanya mencapai 47%. Perluasan akses pengobatan bagi orang-orang merupakan pencapaian kesehatan masyarakat yang penting yang telah menyebabkan kematian terkait AIDS berkurang setengahnya sejak tahun 2010 yakni dari 1,3 juta menjadi 630.000 pada tahun 2023.

Tetapi dunia masih belum mampu memenuhi target tahun 2025 untuk mengurangi jumlah kematian akibat AIDS hingga di bawah 250.000.

Meskipun kemajuan luar biasa telah dicapai dalam pencegahan infeksi HIV baru yang telah turun hingga 39% sejak tahun 2010 secara global, dan hingga 59% di Afrika timur dan selatan, namun laporan tersebut menunjukkan bahwa infeksi HIV baru meningkat di tiga kawasan, yakni di Timur Tengah dan Afrika Utara, Eropa Timur dan Asia Tengah, serta Amerika Latin, dimana kesenjangan serta ketidaksetaraan juga masih tetap ada.

"Negara-negara sedang membuat kemajuan besar untuk mengakhiri epidemi AIDS pada tahun 2030. Namun ada banyak tantangan yang bisa memperlambat upaya kita," kata Mantan Penasihat Ilmiah Presiden AS, Dr. Anthony Fauci.

"Kita harus melakukan segala yang kita bisa untuk terus bersuara dan proaktif. Kegagalan bukanlah pilihan di sini. Bahkan, itu tidak terpikirkan. Jika kita semua bekerja sama, kita akan mencapai tujuan bersama kita. Saya pribadi akan terus bekerja dengan segenap kekuatan saya untuk memastikan bahwa kita benar-benar mengakhiri epidemi AIDS dan saya mohon anda semua untuk berkomitmen pada hal yang sama," ujarnya.

Ketimpangan gender memperburuk risiko yang dihadapi oleh anak perempuan dan perempuan serta memicu pandemi.

Angka kejadian HIV di kalangan gadis remaja dan perempuan muda masih sangat tinggi di beberapa wilayah Afrika timur dan selatan serta Afrika barat dan tengah.

Karena stigma dan diskriminasi terhadap komunitas terpinggirkan itu menciptakan hambatan terhadap layanan pencegahan.

Juga pengobatan yang vital, populasi kunci, termasuk pekerja seks, laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, dan orang yang menyuntikkan narkoba, mewakili peningkatan proporsi (55%) dari infeksi baru secara global dibandingkan dengan tahun 2010 (45%).

Laporan tersebut menunjukkan bahwa layanan pencegahan dan pengobatan HIV hanya akan menjangkau masyarakat jika hak asasi manusia ditegakkan, hukum yang tidak adil terhadap perempuan dan terhadap masyarakat terpinggirkan dihapuskan, serta jika diskriminasi dan kekerasan ditangani secara langsung. (*)

Pewarta : Widodo Irianto
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.