TIMES JATIM, BLITAR – Suparno, perajin kendang jimbe di Kelurahan Sentul, Kecamatan Kepanjenkidul, Kota Blitar mengaku segera menaikkan harga kendang jimbe dalam waktu dekat. Hal itu seiring dengan naiknya harga BBM Bio Solar.
Pasalnya, Suparno membutuhkan Bio Solar sebagai bahan bakar diesel yang menggerakkan mesin bubut untuk memproduksi Kendang Jimbe. Sudah hampir dua pekan, harga solar naik dari sebelumnya Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter.
"Saya menggunakan satu mesin diesel untuk menggerakkan empat mesin bubut. Mesin tersebut membutuhkan lima hingga enam liter solar untuk memproduksi 100 biji Kendang Jimbe dalam sehari," kata Suparno, Sabtu (17/9/2022).
Menurut Suparno, biaya operasional perajin Kendang Jimbe naik sekitar 15-20 persen dampak kenaikan harga BBM. Oleh karena itu, Ia mengaku keuntungan yang diperoleh semakin menipis. Bahkan, terkadang pendapatan yang diperoleh hanya cukup untuk menutup biaya produksi.
"Saya sudah memberikan informasi ke pelanggan terkait rencana kenaikan harga Kendang Jimbe. Untuk menaikkan harga jual, saya masih menghitung kenaikan biaya produksi dulu," terangnya.
Seorang perajin sedang menggosok bahan baku Kendang Jimbe (Foto: Sholeh/TIMES Indonesia)
Suparno mampu memproduksi 100 kendang dalam sehari. Jumlah tersebut berbeda jauh sebelum pandemi dimana ia memproduksi 300 kendang per hari. Sekarang, harga jual kendang jimbe milik Suparno masih tetap yakni mulai Rp 13 ribu untuk ukuran paling kecil. Sedangkan, ukuran paling besar ia bandrol Rp 500 ribu.
"Sekarang, saya hanya bertahan dulu, sambil menunggu menaikkan harga jual kendang. Soalnya, kenaikan harga BBM pasti akan diikuti dengan kenaikan harga bahan baku pembuatan kendang jimbe," urai pria yang sudah 20 tahun menekuni kerajinan kendang jimbe itu.
Meskipun demikian, dampak kenaikan harga BBM dirasakan Suparno tidak seberat dampak ketika terjadi pandemi Covid-19 pada 2022 lalu. Menurutnya, saat pandemi Covid-19, para perajin kendang jimbe berhenti produksi. Itu karena pasar utama ekspor kendang jimbe ke China tutup akibat Covid-19. Bahkan banyak pengerajin Kendang Jimbe yang gulung tikar.
"Saya termasuk yang masih bertahan hingga sekarang. Meskipun ekspor ke China sudah berhenti sejak dua bulan lalu. Sekarang saya melayani pasar lokal mulai dari Jombang, Gresik, Surabaya, Jakarta, sampai luar pulau.
Untuk informasi, sebagaimana dikutip dari Kompasiana.com, Kendang Jimbe merupakan produk kerajinan dengan bahan baku dasar kayu mahoni yang dibubut menjadi bentuk kendang ala Afrika. Batangan kayu mahoni besar oleh para pengrajin dibilah menjadi potongan yang disesuaikan ukuran.
Potongan tersebut kemudian masuk dalam proses yang dinamakan pembubutan (dari kata dasar bubut), untuk dibentuk menjadi kendang. Dari proses pembubutan kendang yang masih berbentuk mentah kemudian dihaluskan, disempurnakan dan dipercantik melalui ukir-ukiran yang eksotik.
Kendang Sentul atau Kendang Jimbe pun telah memiliki bentuk yang menarik. Pada bagian akhir kendang kemudian di plitur dan dicat sesuai dengan karakter yang diinginkan.
Kendang Jimbe bentuknya unik serta memiliki suara yang nyaring sesuai dengan ukuran dari kendang tersebut. Di Kota Blitar sendiri produk kendang selalu dipakai oleh group kesenian blank-blenk maupun reog. (*)
Pewarta | : Muhammad Sholeh |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |