TIMES JATIM, BONDOWOSO – Warga Desa Gubrih, Kecamatan Wringin, Kabupaten Bondowoso memanfaatkan lahan kosong di dekat rumah untuk menanam pohon buah alpukat.
Memang di sana hampir di setiap rumah warga terdapat tanaman pohon buah seperti alpukat, mangga, nangka, petai dan beberapa jenis pohon lainnya.
Gerakan tanam pohon buah di pekarangan tersebut pun mendapatkan support Pemerintah Desa (Pemdes) Gubrih. Pemdes memberikan bantuan bibit gratis kepada warga bahkan mendapatkan bantuan bibit dari pihak ketiga.
Selain baik untuk lingkungan, menanam pohon di pekarangan juga memiliki nilai ekonomi atau mendatangkan cuan bagi warga.
Salah satu yang mendapatkan manfaat pemanfaatan lahan kosong tersebut adalah Ahmadi (72).
Dia mengaku sudah memiliki pohon alpukat yang ditanam sekitar 7 tahun lalu. Dalam setahun satu pohon tersebut berbuah dua kali dan sekali berbuah bisa terjual Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta.
“Ada pembeli yang datang. Sehingga dalam setahun bisa mendapatkan uang 3 hingga 4 juta rupiah,” kata dia.
Ahmadi mengaku mendapatkan tiga bibit pohon Alpukat dari Pemdes kemudian ditanam di belakang rumahnya.
Dia mengaku tidak mengeluarkan biaya untuk merawat pohon itu karena untuk pupuk dia memanfaatkan kotoran sapi. "Tak ada modalnya, saya pohonnya dikasih," imbuh dia.
Kepala Desa Gubrih, Abdul Bari menjelaskan, dari hampir 1.600 kepala keluarga (KK) 80 persen warga desa yang menanam pohon buah di pekarangan rumahnya.
Menurutnya, menanam di pekarangan rumah ini menjadi salah satu program di desanya. Bahkan program ini lahir setelah dia dilantik menjadi Kades tahun 2021.
Saat itu dia kemudian memetakan potensi warga yang memanfaatkan pekarangan untuk menanam buah.
Kini program itu dia realisasikan dengan program ketahanan pangan dari Dana Desa (DD).
Dirinya tak hanya mendukung dari seruan saja. Melainkan juga menambah jenis tanaman buah yang dibagikan secara gratis pada warga. Seperti alpukat, petai dan bibit durian.
Dia tak hanya ingin mengajak masyarakat ikut melestarikan lingkungan dengan menanam. Namun sekaligus mengajak masyarakat berdaya ekonomi dalam pemanfaatan lahan pekarangan.
"Pembelinya itu tidak sulit, karena banyak datang orang luar yang mencari buah, dibeli untuk dipasarkan," jelas dia.
Pihaknya pun menggandeng komunitas Potri (Program Terima kasih) An-Nasr untuk bantuan bibit pada warga. “Membangun desa tidak cukup kepala desa tapi harus berkolaborasi,” tegas dia.
Pengawas Yayasan Portir An-Nasr, Jember-Bondowoso, Cahyono mengatakan, sengaja memberikan bibit Pohon Alpukat karena mudah pemeliharaannya, usianya panjang dan buahnya punya nilai ekonomis yang tinggi.
"Karena hasil survey buah yang masih tetap mahal hingga 30 tahun ke depan ya Alpukat," jelasnya.
Dia siap bekerjasama dengan Desa Gubrih dalam program pemberdayaan desa sebagai upaya mengurangi kerusakan bumi dengan menanam.
Menurutnya, Desa Gubrih sangat cocok untuk alpukat karena pohon ini baik ditanam di ketinggian 400-1000 mdpl (meter di atas permukaan laut).
“Di sini cocok, di sini ada pohon alpukat saya lihat buahnya lebat sekali dan pohonnya sehat,” jelas dia.
Pihaknya berencana memberikan bantuan 10.000 bibit dan baru dikirim 175 bibit. Sisanya akan dikirim secara bertahap.
“Buah Alpukat juga memiliki manfaat untuk kesehatan, tidak hanya untuk produk makanan tapi bisa untuk kosmetik,” terang.
Dia juga akan memberikan edukasi kepada masyarakat Gubrih. “Seperti pembibitan dan perawatan pohon alpukat,” jelas dia. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Tanam Pohon Alpukat di Pekarangan, Warga Bondowoso Raup Rp 3-4 Juta per Pohon
Pewarta | : Moh Bahri |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |