TIMES JATIM, SURABAYA – Di tengah kebijakan efisiensi anggaran pemerintah dan ketidakpastian ekonomi global, Jawa Timur mencatatkan performa ekonomi yang solid pada kuartal III 2025. Pertumbuhan yang dibukukan tidak hanya menunjukkan ketahanan ekonomi daerah, tetapi juga berhasil melampaui rata-rata nasional.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data per 5 November 2025 yang menyebutkan bahwa secara quarter to quarter (q-to-q), ekonomi Jatim tumbuh 1,70 persen dibandingkan kuartal II 2025. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menilai capaian ini sebagai bukti kuatnya fondasi ekonomi daerah.
“Alhamdulillah, ekonomi Jatim naik 1,70 persen secara q-to-q, dan ini merupakan pertumbuhan tertinggi di Pulau Jawa. Capaian ini menunjukkan soliditas dan daya tahan ekonomi Jawa Timur,” ujar Khofifah di Surabaya, Selasa (11/11/2025).
Khofifah menegaskan bahwa kolaborasi pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat menjadi kunci stabilitas ekonomi di tengah gejolak global. Secara year on year (y-o-y) terhadap periode yang sama tahun lalu, perekonomian Jatim juga tumbuh 5,22 persen — lebih tinggi dari pertumbuhan nasional yang mencapai 5,04 persen.
Dengan capaian tersebut, Jawa Timur tercatat sebagai penyumbang ekonomi terbesar kedua di Pulau Jawa dengan kontribusi 25,65 persen, serta menyumbang 14,54 persen terhadap perekonomian nasional.
Sektor industri pengolahan menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi 1,87 persen. Pertumbuhan tertinggi secara sektoral terjadi pada pengadaan listrik dan gas yang naik 9,18 persen, sementara dari sisi produksi, jasa perusahaan tumbuh paling pesat dengan kenaikan 9,89 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi tercatat pada komponen ekspor barang dan jasa yang meningkat 7,19 persen.
Khofifah menjelaskan bahwa pertumbuhan q-to-q turut dipengaruhi panen tebu dan tembakau yang berada pada puncaknya, peningkatan distribusi listrik dan gas, serta kemajuan proyek infrastruktur dan realisasi investasi.
Sementara pertumbuhan y-on-y ditopang peningkatan investasi, meningkatnya kunjungan wisatawan nusantara, serta ekspor ke luar negeri. Ekspor barang dan jasa juga mendapatkan dorongan dari naiknya pengiriman perhiasan dan permata ke berbagai negara.
Perdagangan antarprovinsi turut menguat melalui program misi dagang ke sejumlah daerah seperti Kalimantan Selatan, Lampung, Sulawesi Tengah, dan Sumatera Selatan. Salah satu capaian terbesar terjadi di Nusa Tenggara Timur yang mencatat transaksi hingga Rp1,882 triliun — tertinggi sepanjang sejarah misi dagang Jatim.
Data BPS juga menunjukkan nilai ekspor Jatim pada Januari–September 2025 naik 20,23 persen secara cumulative to cumulative (c-to-c), mencapai USD 3,86 miliar. Jawa Timur pun mencatat surplus perdagangan sebesar USD 1,33 miliar. Negara tujuan ekspor nonmigas terbesar tetap didominasi Swiss, Tiongkok, dan Amerika Serikat.
Khofifah menilai bahwa capaian ekonomi ini sejalan dengan semangat “Jatim Tangguh, Terus Bertumbuh” yang menjadi arah pembangunan daerah.
“Tangguh berarti kemampuan menghadapi tekanan global tanpa kehilangan pijakan. Terus Bertumbuh bermakna komitmen memperkuat produktivitas, investasi, dan kesejahteraan masyarakat,” ucapnya.
Ia menutup dengan memberikan apresiasi kepada semua pihak yang berkontribusi dalam menjaga ketahanan ekonomi Jawa Timur.
“Keberhasilan ini lahir dari kerja kolektif seluruh elemen ekonomi daerah. Inilah wujud semangat Jatim Bisa — kerja keras, gotong royong, dan inovasi membuat kita mampu menjaga ketahanan sekaligus menciptakan pertumbuhan yang berkualitas,” kata Khofifah. (*)
| Pewarta | : Lely Yuana |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |