TIMES JATIM, MALANG – Tidak banyak pejabat yang namanya dikenang karena kasih sayang. Namun, bagi komunitas disabilitas di Malang Raya, nama Kombes Pol Budi Hermanto, S.I.K., M.Si., tak sekadar tercatat sebagai mantan Kapolresta Malang Kota. Ia adalah Bapak panggilan penuh kehangatan dari anak-anak difabel yang tumbuh bersama perhatiannya.

Julukan “Bapak Disabilitas Malang Raya” bukan lahir dari seremoni, melainkan dari relasi batin yang dibangun dengan ketulusan. Saat menjadi Polresta Malang Kota, Buher sapaan akrabnya menjadikan kantor polisi bukan hanya tempat penegakan hukum, tetapi juga ruang bagi kemanusiaan.

Ia membuka pintu bagi anak-anak difabel untuk hadir, belajar, dan berkontribusi. Di antara mereka ada Rara, Fany, Fatrullah, dan Ayu empat anak disabilitas yang kini memanggilnya Bapak. 

Mereka dulu kerap diajak terlibat dalam kegiatan sosial kepolisian. Mulai dari membantu dokumentasi kegiatan hingga menjadi bagian dari kampanye publik tentang pentingnya empati dan inklusi.

“Bapak itu berbeda. Beliau tidak sekadar datang sebagai pejabat, tapi sebagai orang yang benar-benar mendengarkan kami,” kata Rara, Selasa (11/11/2025) mengenang masa itu. “Berkat beliau, kami percaya bahwa Polri juga punya hati yang lembut.”

Bagi Buher, kedekatan dengan komunitas disabilitas bukan pencitraan. Ia menganggapnya panggilan kemanusiaan. Ia sering mengunjungi rumah-rumah mereka, mengulurkan bantuan alat bantu gerak, membiayai pendidikan, bahkan setiap Idul adha selalu menyisihkan satu ekor sapi khusus untuk mereka.

“Saya belajar banyak dari mereka tentang ketulusan, semangat, dan arti bersyukur,” tuturnya dengan nada tenang. “Tidak perlu menjadi hebat, cukuplah bermanfaat.”

Kepedulian itu tidak berhenti ketika ia berpindah tugas ke Jakarta sebagai Kabidhumas Polda Metro Jaya. Di sela kesibukannya, Buher tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak asuhnya di Malang. 

Sesekali ia menelpon, sekadar menanyakan kabar, mengingatkan agar tetap semangat. Hubungan itu bertahan seperti ayah dengan anak-anaknya yang jauh di rantau.

Bagi komunitas disabilitas Malang Raya, sosok Buher bukan hanya simbol empati, tetapi juga representasi harapan bahwa masih ada pejabat yang bekerja dengan hati. 

“Beliau mengajarkan kami untuk tidak malu menjadi diri sendiri, dan terus berani bermimpi,” kata Ayu, salah satu anak binaannya.

Atas dedikasinya, Budi Hermanto menerima berbagai penghargaan, termasuk Anugerah Times Indonesia sebagai Man of The Year dan Positive News Maker. Namun, baginya, penghargaan paling berharga bukan piagam atau piala, melainkan tawa dan semangat anak-anak disabilitas yang kembali percaya bahwa mereka berharga.

Kini, di tengah kesibukan tugas barunya di ibu kota, semangat itu terus ia bawa. Buher tetap menjadi sosok yang mengingatkan bahwa kekuatan seorang pemimpin tidak diukur dari pangkat, melainkan dari seberapa luas hatinya memeluk sesama.

Kombes Pol Budi Hermanto bukan sekadar perwira polisi. Ia adalah Bapak Disabilitas, simbol kasih dan kemanusiaan yang menembus batas seragam dan jabatan.(*)