https://jatim.times.co.id/
Ekonomi

Distribusi Elpiji Tersendat dan Kuota Minyakita Seret, Pacitan Masih Dihantui Kendala Pasokan

Selasa, 08 Juli 2025 - 17:35
Distribusi Elpiji Tersendat dan Kuota Minyakita Seret, Pacitan Masih Dihantui Kendala Pasokan HET Minyakkita di Pacitan Rp15.700 per liter meski stoknya baru mencukupi pasar Arjosari dan Minulyo. (FOTO: Disdagnaker for TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, PACITAN – Persoalan ketersediaan barang kebutuhan pokok di Kabupaten Pacitan rupanya belum sepenuhnya tuntas. Meski tidak terjadi kelangkaan, distribusi elpiji 3 kilogram sempat terganggu, sementara pasokan Minyakita yang sangat diminati warga masih jauh dari harapan.

Kepala Bidang Perdagangan Disdagnaker Pacitan, Wahyu Dwi Cahyono, tidak menampik bahwa beberapa waktu lalu distribusi gas melon subsidi mengalami kendala.

“Alhamdulillah untuk gas elpiji melon subsidi ukuran 3 kilogram tidak ada kelangkaan. Namun beberapa minggu lalu sempat ada keterlambatan pengiriman disebabkan alat di SPBE mengalami trobel. Jadi pihak pengecer yang seharusnya pagi-siang sudah dapat kiriman akhirnya sore. Sekarang sudah aman,” jelas Wahyu, Selasa (8/7/2025).

Ia mengungkapkan, alat pengisian elpiji di salah satu Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) yang rusak menjadi penyebab utama. “Kebetulan alat itu memang sudah lama, tapi sudah ditangani,” lanjutnya.

Namun Wahyu menegaskan distribusi ke pangkalan selama ini berjalan sesuai prosedur. Masalah muncul karena keberadaan pangkalan yang belum merata hingga pelosok, sehingga ongkos tambahan distribusi menjadi beban warga desa.

“Yang jadi masalah itu dari pangkalan yang ada kurang menjangkau di pelosok-pelosok. Sehingga menyebabkan harga di pelosok berbeda, karena butuh operasional. HET pangkalan Rp18 ribu,” ujarnya.

Minyakita Murah Tapi Jatah Terbatas

Di sisi lain, kendala juga muncul pada distribusi minyak goreng rakyat merek Minyakita. Komoditas ini menjadi rebutan warga karena harganya jauh lebih murah dibanding minyak premium. Namun sayangnya kuota untuk Pacitan masih minim.

“Harga Minyakita Rp15.700 kita droping di Pasar Minulyo dan Arjosari,” ungkap Wahyu.

Padahal kebutuhan masyarakat lebih besar. Pemerintah kabupaten sudah mengusulkan tambahan kuota hingga tiga kali lipat, tetapi belum disetujui.

“Kuota untuk Pacitan belum maksimal dan kurang menjangkau masyarakat. Saat ini dapat pasokan 1.500 dus, satu dus isi 24 pcs 1 literan. Kemarin mengusulkan ke Bulog sekitar 4.500 dus tapi karena stoknya juga terbatas akhirnya belum acc. Baru menjangkau dua pasar itu,” bebernya.

Meski begitu, Wahyu memastikan tidak ada aksi penimbunan. Pedagang hanya menyimpan stok sedikit, sebab begitu barang datang, keesokan harinya langsung habis terjual. “Pengiriman setiap dua minggu sekali,” tambahnya.

Harga Cabai Masih Mahal, Konsumen Terpaksa Bertahan

LPG.jpgMonitoring gas elpiji melon di pangkalan. (FOTO: Disdagnaker for TIMES Indonesia)

Selain masalah distribusi elpiji dan terbatasnya Minyakkita, beberapa harga kebutuhan pokok juga belum sepenuhnya bersahabat. Berdasarkan pantauan Disdagnaker dan data Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri pada 7 Juli 2025, harga cabai rawit merah masih tinggi di kisaran Rp58.000 hingga Rp60.000 per kilogram.

Cabai keriting juga tak jauh lebih murah, rata-rata Rp34.000 sampai Rp35.000 per kilogram. Di saat yang sama, bawang merah stabil di angka Rp42.000 per kilogram, sedangkan bawang putih kating Rp40.000 per kilogram.

Untuk bahan pangan lain relatif stabil. Beras medium IR 64 bertahan di Rp13.000 per kilogram, gula pasir curah Rp16.000, serta telur ayam ras Rp26.000 per kilogram.

Pemerintah Berusaha Jaga Stabilitas Harga

Menghadapi berbagai kendala itu, Wahyu memastikan pemerintah daerah terus melakukan langkah antisipasi. Monitoring pasar dilakukan rutin untuk meminimalkan risiko penimbunan maupun permainan harga. Jika nanti muncul lonjakan harga di pasar, Pemkab Pacitan sudah menyiapkan solusi dengan pasar murah.

“Untuk mengantisipasi kelangkaan dan lonjakan harga, kami rutin monitoring dan koordinasi dengan pihak lain. Jika ada gejolak harga yang tinggi, biasanya pemerintah ada pasar pangan murah,” tegas Wahyu.

Ia juga menegaskan, hingga kini belum ditemukan indikasi pedagang nakal yang menimbun stok. Justru stok para pedagang biasanya langsung habis dalam hitungan hari.

Tantangan Distribusi Belum Usai

Meski kondisi di permukaan tampak aman, kendala distribusi elpiji maupun keterbatasan kuota Minyakkita menunjukkan tantangan pemerintah daerah dalam memastikan pasokan hingga pelosok Pacitan masih cukup besar. Warga di desa-desa terpencil mau tak mau menanggung harga lebih tinggi, karena tambahan biaya operasional yang tak terelakkan.

Wahyu berharap, dengan dukungan Bulog maupun kebijakan pemerintah pusat, ke depan distribusi barang kebutuhan pokok semakin lancar dan merata. Sehingga warga Pacitan, baik di kota maupun pelosok, bisa menikmati harga yang sama-sama terjangkau.

Kendala distribusi elpiji yang sempat tersendat, pangkalan yang belum merata, serta kuota Minyakkita yang terbatas menandakan persoalan klasik yang masih harus diurai Pemkab Pacitan. Meski stok sekarang terbilang aman, kewaspadaan terus dijaga agar tidak muncul spekulasi harga yang memberatkan warga.

Kendati begitu, pemerintah tetap membuka ruang pengaduan bagi masyarakat yang menemukan praktik nakal di lapangan. Dengan langkah itu, stabilitas harga bahan pokok di Pacitan diharapkan terus terjaga, meski tantangan distribusi belum sepenuhnya usai. (*)

Pewarta : Yusuf Arifai
Editor : Deasy Mayasari
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.