TIMES JATIM, MALANG – Gerakan pemberdayaan pelaku usaha kecil di Jawa Timur terus digalakkan oleh berbagai pihak. Salah satunya melalui program Mekaarpreneur,yang bertujuan membantu UMKM ultramikro berkembang melalui pelatihan, pendampingan, hingga kompetisi bisnis, sehingga bisa naik kelas.
Program yang digagas oleh Permodalan Nasional Madani (PNM) ini telah berlangsung selama tiga bulan dan melibatkan 60 pelaku usaha perempuan ultramikro dari berbagai daerah di Jawa Timur. Para peserta mengikuti serangkaian proses inkubasi yang difasilitasi oleh Institut Asia Malang, mulai dari pelatihan pengembangan produk, perencanaan bisnis, hingga strategi pemasaran digital.
Kepala Divisi Pengembangan Kapasitas Usaha PNM, Okto Wibisono mengatakan, kegiatan ini dirancang untuk membentuk karakter wirausaha yang tangguh dan adaptif terhadap perubahan zaman.
“Selama tiga bulan, peserta kami dampingi untuk membuat business plan dan strategi pemasaran. Dari 60 peserta awal, diseleksi menjadi 30, dan kini tersisa 16 yang mempresentasikan hasil pengembangan usahanya," ucapnya Jumat (7/11/2025).
Ajang Mekaarpreneur tahun ini merupakan penyelenggaraan ketiga setelah sebelumnya digelar di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Seluruh peserta berasal dari berbagai kota dan kabupaten di Jawa Timur dengan bidang usaha beragam, mulai dari kuliner, kerajinan tangan, hingga produk rumahan.

Okto menambahkan, tujuan utama program ini bukan semata mencari pemenang, melainkan membekali para pelaku usaha kecil agar mampu naik kelas dan bersaing di pasar yang lebih luas.
“Kami ingin menumbuhkan keberanian dan kemampuan ibu-ibu pelaku usaha ultramikro untuk berkembang. Mereka tidak hanya mendapat pembiayaan, tapi juga pelatihan dan pendampingan agar bisa memasarkan produk secara digital dan memperluas jaringan pasar,” tambahnya.
Dari 16 finalis tersebut, terpilih tiga pemenang utama yang dinilai memiliki potensi besar untuk berkembang. Dua di antaranya berasal dari bidang kuliner, sementara satu lainnya bergerak di bidang kerajinan. Salah satu yang mencuri perhatian adalah Imroatus Sofia, pelaku usaha krupuk udang sangrai asal Bangkalan, Madura, yang berhasil meraih juara pertama.
Imroatus mengaku bahwa pelatihan yang ia terima selama program memberikan pengalaman berharga, terutama dalam bidang pemasaran digital yang sebelumnya belum pernah ia kuasai.
“Dulu saya hanya jualan kebanyakan hanya secara konvensional. Tapi setelah ikut pelatihan Mekarpreneur, saya belajar cara promosi lewat media sosial. Sekarang pesanan datang dari luar daerah, bahkan ada yang dari Surabaya,” tuturnya.
Tahun ini, pemenang pertama diraih oleh Imroatus Sofia, pelaku usaha krupuk udang sangrai asal Bangkalan, Madura. Ia mengaku, pelatihan yang diterimanya membuka wawasan baru dalam mengelola bisnis secara profesional.
“Saya baru belajar tentang digital marketing di sini. Ternyata bisa membuka pasar baru yang sebelumnya tidak pernah saya sentuh,” ujar Imroatus.
Program Mekaarpreneur menjadi salah satu contoh nyata bagaimana pendampingan berkelanjutan dapat mendorong transformasi ekonomi di sektor akar rumput. Di tengah pesatnya digitalisasi, upaya semacam ini menjadi jembatan penting agar pelaku UMKM di daerah tak tertinggal dalam memanfaatkan peluang pasar digital. (*)
| Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
| Editor | : Imadudin Muhammad |