TIMES JATIM, KEDIRI – Sampai akhir Mei 2025, realisasi belanja APBN wilayah Kediri Raya telah mencapai angka sebesar 41% atau sebesar Rp3.655,20 miliar. Angka tersebut, lebih tinggi dari capaian belanja secara nasional sebesar 28,1% dari pagu.
Capaian tersebut didominasi Belanja Pegawai terserap sebesar Rp497,58 miliar (43,33%), Belanja Barang sebesar Rp224,29 miliar (36,02%) dan Belanja Modal sebesar Rp22,06 miliar (9,94%). "Sedangkan Belanja Bantuan Sosial yang dimiliki oleh UIN Syekh Wasil terserap sebesar Rp9,71 miliar (48,45%)," ungkap Kepala KPPN Kediri Moch. Izma Nur Choironi, Rabu, (25/06/2025).
Dari sisi serapan wilayah, Kabupaten Kediri menyerap sebesar Rp1.139,30 miliar disusul Kabupaten Nganjuk sebesar Rp1.058,74 miliar dan Kota Kediri sebesar Rp732,55 miliar serta terakhir Kabupaten Trenggalek sebesar Rp724,56 miliar.
Sementara itu, kebalikan dari belanja satuan kerja vertikal yang tumbuh negatif sebesar 23,27%, belanja Transfer ke Daerah tumbuh positif sebesar 3,51%. Sedangkan Dana Bagi Hasil terserap sebesar Rp196,12 miliar (27,82%), Dana Alokasi Umum sebesar Rp1.849,30 miliar (46,38%), Dana Alokasi Khusus Fisik sebesar Rp1,87 miliar (1,28%), Dana Alokasi Khusu non-Fisik sebesar Rp413,50 miliar (33,68%).
"Sedangkan Insentif Fiskal yang diberikan kepada daerah dengan prestasi kinerja tertentu terserap sebesar Rp7,41 miliar (10,61%), terakhir Dana Desa telah terserap sebesar 54,03% atau sebesar Rp433,41 miliar," tambahnya.
Di sisi lain, pendapatan baik dari perpajakan maupun PNBP mengalami kontraksi, perpajakan kontraksi sebesar 7,27% sedangkan PNBP sebesar 8,84%. Secara total sampai dengan akhir Mei 2025 telah membukukan penerimaan sebesar Rp9.672,52 miliar, Perpajakan sebesar Rp9.471,60 miliar dan PNBP sebesar Rp200,9 miliar.
KPPBC TMC Kediri telah mencapai 34% dari target tahun 2025, dengan rincian Bea Masuk membukukan sebesar Rp1,39 miliar (27%) dan Cukai sebesar Rp8.962,71 miliar (34%), masing-masing mengalami kontraksi sebesar 19% dan 5%.
Sedangkan penyaluran Kredit Program baik KUR maupun UMi sebagai stimulus bagi pelaku UMKM masih menunjukkan kontraksi, jumlah debitur sebesar 46.904 tumbuh negatif 9,80% dengan nilai penyaluran sebesar Rp2.090,73 miliar kontraksi sebesar 6,47%.
"Meskipun mengalami kontraksi dari sisi penerimaan maupun belanja, kinerja APBN Kediri Raya tetap menyisakan optimisme, mengingat masih mampu menyumbang surplus bagi APBN nasional," pungkasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Sampai Akhir Mei, Realisasi Belanja APBN Kediri Raya Telah Lampaui Nasional
Pewarta | : Yobby Lonard Antama Putra |
Editor | : Imadudin Muhammad |