TIMES JATIM, LAMONGAN – Melalui program Lentera Fatayat (Lindungi Perempuan dan Anak dari Kekerasan dan Resiko Perkawinan Terhadap Anak), Pimpinan Cabang Fatayat Nahdlatul Ulama (PC Fatayat NU) Lamongan menunjukkan komitmennya dalam melindungi perempuan dan anak dari bahaya perkawinan usia dini.
Fatayat NU Lamongan menggandeng Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Lamongan, turun langsung ke sekolah-sekolah dan pondok pesantren.
Kegiatan edukatif ini dikemas dalam tajuk "Fatayat NU Goes to School", menyasar momentum Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dan Masa Ta’aruf Siswa Madrasah (MATSAMA) di berbagai satuan pendidikan, baik negeri maupun swasta, termasuk lembaga pesantren.
Setiap sesi edukasi diberikan secara interaktif, menggunakan bahasa yang ringan namun mengena. Siswa-siswi SMP, MTs, dan santri diajak memahami dampak negatif dari praktik perkawinan anak, terutama terhadap kesehatan reproduksi perempuan, hak pendidikan, serta masa depan mereka secara umum.
Ketua PC Fatayat NU Lamongan, Dewi Maslahatul Umah, mengatakan program ini merupakan bentuk nyata peran Fatayat NU dalam menjaga masa depan generasi muda.
“Pernikahan anak bukan sekadar persoalan hukum, tapi berdampak pada kesehatan, pendidikan, dan psikososial anak. Oleh karena itu, kami datang langsung ke sekolah dan pesantren agar pesan ini sampai secara utuh,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Lamongan, Umuronah, mengapresiasi kolaborasi strategis antara pemerintah daerah dan organisasi perempuan berbasis masyarakat.
“Pencegahan perkawinan anak tidak cukup hanya dengan regulasi. Dibutuhkan pendekatan persuasif yang menyentuh langsung ke lingkungan anak dan remaja. Program seperti ini sangat efektif dan patut didukung,” ucapnya.
Sebagai bentuk konkret komitmen siswa, peserta diajak menandatangani pernyataan penolakan terhadap perkawinan anak. Tak hanya itu, mereka juga membuat poster edukatif yang berisi pesan-pesan kritis tentang pentingnya menunda pernikahan sampai usia ideal. Poster ini menjadi wadah ekspresi sekaligus media kampanye yang efektif dari suara remaja sendiri.
Fatayat NU Lamongan juga menyiapkan langkah lanjutan dari program ini. Salah satunya adalah pembentukan Satgas Sahabat Sebaya, yaitu kelompok siswa terpilih yang akan menjadi peer educator di lingkungan sekolah maupun pondok pesantren. Satgas ini, diharapkan menjadi agen perubahan yang menyuarakan perlindungan anak dan penolakan terhadap perkawinan usia dini.
Program "Fatayat NU Goes to School" tidak hanya menyasar sekolah umum, tetapi juga menjangkau pondok pesantren sebagai bagian dari pendekatan inklusif. Hal ini sejalan dengan karakteristik masyarakat Lamongan yang religius, sekaligus bentuk sinergi antara nilai keagamaan dan perlindungan anak.
Melalui Lentera Fatayat, Fatayat NU Lamongan terus meneguhkan peran strategisnya dalam pembangunan generasi emas Indonesia, dengan memastikan setiap anak tumbuh dan berkembang tanpa ancaman praktik perkawinan usia dini. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Fatayat NU Lamongan Goes to School Edukasi Tolak Perkawinan Anak
Pewarta | : Moch Nuril Huda |
Editor | : Deasy Mayasari |