TIMES JATIM, BONDOWOSO – Posisi Bondowoso diapit sejumlah kabupaten. Kondisi ini disadari Bupati Abdul Hamid Wahid, bahwa semangat kolaborasi dan sinergitas menjadi jalan terbaik untuk memajukan daerah. 

Pada TIMES Indonesia, Bupati Bondowoso, Abdul Hamid Wahid menjelaskan, dalam acara rapat koordinasi pencegahan korupsi dengan KPK di Yogyakarta 19 Maret kemarin, pihaknya menjalin komunikasi dengan sejumlah kepala daerah di Jatim. 

“Ketika kita bertemu, sekilas kita membahas tentang aglomerasi selingkar Ijen, dan aglomerasi BTS (Bromo Tengger Semeru) dan kerjasama dari aglomerasi tersebut,” kata dia saat dikonfirmasi. 

“Jadi ada semacam visi dari pimpinan kepala daerah tersebut dan anggota DPRD yang hadir, semoga itu bisa kita tindaklanjuti,” sambung dia, Sabtu (22/3/2024). 

Aglomerasi adalah pemusatan sesuatu dalam satu kawasan. Baik dalam kegiatan industri, ekonomi dan bidang lainnya.

Aglomerasi dapat terjadi karena ketersediaan sumber daya alam, aksesibilitas, atau kebutuhan pertukaran barang dan jasa.

Sementara untuk Ijen, khususnya Kawah Ijen, area itu masuk dalam perbatasan dua kabupaten. Yakni bagian timur masuk Banyuwangi dan sebelah barat masuk teritori Bondowoso. 

Meskipun pihak Banyuwangi sempat menggugat, namun kepemilikan Kawah Ijen jadi milik Bondowoso dan Banyuwangi. Hal itu telah diakui oleh delapan kementerian dalam pengajuan penetapan Ijen Geopark ke UNESCO.

Ditanya mengenai pengelolaan Kawah Ijen tersebut, Bupati Bondowoso mengaku belum memiliki waktu luang yang cukup untuk berbicara dengan Bupati Banyuwangi saat acara koordinasi degan KPK. “Karena agak berjauhan duduknya,” kata dia. 

Namun Bupati Hamid yakin, sebagai tetangga yang baik, pihaknya akan menyelesaikan ini dengan kesepakatan atau simbiosis mutualisme.

“Dan saya kira semangat itu ada di kawasan ini. Saya kira semangat sinergitas yang kuat itu yang saya tangkap,” tegas mantan Rektor UNUJA tersebut. (*)