TIMES JATIM, BANYUWANGI – Ratusan peserta dari 100 tim yang lolos seleksi adu ide dan gagasan di kompetisi 'Jagoan Tani' Banyuwangi, Jawa Timur terus digembleng oleh Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi. Keseluruhannya, dituntut untuk bisa memberikan solusi permasalahan konsumen dengan mencetak produk yang solutif.
Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi, Ilham Juanda menyebutkan jika peserta akan mendapatkan 5 kali pelatihan secara virtual.
Kebutuhan informasi dan wawasan baru di sektor agribisnis akan diberikan langsung oleh deretan narasumber yang sangat kompeten di bidangnya. Dalam kesempatan ini, peserta diberikan kebebasan untuk menggali pengalaman dari setiap narasumber dengan sesi dialog yang disediakan.
"Ini adalah coaching clinic. Peserta bisa mengeskplorasi diri. Mencari solusi dan informasi dari narasumber secara langsung, jangan malu bertanya soal kendala yang dihadapi," kata Ilham seperti dikutip TIMES Indonesia dari Zoom meeting, Jumat (16/7/2021).
Agar adrenalin persaingan peserta terpicu kuat, Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi menghadirkan Irfan Asyari Sudirman Wahid alias Gus Ipang Wahid. Seorang mentor yang sangat kompeten di bidang bisnis, Komisaris PT Ankasa Pura I, sekaligus Ketua Kelompok Kerja Industri Kreatif (KEIN).
Para peserta Jagoan Tani Banyuwangi (FOTO: Tangkapan layar Zoom meeting)
Sesi mentoring kali ini berlangsung kurang lebih selama 3 jam. Sejauh waktu tersebut, kegiatan mentoring didominasi dialog bersama narasumber Ipang Wahid. Disini, para peserta Jagoan Tani rupanya nampak sangat haus akan informasi agribisnis.
"Bisnis selalu dimulai dengan riset sosial. Apa yang menjadi permasalahan konsumen saat ini. Selanjutnya desain atau model bisnis yang akan dijalankan," kata Ipang Wahid.
Pada mentoring hari ini, para peserta mulai berani menonjolkan ide-ide produk masing-masing. Mulai dari makanan, barang bahkan jasa. Ada yang menggagas ide rengginang buah naga, koral hias dan tepung singkong.
Namun, dari beberapa ide yang disodorkan peserta, ada satu hal yang menarik perhatian Ipang Wahid. Yakni ide salah satu peserta untuk membuat produk sayuran bubuk.
"Bubuk sayur ini nempel terus dikepala saya. Saya terus kepikiran soal produk ini. Ide ini unik," puji Ipang.
Dari dialog yang dilakukan, ide sayuran bubuk ini muncul pertama kali saat peserta mengalami penurunan penjualan sayur hidroponik. Setiap panen banyak sayur yang tidak terjual ke pasar.
Menurut Ipang, peserta akan jauh lebih baik jika fokus untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan konsumen ketimbang berusaha menjual barang. Sesuai prinsip bisnis, barang terjual mengikuti kebutuhan pasar untuk menjawab permasalahan yang terjadi.
"Artinya menjawab permasalahan konsumen dengan produk yang solutif. Bisa dengan memanfaatkan pasar internet. Sasaran pasar, target usia dan memperhatikan produk kompetitor," jelasnya.
Soal ide sayuran bubuk, Ipang memberikan saran jika peserta harus berorientasi dengan problem keluarga saat ini. Faktanya, hampir mayoritas orang tua memiliki permasalahan terkait anak-anak mereka yang tidak mau mengonsumsi sayuran.
Narasumber mentoring Jagoan Tani Banyuwangi, Ipang Wahid. Komisaris PT Ankasa Pura I sekaligus Ketua Kelompok Kerja Industri Kreatif (KEIN). (FOTO: Tangkapan layar Zoom meeting)
Jika produk sayuran bubuk ini sukses dibuat, maka dipastikan akan menjadi solusi yang solutif bagi orang tua yang memiliki anak tidak mau memakan sayur-sayuran.
"Unik dan ini solusi bagi permasalahan orang tua kepada anaknya yang susah makan sayur. Dengan ini, anak bisa tetap mendapatkan nutrisi sayuran tanpa harus memakan sayur secara langsung," ungkapnya.
"Namun demikian tetap diimbau juga bahwa orang tua masih harus membiasakan anak-anaknya untuk makan sayuran sejak kecil," imbuh Ipang.
Selain harus unik, Ipang juga memberikan cara agar produk yang mainstream tetap bisa laku dipasaran. Yakni dengan branding dan promosi yang menarik serta konsisten.
"Kalau produknya tidak unik maka langkah promo harus masif. Sesering mungkin, sehingga konsumen akan familiar," ujarnya.
Untuk model promosi atau iklan sendiri, menurut Ipang peserta harus menghindari sesuatu yang sudah umum dan biasa. Menurutnya, iklan yang menarik adalah sesuatu yang unik dan belum pernah dilakukan.
"Hindari promo produk atau iklan yang mainstream atau umum. Hindari itu. Bikin sesuatu yang unik. Manfaatkan semua media dan promosi melalui jaringan yang ada. Manfaatkan kolega dan teman," jelasnya.
Meskipun Jagoan Tani ini adalah kompetisi lokal Banyuwangi, namun bagi Ipang selaku pebisnis, para peserta tidak boleh memiliki pemikiran pasar lokal saja. Mereka harus memiliki pandangan ke depan dengan jangkauan pasar global.
"Produk boleh lokal, tapi jangkauan dan orientasi minat harus melibatkan konsumen nasional. Ingat, jika produknya unik dan banyak dicari maka skala pasarnya nasional bahkan ekspor," kata Ipang.
Antusias peserta dan program yang diinisiasi Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi melalui kompetisi 'Jagoan Tani' ini sangat diapresiasi oleh Ipang Wahid. Terutama di tengah lesunya perekonomian nasional akibat pandemi Covid-19.
Diyakini, jika para Jagoan Tani Banyuwangi tersebut akan membawa perubahan bagi sektor pertanian modern. Bahkan salah satu peserta tersebut sudah ada yang ditawari dan dilirik oleh investor dari perusahaan besar terhadap ide dan gagasan bisnis yang dimiliki.
"Saya yakin bahwa pertanian Banyuwangi kedepan adalah milik anak muda. Mereka tidak malu jadi petani, jadi nelayan dan pembudidaya. Dengan wawasan agribisnis ini akan jadi contoh sebagai sektor yang menguntungkan. Terus berjuang. Sikat terus, lakukan inovasi jangan malu bertanya membaca dan mencari solusi," cetus Ipang Wahid menutup sesi mentoring hari ini.
Diberitakan sebelumnya, kompetisi ‘Jagoan Tani’ yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi, melalui Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi, dibagi dalam 2 katergori. Yakni kategori Ide Bisnis dan Rintisan Bisnis.
Inovasi 'Jagoan Tani' yang mendorong terciptanya Agropreneur di Banyuwangi ini sangat diminati kalangan generasi muda. Terbukti sampai dengan pendaftaran ditutup pada 30 Juni 2021, terdapat 443 tim mendaftar dengan total 1.528 anak muda terlibat. Setelah dilakukan seleksi, hanya 100 tim Jagoan Tani Banyuwangi yang kemudian terpilih untuk mengikuti tahap selanjutnya. (*)
Pewarta | : Agung Sedana |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |