TIMES JATIM, SUMENEP –
KH. Munib adalah seorang ulama Karismatik yang berasal dari Kepulauan Raas, Sumenep. Beliau lahir pada hari Senin, 15 November 1907 Masehi, atau bertepatan dengan bulan Dzulqo'dah 1328 Hijriyah, dari pasangan Kiai Abu Bakar dan Nyai Siriraye, yang dikenal sebagai orang tua taat beriman dan berakhlak mulia.
Sejak kecil, KH. Munib menunjukkan ketertarikan yang besar pada ilmu agama Islam dan kemasyarakatan. Pendidikan dasarnya dimulai di Desa Brakas, Kecamatan Raas, Kabupaten Sumenep, yang merupakan tempat ia dibesarkan. Setelah itu, Munib kecil melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren Loteng Sumenep di bawah bimbingan ulama terkemuka, Kiai Abdul Ghani (Tearje Atmo).
Perkembangan ilmu yang diperolehnya mendorong KH. Munib untuk terus memperdalam pengetahuannya. Ia kemudian pindah ke Pondok Pesantren Mabdaul Arifin Curah Jeru Situbondo, yang diasuh langsung oleh KH. Fathol Arifin. Selanjutnya, ia menyelesaikan pendidikannya di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo selama 17 tahun di bawah bimbingan KH. Zainul Hasan Genggong.
Setelah menyelesaikan pendidikan di pesantren dan atas perintah gurunya, KH. Munib kembali ke Madura dan mendirikan Pondok Pesantren dengan musala pertama sebagai tempat awal pengajaran ilmu agama dan kemasyarakatan. Dengan ketekunan dan dukungan dari tokoh-tokoh di Desa Brakas, ia kemudian mendirikan Madrasah pada tahun 1947 Masehi, yang menjadi embrio dari berdirinya Pondok Pesantren Kasyfudduja.
Pada tahun 1975 Masehi, bersama masyarakat setempat, KH. Munib mendirikan madrasah permanen dan asrama untuk menampung santri yang semakin banyak jumlahnya, yang kemudian mengakselerasi pertumbuhan Pesantren Kasyfudduja.
KH. Munib wafat pada 22 Maret 1992 Masehi/21 Ramadan 1412 Hijriyah, dan kepemimpinan Pesantren dilanjutkan oleh putranya, KH. Rasyid Noer. Di bawah kepemimpinan KH. Rasyid Noer, Pesantren Kasyfudduja terus berkembang pesat, dengan pendirian Pondok Pesantren Putri pada tahun 2012 dan lembaga pendidikan lainnya dari tingkat dasar hingga menengah atas.
KH. Munib memiliki latar belakang keluarga yang kental dalam memahami agama Islam, didorong oleh pengajaran langsung dari ayahnya, serta pengaruh dari kakeknya, Kiai Salam, yang juga seorang ulama dan ahli tirakat.
Selain itu, KH. Munib adalah salah satu dari delapan bersaudara; Haerah, Siddiye, Hatijeh, Halimah, Haeruddin, Halifah, Moh. Ali yang semuanya tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sangat taat pada ajaran agama Islam. Dari kehidupan bersaudaranya ini tergambar betapa kuatnya fondasi agama yang menjadi landasan bagi KH. Munib untuk menjadi teladan yang baik, dalam upaya membangun keluarga yang berbakti di dunia dan akhirat.
Meskipun dikenal luas dengan sebutan KH. Munib, nama asli beliau sejak kecil adalah Muhammad Noer, dan nama Munib sendiri adalah nama dari anak pertamanya dengan istri pertama, Nyai Marwah. Nama Munib kemudian diakui dan dikenal masyarakat setelah beliau wafat dan menunaikan ibadah Haji.
Dengan dedikasi dan kontribusinya yang besar dalam pengembangan pendidikan dan keagamaan di Kepulauan Raas, Sumenep, KH. Munib tetap diingat sebagai tokoh yang berjasa bagi masyarakat dan pesantren yang beliau dirikan, Pondok Pesantren Kasyfudduja. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kisah dan Profil KH Munib, Pendiri Pondok Pesantren Kasyfudduja Raas Sumenep
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |