https://jatim.times.co.id/
Berita

Pertahankan Agroforestri Kopi Guna Mitigasi Bencana di Banyuwangi

Senin, 14 November 2022 - 15:38
Pertahankan Agroforestri Kopi Guna Mitigasi Bencana di Banyuwangi Foto ASuasana diskusi mitigasi bencana di basecamp Kembang Galengan (Kalipuro Research Center), Banyuwangi. (Foto: Fazar Dimas/TIMES Indonesia)

TIMES JATIM, BANYUWANGI – Tanaman Kopi mempunyai akar tunggang yang dinilai bisa menahan tanah rawan longsor dan mampu menyerap air dengan baik.

Karena itu, kopi menjadi salah satu tanaman yang dianggap dapat memitigasi bencana tanah longsor dan banjir.

Guru Besar Biologi dari Universitas Brawijaya, Prof. Luchman Hakim, menyebut, dengan mempertahankan sistem agroforestri kopi adalah salah satu langkah dalam mitigasi bencana banjir.

"Tanaman Kopi menjadi salah satu langkah bijak dalam mitigasi bencana, khusunya banjir," katanya pada saat diskusi tentang upaya mitigasi bencana di basecamp Kembang Galengan (Kalipuro Research Center) di Lingkungan Secang Kalipuro, Banyuwangi, Jawa Timur, Senin, (14/11/2022).

Agroforestryi adalah suatu bentuk pengelolaan sumber daya yang memadukan kegiatan pengelolaan hutan atau pohon kayu-kayuan dengan penanaman komoditas atau tanaman jangka pendek, seperti tanaman pertanian.

Agroforestri-Kopi-2.jpgDari kiri, Ketua Ijen Geopark, Abdillah Baraas, Mahasiswa Universitas Brawijaya, Guru Besar Biologi UB, Prof. Luchman Hakim, memparkan diskusi mitigasi bencana. (Foto: Fazar Dimas/TIMES Indonesia)

Luchman menjelaskan, science memberikan pengalaman saintifik. Salah satunya adalah integritas Biologi yang membahas pemeliharan sistem komunitas yang mencakup struktur dan fungsi.

"Kunci integrasi Biologi ada di vegetasi yang berperan sebagai konservasi tanah dan air, regulasi iklim, serapan CO2, dan penyimpanan karbon, habitat flora fauna, aneka ragam fungsi sosial, ekonomi, estetika, dan lingkungan lainnya," ujarnya.

Selain itu, vegetasi merupakan mesin alami. Mesin ini harus memiliki keseimbangan sehingga tidak harus selalu di tebang dan akan menimbulkan kerusakan lainnya. 

Luchman menegaskan, spektrum tutupan vegetasi yang terbaik adalah Agroforestry yang berisi beragam tanaman. 

"Alasan sederhananya agroforestri dapat mereduksi pukulan air hujan karena terdiri dari beragam bentuk daun," terangnya.

Luchman menyampaikan, bahwa agroforestri di Banyuwangi sangat kaya dengan ragam tanaman dengan beragam fungsi, meliputi fungsi pangan, sumber kayu-kayuan, obat-obatan, makanan ternak, buah dan lainnya.

Selain itu, keragaman tanaman pada agroekosistem kopi menyumbangkan sistem perakaran yang baik dalam menjaga stabilitas lahan. Artinya, agroforestri kopi  memberi peran penting dari konservasi lahan di Banyuwangi. 

Menurutnya, pandangan generasi muda di Banyuwangi saat ini yang cenderung melihat petak-petak kebun sebagai mesin ekonomi.

Tujuannya tak lain untuk mendatangkan keuntungan besar-besaran dari pola budidaya tanaman semusim telah menghancurkan sistem agroforestri.

Luchman menambahkan, banyak lahan-lahan agroforestri kopi berubah menjadi lahan tebu, sayur-sayuran, dan komiditas lainnya yang memicu terhadap kerentanan tanah dari ancaman banjir.

"Agroforestri kopi adalah salah satu khasanah budaya masyarakat Banyuwangi yang patut dilestarikan," cetusnya.

Disamping itu, agroforestri Kopi sejalan dengan program Ijen Geopark. Mak dari itu, Agroforestri kopi adalah bagian penting yang harus dilestarikan untuk generasi mendatang," tutur Ketua Ijen Geopark, Abdillah Baraas.

"Konservasi agroforesti kopi akan memberi peran penting dalam perlindungan lahan dari ancaman banjir, menjaga kesuburan tanah dan menjaga air tetap lestari," imbuhnya.

Disisi lain, isu lingkungan juga menjadi perhatian Dewan Kesenian Blambangan (DKB).

"Lingkungan yang baik adalah sumber inspirasi dan sumber belajar. Serta menciptakan situasi dimana seni dan budaya dapat tumbuh berkembang dengan baik," ungkap Ketua DKB, Hasan Basri.

Sebagai informasi, kegiatan tersebut diikuti oleh mahasiswa MBKM Universitas Brawijaya, Ijen Geopark, Dewan Kesenian Blambangan, akademisi dari UNTAG Banyuwangi dan Universitas Bhakti Indonesia. 

Turut hadir pula, komunitas Eco Ranger, Banser serta Anshor NU Kalipuro, kader-kader aktivis lingkungan dan duta Jebeng Thulik Banyuwangi. (*)

Pewarta : Fazar Dimas Priyatna
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jatim just now

Welcome to TIMES Jatim

TIMES Jatim is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.