TIMES JATIM, BANYUWANGI – Pelabuhan penyeberangan lintasan Ketapang-Gilimanuk menjadi salah satu gerbang yang menghubungkan antara Pulau Jawa dan Bali. Pada momen tahun Baru 2025 PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) telah memprediksi puncak wisatawan meninggalkan pulau Dewata yang melewati Kabupaten Banyuwangi, usai menikmati liburan Nataru.

“Menurut histori pada tahun 2023, puncak arus balik pertama pada libur tahun baru dari Bali kembali ke Jawa yakni tanggal 1 Januari,” kata General Manager ASDP Indonesia Ferry cabang Ketapang, Yani Andriyanto Senin (30/12/2024).

Sedangkan puncak kedua arus balik libur tahun baru, masih kata Yani, biasanya terjadi di tanggal 4 atau 5 Januari. Hal ini bisa terjadi karena beberapa sekolah memberlakukan masuk pada tanggal 6 Januari 2024.

“Tanggal tersebut juga bisa menjadi potensi tinggi, untuk itu kepada pengguna jasa agar mempersiapkan jadwal kepulangan,” tuturnya.

Untuk menghadapi puncak arus balik pada momen libur tahun baru tersebut, pihak ASDP mengaku sudah siap.

Hal ini diwujudkan dengan telah mengoperasikan 30 kapal dari total 54 armada yang juga juga telah disiagakan pada periode Angkutan Natal 2024 dan tahun baru 2025.

Tak hanya itu, Yani mengimbau kepada pengguna jasa penyeberangan, agar membeli tiket jauh-jauh hari sekitar H-60 keberangkatan serta memastikan ke pelabuhan sudah bertiket, menghindari diputar balik oleh petugas.

“Jangan beli tiket di calo atau agen tidak resmi. Belilah di agen resmi termasuk website dan aplikasi resmi, supaya harga tiket sesuai,” terangnya.

Untuk diketahui, sejak tanggal 29 hingga hari ini tanggal 30 Desember 2024 merupakan puncak kedua arus wisatawan menuju pulau Bali untuk menikmati malam tahun baru di pulau Dewata. 

Dalam kesempatan itu Yani juga mengungkap, jika aktivitas penyeberangan di lintas Ketapang-Gilimanuk cenderung landai selama libur panjang Natal 2024. 

Jumlah kendaraan yang menyeberang ke Bali untuk berlibur menurun, apabila dibandingkan dengan momentum yang sama di tahun sebelumnya.

“Secara data, dibanding libur natal sebelumnya ada penurunan kurang lebih 7 persen untuk harianya,” paparnya.

“Menurut analisis kami adanya penurunan dikarenakan faktor cuaca. Karena wisatawan engga berlibur pada musim penghujan,” imbuh Yani. (*)