TIMES JATIM, PACITAN – Hari Jadi ke-278 Pacitan, Jawa Timur diperingati dengan berbagai kegiatan, mulai lomba, unjuk kebolehan dan budaya. Pada acara puncak kali ini, ratusan benda pusaka keris turut memberikan warna yang melekat di Pendopo Jogokariyan.
Keris tersebut nampaknya sengaja dilestarikan oleh pegiat benda pusaka setempat, umur senjata kuno Jawa ini dipastikan berabad-abad lalu, sejak zaman kerajaan Singosari, Majapahit hingga Mataram.
Bagi para pecinta keris pasti tahu ragam atau jenis pamor. Pamor dalam istilah benda pusaka satu ini merupakan berkas atau guratan terang pada bilah senjata berbahan dasar logam.
Pegiat Benda Pusaka Slamet Widodo menunjukkan keris Sombro berusia ratusan tahun. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Pamor itu muncul akibat pencampuran dua atau lebih dari material logam yang berbeda. Pamor keris juga sangat banyak jenisnya, mulai dari pamor blarak sineret, udan mas, junjung derajat, tirto tumetes dan lain sebagainya.
"Tosan Aji ini sudah kali keduanya dipamerkan sebagai ajang silaturahmi pecinta keris pusaka," kata Pelestari Benda Pusaka asal Desa Jlubang, Kecamatan Pringkuku Slamet Widodo, Minggu (19/2/2023).
Slamet mengungkapkan, selama benda pusaka digelar, beberapa tamu Hari Jadi ke-278 Pacitan sempat ada yang menawar. Tak tanggung-tanggung sampai jutaan rupiah.
Pengunjung terlihat tertarik dengan keris di Pendopo Jogokariyan Pacitan. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
"Ini tadi ada yang sempat menawar juga tapi saya nggak boleh, bukan untuk dijual," ujarnya kepada TIMES Indonesia.
Lebih lanjut Slamet menegaskan, generasi muda perlu mengenal benda pusaka khususnya keris supaya tidak musnah di kemudian hari. Hal itu mudah dilakukan, mulai mengenal nama, jenis, sejarah hingga kegunaannya.
"Misalkan ini yang dapurnya bermotif gajah trah Majapahit, keris yang biasa dipegang oleh Senopati. Intinya biar nggak punah, biar tau benda pusaka," terangnya.
Selain itu, menurut pegiat Tosan Aji Anjar Waluyo, bahwa mengenal keris harus dimulai dari dini supaya urut. Misalnya, keris tertua adalah Kudi Kabudan yang dibuat oleh seorang Empu perempuan. Bentuknya lebih pendek dan relatif tumpul tidak seperti generasi berikutnya.
"Paling tua ini dari trah Majapahit Kuno, namanya Kudi Kabudan, ada juga Sombro yang dibuat oleh Empu perempuan, kalau itu Jalak Tilam Sari bentuknya lebih lurus," jelasnya sambil menunjukkan keris saat memperingati puncak Hari Jadi ke-278 Pacitan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Ratusan Keris Warnai Puncak Hari Jadi ke-278 Pacitan
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Deasy Mayasari |