TIMES JATIM, BONDOWOSO – Ketika budaya instan dan hiburan digital kian mendominasi ruang hidup masyarakat, Pemerintah Kabupaten Bondowoso berkomitmen mewujudkan penguatan sanggar-sanggar seni yang selama ini konsisten melestarikan tradisi lokal.
Komitmen tersebut ditunjukkan Pemerintah Kabupaten Bondowoso melalui penyaluran bantuan alat kesenian kepada sanggar seni, Kamis (19/12/2025).
Tahun ini, sebanyak 20 sanggar seni menerima bantuan dalam program pelestarian seni dan tradisi yang didanai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disparbudpora) Bondowoso, Gede Budiawan menegaskan, program ini bukan sekadar agenda pembagian bantuan, melainkan bagian dari strategi jangka panjang menjaga denyut kebudayaan daerah.
“Esensinya adalah pelestarian seni dan tradisi. Alat kesenian yang diberikan harus benar-benar dimanfaatkan untuk pengembangan sanggar dan kepentingan masyarakat sekitar,” ujar Gede.
Ia menjelaskan, proses penetapan penerima bantuan dilakukan secara berlapis dan tidak instan. Sanggar seni harus mengusulkan melalui mekanisme musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) dari tingkat desa hingga kabupaten.
Selain itu, Disparbudpora juga melakukan verifikasi lapangan untuk memastikan sanggar yang menerima bantuan masih aktif dan memiliki komitmen kuat terhadap pelestarian budaya.
“Jumlah sanggar seni di Bondowoso cukup banyak. Karena keterbatasan anggaran, bantuan diberikan secara bertahap setiap tahun dengan seleksi yang ketat,” katanya.
Bantuan yang disalurkan pun disesuaikan dengan karakter kesenian lokal yang berkembang di masing-masing wilayah. Mulai dari alat hadrah, patrol, hingga kenong-kelok, seluruhnya ditujukan untuk mendukung keberlangsungan seni tradisi yang lahir dan tumbuh dari masyarakat.
Gede juga menegaskan larangan keras memperjualbelikan bantuan tersebut. “Alat kesenian ini bukan untuk diperjualbelikan. Ini menjadi aset sanggar selamanya. Kami akan lakukan monitoring secara berkala, termasuk di tahun-tahun berikutnya,” tegasnya.
Lebih jauh, Disparbudpora berharap sanggar seni dapat menjadi ruang regenerasi budaya, terutama bagi anak-anak dan generasi muda. Di tengah derasnya arus budaya luar dan perubahan gaya hidup, sanggar seni dipandang sebagai benteng terakhir penjaga identitas lokal Bondowoso.
“Anak-anak harus dilibatkan aktif. Dari sanalah nilai, sejarah, dan karakter budaya diwariskan. Jika sanggar tetap hidup, maka budaya Bondowoso juga akan tetap hidup,” pungkasnya. (*)
| Pewarta | : Moh Bahri |
| Editor | : Imadudin Muhammad |