TIMES JATIM, MALANG – Suasana di meeting room kantor PCNU Kota Malang, Jumat (20/12/2024), tampak berbeda. Aura semangat dan optimisme menyelimuti ruangan yang dipenuhi oleh tokoh agama, akademisi, hingga anak-anak muda.
Di tengah keresahan terhadap meningkatnya radikalisme dan intoleransi di kalangan remaja, Lakpesdam PCNU Kota Malang memilih langkah unik. Mereka meluncurkan Komik Fikih Kebangsaan.
Karya ini adalah jembatan literasi berbasis visual. Karya yang diharapkan mampu menjangkau generasi muda.
Ketua Lakpesdam PCNU Kota Malang, Dr. Mohamad Anas, M.Phil., menjelaskan bahwa komik ini menjadi bagian dari upaya mereka untuk menyediakan bacaan yang relevan dan mudah dicerna.
“Anak muda saat ini lebih menyukai akses bacaan dalam bentuk visual. Komik bisa menjadi media alternatif untuk menyampaikan pesan keagamaan,” ujarnya, sembari menggambarkan antusiasme dalam menyambut era baru literasi Islam yang lebih ramah.
Sebuah Jembatan bagi Generasi Visual
KH Isroqunnajah, ketua Tanfidziyah PCNU Kota Malang, menyambut baik inisiatif ini. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya menghadirkan fikih sebagai solusi praktis dalam kehidupan sehari-hari.
"Komik Fikih Kebangsaan adalah contoh nyata bagaimana agama bisa diterjemahkan menjadi sesuatu yang relevan dan menarik untuk generasi muda," ungkapnya dengan penuh harapan.
Ia bahkan memimpikan kehadiran komik ini berkembang dalam bentuk konten digital yang menjangkau media sosial.
Melawan dengan Narasi Moderat
Tidak hanya sekadar peluncuran, acara ini juga menghadirkan sarasehan yang menggugah semangat. Dr. Imam Nakha’i, Wakil Ketua LBM PBNU, menyampaikan bahwa narasi moderasi agama harus terus didorong.
“Kalangan intoleran memang minoritas, tetapi suara mereka sangat nyaring. Sudah saatnya kita, yang moderat, bersuara lebih lantang,” ujarnya penuh semangat.
Ia juga menambahkan pentingnya memasukkan kisah-kisah nabi yang relevan. Seperti Nabi Yahya dan Nabi Isa, untuk memperkaya konten komik.
Sementara itu, M. Nur Prabowo Setyabudi, M.Phil., peneliti dari BRIN, menguraikan hasil risetnya tentang intoleransi di Indonesia. Ia menyebutkan bahwa dari 400 responden yang diwawancarai, sekitar 13% menyatakan setuju dengan kekerasan sebagai respon terhadap perbedaan agama.
“Ini membuktikan bahwa radikalisme adalah ancaman nyata,” katanya.
Menurutnya, kehadiran Komik Fikih Kebangsaan menjadi inovasi penting untuk menyuarakan toleransi.
Antusiasme yang Membara
Sekitar 70 peserta, baik secara luring maupun daring, mengikuti acara ini dengan penuh perhatian. Dari akademisi Universitas Brawijaya hingga pengurus NU, semua menyampaikan apresiasi dan ide-ide baru.
Ruang diskusi dipenuhi gagasan untuk memperluas distribusi komik ini, termasuk ke sekolah-sekolah di Kota Malang. Bahkan, rencana untuk menjadikan komik ini sebagai buku elektronik mendapat sambutan hangat.
Seorang peserta dari kalangan akademisi, sambil mengacungkan tangan, menyampaikan harapannya. “Komik seperti ini bisa menjadi alat revolusi literasi agama. Semoga inisiatif ini bisa menginspirasi komunitas lain,” ujarnya dengan mata berbinar.
Menuju 2025 dengan Semangat Baru
Lakpesdam PCNU Kota Malang tidak berhenti di sini. Mereka telah mencanangkan produksi lebih banyak komik bertema keagamaan, kemanusiaan, dan kebangsaan pada tahun 2025. Komik-komik ini diharapkan mampu menjawab keresahan masyarakat, membangun toleransi, dan memperkuat kebangsaan.
Saat matahari mulai turun, meninggalkan semburat jingga di langit Kota Malang, peluncuran Komik Fikih Kebangsaan ini seperti menjadi pelita kecil di tengah gelapnya ancaman radikalisme.
Di antara keheningan sore itu, ada harapan besar yang lahir: semangat untuk menyebarkan nilai-nilai moderasi, bukan hanya lewat kata-kata, tetapi juga melalui gambar dan cerita. Komik ini adalah perlawanan kreatif yang membumi, membangun, dan penuh kasih. (*)Melawan Radikalisme dengan Kreativitas, Lakpesdam PCNU Kota Malang Bikin Komik Fikih Kebangsaan
MALANG - Suasana di meeting room kantor PCNU Kota Malang, Jumat (20/12/2024), tampak berbeda. Aura semangat dan optimisme menyelimuti ruangan yang dipenuhi oleh tokoh agama, akademisi, hingga anak-anak muda.
Di tengah keresahan terhadap meningkatnya radikalisme dan intoleransi di kalangan remaja, Lakpesdam PCNU Kota Malang memilih langkah unik. Mereka meluncurkan Komik Fikih Kebangsaan.
Karya ini adalah jembatan literasi berbasis visual. Karya yang diharapkan mampu menjangkau generasi muda.
Ketua Lakpesdam PCNU Kota Malang, Dr. Mohamad Anas, M.Phil., menjelaskan bahwa komik ini menjadi bagian dari upaya mereka untuk menyediakan bacaan yang relevan dan mudah dicerna.
“Anak muda saat ini lebih menyukai akses bacaan dalam bentuk visual. Komik bisa menjadi media alternatif untuk menyampaikan pesan keagamaan,” ujarnya, sembari menggambarkan antusiasme dalam menyambut era baru literasi Islam yang lebih ramah.
Sebuah Jembatan bagi Generasi Visual
KH Isroqunnajah, ketua Tanfidziyah PCNU Kota Malang, menyambut baik inisiatif ini. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya menghadirkan fikih sebagai solusi praktis dalam kehidupan sehari-hari.
"Komik Fikih Kebangsaan adalah contoh nyata bagaimana agama bisa diterjemahkan menjadi sesuatu yang relevan dan menarik untuk generasi muda," ungkapnya dengan penuh harapan.
Ia bahkan memimpikan kehadiran komik ini berkembang dalam bentuk konten digital yang menjangkau media sosial.
Melawan dengan Narasi Moderat
Tidak hanya sekadar peluncuran, acara ini juga menghadirkan sarasehan yang menggugah semangat. Dr. Imam Nakha’i, Wakil Ketua LBM PBNU, menyampaikan bahwa narasi moderasi agama harus terus didorong.
“Kalangan intoleran memang minoritas, tetapi suara mereka sangat nyaring. Sudah saatnya kita, yang moderat, bersuara lebih lantang,” ujarnya penuh semangat.
Ia juga menambahkan pentingnya memasukkan kisah-kisah nabi yang relevan. Seperti Nabi Yahya dan Nabi Isa, untuk memperkaya konten komik.
Sementara itu, M. Nur Prabowo Setyabudi, M.Phil., peneliti dari BRIN, menguraikan hasil risetnya tentang intoleransi di Indonesia. Ia menyebutkan bahwa dari 400 responden yang diwawancarai, sekitar 13% menyatakan setuju dengan kekerasan sebagai respon terhadap perbedaan agama.
“Ini membuktikan bahwa radikalisme adalah ancaman nyata,” katanya.
Menurutnya, kehadiran Komik Fikih Kebangsaan menjadi inovasi penting untuk menyuarakan toleransi.
Antusiasme yang Membara
Sekitar 70 peserta, baik secara luring maupun daring, mengikuti acara ini dengan penuh perhatian. Dari akademisi Universitas Brawijaya hingga pengurus NU, semua menyampaikan apresiasi dan ide-ide baru.
Ruang diskusi dipenuhi gagasan untuk memperluas distribusi komik ini, termasuk ke sekolah-sekolah di Kota Malang. Bahkan, rencana untuk menjadikan komik ini sebagai buku elektronik mendapat sambutan hangat.
Seorang peserta dari kalangan akademisi, sambil mengacungkan tangan, menyampaikan harapannya. “Komik seperti ini bisa menjadi alat revolusi literasi agama. Semoga inisiatif ini bisa menginspirasi komunitas lain,” ujarnya dengan mata berbinar.
Menuju 2025 dengan Semangat Baru
Lakpesdam PCNU Kota Malang tidak berhenti di sini. Mereka telah mencanangkan produksi lebih banyak komik bertema keagamaan, kemanusiaan, dan kebangsaan pada tahun 2025. Komik-komik ini diharapkan mampu menjawab keresahan masyarakat, membangun toleransi, dan memperkuat kebangsaan.
Saat matahari mulai turun, meninggalkan semburat jingga di langit Kota Malang, peluncuran Komik Fikih Kebangsaan ini seperti menjadi pelita kecil di tengah gelapnya ancaman radikalisme.
Di antara keheningan sore itu, ada harapan besar yang lahir: semangat untuk menyebarkan nilai-nilai moderasi, bukan hanya lewat kata-kata, tetapi juga melalui gambar dan cerita. Komik ini adalah perlawanan kreatif yang membumi, membangun, dan penuh kasih. (*)
Pewarta | : Rochmat Shobirin |
Editor | : Deasy Mayasari |