TIMES JATIM, PACITAN – Pemerintah Kabupaten atau Pemkab Pacitan melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), bersama Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lainnya, terus melakukan berbagai upaya kolaboratif guna mengatasi kekeringan yang melanda sejumlah wilayah di Pacitan.

Kekeringan yang terjadi akibat musim kemarau panjang ini telah menjadi sorotan utama masyarakat.

Kepala Bidang Penyehatan Lingkungan dan Air Minum Dinas PUPR Kabupaten Pacitan, Tonny SN, mengatakan sejumlah kecamatan di Pacitan mulai mengajukan permohonan bantuan berupa pengiriman air bersih atau dropping air guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Desa-desa seperti Belah di Kecamatan Donorojo, Pagerejo di Kecamatan Ngadirojo, serta Jatigunung di Kecamatan Tulakan, merupakan beberapa wilayah yang mengajukan permohonan tersebut.

Selain dari pemerintah, bantuan juga datang dari masyarakat yang secara mandiri melalui donasi mengirimkan truk tangki air ke desa-desa yang terdampak parah oleh kekeringan.

Tonny SN, pun menambahkan bahwa saat ini adanya distribusi air bersih ke sejumlah titik yang terdampak kekeringan.

"Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh BAPPEDALITBANG, ada 59 titik yang terdampak kekeringan. Dari jumlah tersebut, 27 desa menjadi prioritas kami dalam pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). 14 desa di antaranya sudah memiliki sistem yang berfungsi, sementara 13 desa lainnya sedang kami proses di perubahan anggaran keuangan (PAK) ini," jelasnya, Senin (23/9/2024).

Kepala Bidang PLAMD PUPR Pacitan memastikan air mengalir. (Foto: Rojihan/TIMES Indonesia)

Tonny menambahkan bahwa pembangunan SPAM diharapkan menjadi solusi permanen bagi desa-desa tersebut, sehingga tidak lagi perlu dilakukan pengiriman air bersih ke titik-titik tersebut di masa mendatang.

"Dengan SPAM yang terbangun, kami berharap permasalahan kekeringan bisa diselesaikan secara tuntas dan tidak ada lagi pengiriman air bersih ke lokasi-lokasi ini," katanya.

Namun, Tonny juga mengakui bahwa ada tantangan dalam mewujudkan SPAM di setiap desa. Setiap desa memiliki kondisi unik yang memerlukan penanganan spesifik, baik dari segi sosial maupun teknis.

"Beberapa desa memiliki topografi yang terjal, sedangkan di desa lainnya, sumber air yang ada debitnya menurun karena penebangan pohon di sekitar sumber air. Ini menunjukkan perlunya pemahaman masyarakat untuk menjaga sumber air agar tetap stabil, terutama di musim kemarau panjang seperti sekarang," ujar Tonny.

Meskipun menghadapi berbagai kendala, Tonny optimis bahwa road map yang telah disusun bersama OPD lain, di bawah komando BAPPEDALITBANG dan arahan Bupati Pacitan, Indrata Nur Bayuaji, mampu mengatasi permasalahan kekeringan secara bertahap dan terintegrasi.

"Intinya adalah kerja bersama. Pemerintah Kabupaten Pacitan juga memerlukan dukungan masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan kekeringan ini," tambahnya.

Di tempat terpisah, Kepala Dinas PUPR Kabupaten Pacitan, Suparlan, menegaskan bahwa pemerintah daerah telah melakukan pemetaan wilayah yang terdampak kekeringan dan sedang berkoordinasi lintas OPD untuk mencari solusi yang tepat.

"Kekeringan di setiap lokasi memiliki karakteristik yang berbeda, jadi pendekatan yang dilakukan tidak bisa disamakan untuk setiap wilayah. Kami perlu mempertimbangkan aspek sosial, topografi, dan sumber daya alam di masing-masing lokasi," jelas Suparlan.

Upaya pemerintah daerah dalam mengatasi kekeringan di Kabupaten Pacitan diharapkan dapat memberikan solusi jangka panjang dan memperbaiki kondisi di wilayah-wilayah yang terdampak. Kolaborasi antara pemerintah, OPD terkait, dan partisipasi masyarakat menjadi kunci dalam menyelesaikan masalah kekeringan ini secara berkelanjutan. (*)