TIMES JATIM, MOJOKERTO – Menjelang peringatan Hari Pahlawan 10 November, warga diajak mengenang semangat perjuangan arek-arek yang gugur mempertahankan kemerdekaan. Agenda tahunan ini menjadi cara Kota Pahlawan menumbuhkan kembali api patriotisme lewat Parade Juang.
Mengusung tema “Surabaya Epic”, parade kali ini diadakan pada 2 November di sepanjang Tugu Pahlwan sampai Balai Pemuda dan diikuti lebih dari dua ribu peserta dari berbagai komunitas dan latar belakang. Mereka menampilkan beragam atraksi dan teatrikal memukau, dengan kostum unik yang merepresentasikan semangat juang rakyat tempo dulu.
Salah satu penampilan yang menyita perhatian datang dari Komunitas Roode Brug Soerabaia, yang menampilkan teatrikal Madoen di persimpangan Gedung Siola, tepat di depan monumen perjuangan yang dibangun untuk mengenang sang pahlawan.
Pertunjukan dibuka dengan pembacaan puisi, disusul adegan kemarahan arek-arek Suroboyo yang menyobek selebaran pasukan Sekutu. Aksi itu memicu baku tembak sengit, dengan efek ledakan dan petasan yang menambah suasana tegang. Kisah tragis yang dipentaskan itu diangkat dari peristiwa nyata perjuangan Madoen, pemuda Genteng Kali yang berani menghadang serdadu Inggris berpengalaman di Perang Dunia II.
Bersenjatakan senapan mesin, Madoen berjuang seorang diri agar rekan-rekannya bisa mundur dari serangan bertubi-tubi pasukan Inggris. Pertempuran itu berakhir ketika tembakan meriam tank menghantam posisinya. Madoen gugur seketika, masih memeluk senapan mesinnya.
Untuk mengenang keberaniannya, dibangun patung perjuangan Madoen di lokasi yang sama. Patung itu menggambarkan sosok pejuang berselempang sarung, dengan tubuh merunduk dalam sikap siap tempur, tangan kanan menggenggam bambu runcing, dan tangan kiri mengepal ke depan, simbol tekad pantang mundur.
Di tempat patung itu rerdapat plakat bertuliskan, "Serangan sekutu 10 November 1945 menggerakkan kekuatan militernya secara total. Tank sekutu yang datang dari utara ditahan oleh pejuang Indonesia di sekitaran. Dari atas gedung yang bernama Whiteaway Landlaw. Pertempuran berlangsung seru, akhirnya gedung terbakar habis dibumihanguskan oleh pemuda Indonesia". (*)
| Pewarta | : Siti Nur Faizah |
| Editor | : Wahyu Nurdiyanto |