TIMES JATIM, LAMONGAN – Ancaman sampah plastik dan mikroplastik di laut kian mengkhawatirkan, tidak hanya bagi ekosistem laut tetapi juga kesehatan manusia. Sampah plastik sekali pakai yang berakhir di perairan berpotensi terfragmentasi menjadi mikroplastik berbahaya dan masuk ke rantai makanan manusia.
Kondisi tersebut mengemuka dalam Kampanye STOP Buang Sampah di Laut dan Aksi Bersih Pantai yang digelar di sepanjang Pantai Kemantren dan Pantai Lorena, Paciran, Lamongan.
Pencemaran laut akibat sampah plastik sekali pakai dan mikroplastik saat ini menjadi persoalan lingkungan yang semakin serius. Plastik yang dibuang ke laut tidak dapat terurai dalam waktu singkat, melainkan akan terpecah menjadi partikel kecil yang dikenal sebagai mikroplastik dan sulit dihilangkan dari lingkungan perairan.
Dalam kegiatan kampanye tersebut, peserta mendapatkan paparan ilmiah mengenai dampak mikroplastik terhadap biota laut dan kesehatan manusia. Salah satu pemateri, Azhar Zufar Assahbantar, mahasiswa Kesehatan Lingkungan semester lima Universitas Islam Lamongan (Unisla), menjelaskan bahwa mikroplastik memiliki risiko besar bagi organisme laut.
“Sampah plastik sekali pakai yang dibuang ke laut tidak hanya mencemari perairan, tetapi juga membahayakan hewan laut karena pada akhirnya terfragmentasi menjadi mikroplastik yang sulit dikendalikan,” ujar Azhar saat menyampaikan materi, Minggu, (21/12/2025).

Ia menyebut berdasarkan sejumlah penelitian, mikroplastik dapat memicu gangguan kesehatan serius pada organisme laut. “Mikroplastik berpotensi menyebabkan peradangan kronis dan membawa bahan kimia karsinogenik yang masuk ke dalam tubuh organisme laut,” katanya.
Lebih lanjut Azhar memaparkan bahwa mikroplastik berperan sebagai vektor zat kimia berbahaya di perairan. Partikel tersebut dapat tertelan oleh organisme laut mulai dari tingkat trofik terendah seperti plankton hingga predator puncak. Kondisi ini menyebabkan terjadinya bioakumulasi racun dalam rantai makanan laut.
“Jika rantai makanan ini terus tercemar, maka risiko dampaknya tidak hanya berhenti di laut, tetapi juga bisa sampai ke manusia sebagai konsumen hasil laut,” ucap Azhar.
Kegiatan kampanye ini menyasar masyarakat pesisir, pedagang, serta pengunjung pantai. Melalui pendekatan edukatif, peserta diajak memahami bahwa sampah plastik bukan sekadar persoalan kebersihan visual, melainkan ancaman nyata bagi keberlanjutan ekosistem dan kesehatan.
Setelah sesi kampanye, kegiatan dilanjutkan dengan aksi bersih pantai di sepanjang Pantai Kemantren dan Pantai Lorena. Berbagai jenis sampah berhasil dikumpulkan, mulai dari botol dan gelas plastik, sedotan, kaleng, sendok plastik, styrofoam, masker, popok bayi, kain, karet, hingga botol kaca. Dari hasil identifikasi, sampah plastik sekali pakai masih mendominasi.
Salah satu peserta kegiatan, Dewi Makkiyah mengaku mendapatkan pemahaman baru dari kegiatan tersebut. “Selama ini kami melihat sampah hanya sebagai masalah kebersihan, padahal dampaknya sangat besar terhadap laut dan kesehatan manusia,” tuturnya.
Melalui kampanye stop sampah laut ini, masyarakat diharapkan lebih peduli terhadap kebersihan laut, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, serta menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam kehidupan sehari-hari demi menjaga keberlanjutan ekosistem laut di wilayah Lamongan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kampanye Stop Sampah Laut: Lamongan Dorong Masyarakat Peduli Ekosistem
| Pewarta | : Moch Nuril Huda |
| Editor | : Deasy Mayasari |