TIMES JATIM, MALANG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang terus memperkuat upaya penurunan angka stunting melalui implementasi dasa bakti Wali Kota Malang, salah satunya program Ngalam Tahes. Program ini difokuskan pada peningkatan kualitas layanan kesehatan, penguatan posyandu aktif, serta pemberian makanan tambahan bagi balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.

Kepala Dinkes Kota Malang, dr. Husnul Muarif mengatakan, saat ini kasus stunting di Kota Malang masih berada di kisaran 2.000 kasus. Namun, Pemkot Malang menargetkan pada 2026 tercapai new zero stunting.

“Untuk progres 2026, kita targetkan new zero stunting. Dengan strategi yang ada, diharapkan angka stunting bisa turun hingga 50 persen, menjadi sekitar 1.000 kasus,” ujar Husnul, Minggu (21/12/2025).

Ia mengungkapkan, strategi penanganan dilakukan melalui intervensi pada dua kelompok. Pertama, kelompok calon stunting, yakni ibu hamil, ibu menyusui, serta balita yang berat badannya tidak mengalami kenaikan. Kedua, kelompok anak yang sudah teridentifikasi stunting, yang juga mendapatkan intervensi khusus.

Menurutnya, tantangan utama dalam menekan angka stunting bukan hanya pada pemenuhan makanan tambahan, tetapi juga pada pola perilaku pengasuhan. 

“Stunting ini lebih banyak dipengaruhi perilaku pengasuhan. Makanan tambahan sebenarnya sudah mengalir, tetapi yang perlu diperkuat adalah pengawasan dan pendampingan yang melekat setiap hari,” jelasnya.

Husnul menambahkan, pendampingan yang tidak optimal kerap membuat hasil intervensi kurang maksimal. Karena itu, saat ini Dinkes Kota Malang berupaya memperkuat pendampingan berkelanjutan agar penurunan stunting dapat berjalan lebih efektif dan berkelanjutan.

“Kita balajar dari setiap periodenya. Maka kita maksimalkan kepada pendampingan yang melekat,” tandasnya. (*)