TIMES JATIM, MALANG – UB Forest, satuan unit bisnis yang bergerak di bidang industri kopi di bawah naungan Universitas Brawijaya terus menunjukkan performa terbaiknya. Akhir-akhir ini, UB Forest mengembangkan biji kopi mentah (green been) unggulan dari lereng Gunung Arjuno.
Hutan pendidikan dan pelatihan seluas 544,74 hektar tersebut berada di Dusun Sumbersari, Desa Tawang Argo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang.
Green been yang diolah secara mandiri oleh tim internal UB Forest menjadi komoditas kopi unggulan yang sedang digencarkan dengan menyesuaikan selera konsumen terutama untuk kalangan coffee shop.
Manajer Produksi dan Industri UB Forest, Medha Baskara mengatakan, green been yang diolah dan diproduksi UB Forest juga melibatkan petani dari masyarakat.
“Kami libatkan masyarakat petani kopi untuk mengelola kebun kopi ini. Lahannya milik kita, petani dari kalangan masyarakat yang mengelola. Per petak sekitar 50 petani,” katanya kepada wartawan, Rabu (11/9/2019) saat visit ke Laboratorium Terpadu untuk melihat pengolahan kopi.
Green Bean sendiri, katanya, lebih dekat pemasarannya dengan industri kecil, seperti coffee shop yang ada di Malang. Pihaknya juga mengaku sering menerima pesanan dari beberapa coffee shop, meskipun untuk sementara waktu ini, penjualan masih difokuskan di internal UB sendiri.
“Pesanan rutin dari beberapa coffee shop juga sudah banyak, mulai dari satu kuintal hingga satu ton per bulan,” bebernya.
Produksi kopi ini, sambung Baskara, sudah berjalan sekitar tiga tahun terhitung sejak tahun 2017. Pihaknya selalu mengkaji dan mengevaluasi perkembangan pengolahan dan produksi kopi.
Ia mengaku, tahun 2018 adalah fase terburuk yang pernah dialami. Sebelumnya, biji kopi diolah di wilayah UB Forest yang berada tepat di bawah lereng Gunung Arjono. Karena kurang maksimal, pihaknya membawa ke bawah, tepatnya di Laboratorium Terpadu untuk proses penjemuran, roasting, packaging dan seterusnya.
“Proses mempengaruhi rasa. Bahkan, dari cara memanen pun dari petani, itu bisa mempengaruhi rasa. Ada yang waktu panen bukan dipetik tapi ditarik, sehingga proses penyeleksiannya kurang,” ungkap dia.
Direktur UB Forest, Eko Ganis Sukoharsono menyampaikan, pendidikan pengolahan hutan ini perlu disampaikan kepada masyarakat dan mahasiswa Universitas Brawijaya. Pihaknya juga mengeluh karena fasiltas kantor yang belum tersedia di kawasan UB Forest.
“Pendidikan ini perlu disampaikan kepada masyarakat dan mahasiswa. Saya juga berharap, semoga segera ada kantor UB forest karena saat ini belum ada kantor,” harapnya.
Tour visit dan pengenalan UB Forest ini melibatkan berbagai awak media, mulai dari media cetak, eletronik, radio hingga televisi. Upaya ini, menurutnya, tak lain adalah untuk sosialisasi dan fungsi pendidikan kepada masyarakat.
Dengan komitmen itu, pihak UB Forest akan terus mengembangkan industri perkopian terutama green been unggulannya yang dikelola dan dipetik langsung dari lereng Gunung Arjuno. Ciri khas kopi produksi UB Forest ini akan dijaga dan ditingkatkan supaya lebih baik lagi sesuai pangsa pasar yang ada. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Sasar Coffee Shop, UB Forest Kembangkan Biji Kopi dari Gunung Arjuno
Pewarta | : Mohammad Naufal Ardiansyah |
Editor | : Yatimul Ainun |